Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kekasih...
Ini madahku sambil tersedan,
sakit mulai hinggapi badan,
usia empatpuluh lalu didepan,
wajah pun mulai berkeriputan.
Didepan mata mulai terbayang,
malaikat bertanya tentang sembahyang,
harta darimana caranya datang,
rezeki sumbernya pembeli sandang.
Sungguh diriku menjelang pulang,
kan tinggal semua yang daku sayang,
nyawa di badan akan melayang,
tinggallah tubuh kaku digoyang.
II
Kekasih...
Sedih hatiku bila teringat,
Rasulpun masih keluar keringat,
sakitnya mati amatlah sangat,
bagai dikupas si kulit jangat.
Kuatkan hamba untuk semangat,
ibadah pada-Mu juga tak telat,
terhadap harta selalu berzakat,
terjauh dari sifat kualat.
Jauhkan juga sifat yang jahat,
ataupun hati yang penuh karat,
supaya kelak tidak melarat,
dalam abadinya hidup akherat.
III
Kekasih...
Sungguh dunia begitu menggoda,
ingin ditambah apa yang ada,
nafsu menyesak didalam dada,
tak pernah puas tak sudah-sudah.
Padahal kini telah muncul tanda,
tapi selalu sibukkan benda,
malaikat maut-Mu sudah diberanda,
tapi terlena yang indah-indah.
Kadang teringat pada ayahanda,
begitu juga kelak ananda,
jadilah maut sebagai penyudah,
seperti mereka yang telah tiada.
IV
Kekasih...
Kala merenung hatiku pilu,
tampak di mata bunga yang layu,
begitulah hidup akan dilalu,
saat jasadpun terbujur kaku.
Sunnah berlaku sejak dahulu,
siang berganti ke malam dalu,
dahulu sendiri kelak juga satu,
memang yang fana akan begitu.
Menjelang maut sakit tak tentu,
nafas bagaikan tersumbat batu,
lidah memendek menjadi kelu,
pertanda maut telah dipintu.
V
Kekasih...
Sebelum mata hamba meredup,
berakhir sudah masanya hidup,
berilah hamba waktu yang cukup,
agar ibadah bisa dilingkup.
Sebelum tanganku kelak ditangkup,
kedua mataku akan ditutup,
menangis kelak mereka yang hidup,
jumpa dengan-Mu hamba tak sanggup.
Hariku yang menjelang akhir,
didalam diri hamba khawatir,
takut berjumpa bernasib getir,
ampuni hamba wahai pemilik Taqdir.
Al Faqiir
Hamdi akhsan
0 komentar:
Posting Komentar