KEPADA NELAYAN KEHIDUPAN
Oleh
Hamdi Akhsan
Wahai nelayan kehidupan!
Jangan biarkan perahu harga dirimu mengembara sendiri ke tengah samudera.
Sebab disana ada badai nafsu yang sanggup gelapkan mentari.
Niscaya ia 'kan hancur berkeping dipermainkan ombak duniawi yang gemerlap.
Dan akhirnya sirna menghilang tanpa bekas di kedalaman abadi.
Lihatlah, Hiu jalani ribuan kilometer luasnya lautan.
Tak ia takuti gulita malam, karena ia miliki satu keyakinan.
Bahwa Tuhan telah anugrahkan baginya naluri.
"Tuk jadi raja samudera pesaing singa di bumi.
Adapun dirimu?kemana jiwa berhargamu akan kau bawa.
Akankah ia diombang-ambingkan sebutir mutiara dan segenggam emas.
Bak Nuri yang habiskan hari mengagumi keindahan bulunya sendiri.
Dan tadahkan tangan mengharap jelai yang jatuh ke tanah.
Di tanahmu?bebatuan memancarkan emas hitam sebagai rahmat.
Tapi mengapa. Engkau serahkan ia pada sekumpulan srigala pemakan bangkai.
Sedang dirimu di buai dengan permainan-permainan palsu yang menguras pundi-pundi.
Yang tertinggal kelak hanya tulang-tulang sisa yang anjingpun jijik memakannya.
Wahai nelayan, berhentilah termenung sedih di tepi pantai.
Ikan pemberian-Nya tak kan mendatangimu.
Kejarlah perahumu, dengan kemudi iman yang kuat kau akan sanggup hadapi ganasnya samudera kehidupan.
Dan kelak saat layu, diterima dengan Ridho di bumi Tuhan.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan.
Selasa, 16 Oktober 2012
Minggu, 14 Oktober 2012
KELELAWAR MENCARI MATAHARI
Kelelawar Mencari Matahari
Oleh
Hamdi Akhsan
Suatu malam seekor kelelawar terdengar berkata, “Bagaimana kiranya agar aku dapat sejenak saja melihat matahari? Dalam hidupku selama ini aku dalam putus asa sebab tidak sejenak pun aku dapat menenggelamkan diri dalam cahayanya. Berbulan-bulan dan bertahun-tahun aku telah terbang ke sana-sini dengan mata tertutup, dan di sinilah aku!”
Suatu makhluk perenung berkata, “Kau diliputi kesombongan, dan kau masih harus beribu-ribu tahun lagi mengembara. Bagaimana dapat makhluk seperti kau ini menemukan matahari? Dapatkah seekor semut mencapai bulan?” “Meskipun demikian”, kata kelelawar itu, “aku akan terus mencoba.” Dan demikianlah beberapa tahun ia terus mencari hingga ia tak punya kekuatan maupun sayap lagi. Karena ia tak juga menemukan matahari, ia pun berkata, “Mungkin aku telah terbang lebih jauh di atasnya.”
Seekor burung yang bijak, setelah mendengar itu, berkata, “Kau hidup dalam mimpi; kau hanya berputar-putar saja selama ini dan tak maju selangkah pun; dalam kesombonganmu kau katakan bahwa kau telah pergi lebih jauh di atas matahari!” Ini amat mengejutkan si kelelawar yang setelah menginsafi kedaifannya lalu merendahkan diri sama sekali dengan mengatakan, “Kau telah bertemu dengan seekor burung yang punya penglihatan batin, maka jangan teruskan.”
Al - Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
Suatu malam seekor kelelawar terdengar berkata, “Bagaimana kiranya agar aku dapat sejenak saja melihat matahari? Dalam hidupku selama ini aku dalam putus asa sebab tidak sejenak pun aku dapat menenggelamkan diri dalam cahayanya. Berbulan-bulan dan bertahun-tahun aku telah terbang ke sana-sini dengan mata tertutup, dan di sinilah aku!”
Suatu makhluk perenung berkata, “Kau diliputi kesombongan, dan kau masih harus beribu-ribu tahun lagi mengembara. Bagaimana dapat makhluk seperti kau ini menemukan matahari? Dapatkah seekor semut mencapai bulan?” “Meskipun demikian”, kata kelelawar itu, “aku akan terus mencoba.” Dan demikianlah beberapa tahun ia terus mencari hingga ia tak punya kekuatan maupun sayap lagi. Karena ia tak juga menemukan matahari, ia pun berkata, “Mungkin aku telah terbang lebih jauh di atasnya.”
Seekor burung yang bijak, setelah mendengar itu, berkata, “Kau hidup dalam mimpi; kau hanya berputar-putar saja selama ini dan tak maju selangkah pun; dalam kesombonganmu kau katakan bahwa kau telah pergi lebih jauh di atas matahari!” Ini amat mengejutkan si kelelawar yang setelah menginsafi kedaifannya lalu merendahkan diri sama sekali dengan mengatakan, “Kau telah bertemu dengan seekor burung yang punya penglihatan batin, maka jangan teruskan.”
Al - Faqiir
Hamdi Akhsan
AIR KEHIDUPAN
AIR KEHIDUPAN
Oleh
Hamdi Akhsan
Air telah terputus dari sungai di dunia ini,
Ternyata gelombang musim penghujan, kembali dan membawa air! -
Dari air memancar keindahan dan keagungan yang tidak pernah terlihat.
Air mancur nan agung , melalui kemegahan yang tercurah
Gelembung air naik dari sumur jiwa.
Ketika air ada, padi tumbuh, tapi air jiwaku tak akan tumbuh dari padi.
Wahai hamba, jangan seperti pengemis yang meneteskan air dari wajah
kemiskinan demi sepotong roti.
Seluruh dunia ini dari ujung ke ujung hanyalah setengah sepotong.
Karena keserakahan untuk setengah sepotong, air pun lenyap.
Bumi dan langit adalah ember dan teko, air di luar bumi dan langit.
Apakah engkau juga bergegas keluar dari langit dan bumi.
Bahwa ikan jiwamu dapat melarikan diri dari wadah ini tinggalkan air dari laut tak terbatas.
Dalam laut ikan yang yang merupakan penguasa tertinggi.
didalam air ikan abadi.
Dari pandangan datang cahaya mata, dari awan air disemburkan;
Dari taman mawar tersenyum merona.
Air yang berasal bukan dari penyebab lain atau sejenisnya.
Jiwa dan roh kemudian akan menjadi benar-benar bahagia,
ketika air mengalir datang ke arahmu dari sini.
Satukanlah dirimu dengar air, agar tak kemarau jiwa demi setengah potong dunia.
Al -Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
Air telah terputus dari sungai di dunia ini,
Ternyata gelombang musim penghujan, kembali dan membawa air! -
Dari air memancar keindahan dan keagungan yang tidak pernah terlihat.
Air mancur nan agung , melalui kemegahan yang tercurah
Gelembung air naik dari sumur jiwa.
Ketika air ada, padi tumbuh, tapi air jiwaku tak akan tumbuh dari padi.
Wahai hamba, jangan seperti pengemis yang meneteskan air dari wajah
kemiskinan demi sepotong roti.
Seluruh dunia ini dari ujung ke ujung hanyalah setengah sepotong.
Karena keserakahan untuk setengah sepotong, air pun lenyap.
Bumi dan langit adalah ember dan teko, air di luar bumi dan langit.
Apakah engkau juga bergegas keluar dari langit dan bumi.
Bahwa ikan jiwamu dapat melarikan diri dari wadah ini tinggalkan air dari laut tak terbatas.
Dalam laut ikan yang yang merupakan penguasa tertinggi.
didalam air ikan abadi.
Dari pandangan datang cahaya mata, dari awan air disemburkan;
Dari taman mawar tersenyum merona.
Air yang berasal bukan dari penyebab lain atau sejenisnya.
Jiwa dan roh kemudian akan menjadi benar-benar bahagia,
ketika air mengalir datang ke arahmu dari sini.
Satukanlah dirimu dengar air, agar tak kemarau jiwa demi setengah potong dunia.
Al -Faqiir
Hamdi Akhsan
NYALAKAN API ITU
NYALAKAN API ITU
Oleh
Hamdi Akhsan
Nyalakan api cinta-Nya yang redup didalam dadamu.
Niscaya panasnya terik mentari akan terasa sejuk sinari kehidupan.
Zikirmu akan menjadi melodi indah ditengah gesekan daun dihembus angin.
Bergelora dan bergerak sepanjang waktru
Dan kesejukan pagi
Mengubah tanah menjadi wanginya bunga hidayah.
Panasnya api cinta pada-Nya getarkan persekutuan iblis
Kecuali engkau takut dan rendah diri tuk serukan mutiara kebenaran
Tidakkah engkau menyadari
Betapa anugrah khalifah telah dipasang dipundakmu.
Sebagai pemimpin di bumi.
Engkau telah dikuasakan-Nya untuk menjadi hakim perbuatan semua bangsa
Sebarkan seruanmu di gurun-gurun, rimba raya, gunung, dan lembah,
Satukan barisan sampaikan amanah agung sang Penghulu segala hamba.
Agar bumi tidak ternoda tipu licik sang pendendam sejarah.
Tebarkan firman suci itu.
Agar bumi bersih dari segala noda.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan.
Oleh
Hamdi Akhsan
Nyalakan api cinta-Nya yang redup didalam dadamu.
Niscaya panasnya terik mentari akan terasa sejuk sinari kehidupan.
Zikirmu akan menjadi melodi indah ditengah gesekan daun dihembus angin.
Bergelora dan bergerak sepanjang waktru
Dan kesejukan pagi
Mengubah tanah menjadi wanginya bunga hidayah.
Panasnya api cinta pada-Nya getarkan persekutuan iblis
Kecuali engkau takut dan rendah diri tuk serukan mutiara kebenaran
Tidakkah engkau menyadari
Betapa anugrah khalifah telah dipasang dipundakmu.
Sebagai pemimpin di bumi.
Engkau telah dikuasakan-Nya untuk menjadi hakim perbuatan semua bangsa
Sebarkan seruanmu di gurun-gurun, rimba raya, gunung, dan lembah,
Satukan barisan sampaikan amanah agung sang Penghulu segala hamba.
Agar bumi tidak ternoda tipu licik sang pendendam sejarah.
Tebarkan firman suci itu.
Agar bumi bersih dari segala noda.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan.
KEPADA GENERASI BARU
KEPADA GENERASI BARU
Melodia Perpisahan pertanda waktu hampir habis telah datang.
Sang fakir akan berlayar ke tempat yang jauh dan asing.
Tak tahu apakah perahu akan membawa ke negeri bahagia.
Ataukah akan bernasib malang bak unta yang terjerambab di ganasnya sahara.
Yang alirkan airmata darah atas kepedihan dan kesendirian.
Wahai tunas tumbuh di awal musim penghujan.
Waspadalah dengan bius-bius permainan duniawi yang seolah pupuk penyubur.
Sebab ia akan membuatmu asing dengan harumnya mawar.
Dan membuatmu bagai elang yang hidup sebagai pemakan gandum.
Tancapkan tiang-tiang kokoh yang datang dari langit.
Baktikan hari pada Sang Penguasa Semesta dan ketaatan pada Pembawa Risalah.
Kemilau darah pencinta surga dengan ratusan gurat darah jadikan cita.
Dan mutiara surgawi disisimu yang telah uzur jangan tersia.
Biarlah, kita berpisah karena memang masaku hampir berakhir.
Tapi pesan-pesan ini akan jadi penyubur tunas baru di zamanmu.
Al-Faqiir
Hamdi Akhsan.
Melodia Perpisahan pertanda waktu hampir habis telah datang.
Sang fakir akan berlayar ke tempat yang jauh dan asing.
Tak tahu apakah perahu akan membawa ke negeri bahagia.
Ataukah akan bernasib malang bak unta yang terjerambab di ganasnya sahara.
Yang alirkan airmata darah atas kepedihan dan kesendirian.
Wahai tunas tumbuh di awal musim penghujan.
Waspadalah dengan bius-bius permainan duniawi yang seolah pupuk penyubur.
Sebab ia akan membuatmu asing dengan harumnya mawar.
Dan membuatmu bagai elang yang hidup sebagai pemakan gandum.
Tancapkan tiang-tiang kokoh yang datang dari langit.
Baktikan hari pada Sang Penguasa Semesta dan ketaatan pada Pembawa Risalah.
Kemilau darah pencinta surga dengan ratusan gurat darah jadikan cita.
Dan mutiara surgawi disisimu yang telah uzur jangan tersia.
Biarlah, kita berpisah karena memang masaku hampir berakhir.
Tapi pesan-pesan ini akan jadi penyubur tunas baru di zamanmu.
Al-Faqiir
Hamdi Akhsan.
GANDUM, SEKAM, DAN SEMUT
GANDUM, SEKAM, DAN SEMUT
Matahari bangkit dari tepi lautan, mendengar kalimat tauhid bergema dari dasar samudera.
Mengapa berbicara tentang kedalaman samudera?
Ketika matahari jiwa tiba, mereka dirampok dengan menghalangi cahaya itu dengan jubah dan topi.
Bulan seperti Jantung Adam telah muncul dari air dan tanah liat,
Serta seratus matahari seperti Yusuf akan turun ke sumur.
Angkatlah kepalamu dari bumi, kau temukan dirimu tak lebih berharga dari seekor semut;
Ia membawa kabar dari tanah basah dan gudang gandum.
Semut puas dengan gandum membusuk karena ia tidak menyadari hijaunya ladang jagung.
Katakanlah kepada semut, "Ini adalah musim semi, dan engkau memiliki tangan dan kaki;
Mengapa engkau tak membuat jalan dari dalam tanah ke lahan terbuka? "
Agar kebenaran akhirat dapat dilalui lewat jalan itu
dan kepalsuan dapat dipisahkan dari kebenaran sebagaimana terpisahnya gandum dari sekam.
Al - Faqiir
Hamdi Akhsan
Senin, 08 Oktober 2012
TENTANG CINTA DAN LUKA
TENTANG CINTA DAN LUKA
Oleh
Hamdi Akhsan
Seorang lelaki dengan rendah hati mohon perkenan untuk bersembahyang di atas permadani nan halus lembut, tapi Rasul menolaknya dan mengatakan, “Tanah dan pasir panas terbakar. Bersujudlah di atas pasir yang panas terbakar dan di atas tanah jalanan itu, sebab mereka yang luka karena cinta harus punya bekas di wajahnya, dan bekas luka itu harus terlihat.
Biarlah bekas luka hatimu terlihat, karena orang-orang yang ada di jalan cinta dikenal dari bekas lukanya.”
Al - FAqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
Seorang lelaki dengan rendah hati mohon perkenan untuk bersembahyang di atas permadani nan halus lembut, tapi Rasul menolaknya dan mengatakan, “Tanah dan pasir panas terbakar. Bersujudlah di atas pasir yang panas terbakar dan di atas tanah jalanan itu, sebab mereka yang luka karena cinta harus punya bekas di wajahnya, dan bekas luka itu harus terlihat.
Biarlah bekas luka hatimu terlihat, karena orang-orang yang ada di jalan cinta dikenal dari bekas lukanya.”
Al - FAqiir
Hamdi Akhsan
CINTA DAN KEPUASAN
CINTA DAN KEPUASAAN
Oleh
Hamdi Akhsan
Seseorang bertanya pada Pencinta Tuhan , “Orang yang menjadi hamba Allah namun bebas, katakan padaku bagaimana agar dapat mencapai kepuasan itu?” Ia menjawab, “Bila seseorang telah belajar menerima, dengan cinta.”
Zarrah hanya memiliki kecermerlangan semu. Pada dasarnya ia hanya sebuah zarrah, tetapi bila ia menyatukan dirinya dalam cahaya matahari, maka dengan demikian ia akan memiliki pula sifat matahari itu senantiasa.
Al - Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
Seseorang bertanya pada Pencinta Tuhan , “Orang yang menjadi hamba Allah namun bebas, katakan padaku bagaimana agar dapat mencapai kepuasan itu?” Ia menjawab, “Bila seseorang telah belajar menerima, dengan cinta.”
Zarrah hanya memiliki kecermerlangan semu. Pada dasarnya ia hanya sebuah zarrah, tetapi bila ia menyatukan dirinya dalam cahaya matahari, maka dengan demikian ia akan memiliki pula sifat matahari itu senantiasa.
Al - Faqiir
Hamdi Akhsan
LEBAH DAN BUNGA
LEBAH DAN BUNGA
Oleh
Hamdi Akhsan
Sang lebah berkata dengan nada sendu :"Maafkan aku yang tega melukai keindahanmu dengan tusukan tajam belalai penghisap maduku ini.
Aku tahu, engkau akan layu dan luruh ke bumi, namun cintamu telah hidupkan dua generasi, generasimu dan generasiku.
Kelak kau akan bangga tatkala ribuan kuntum bunga bermekaran dan ribuan lebah hasilkan madu.
Demi cinta yang memberi, Biarlah kelopak indahmu layu jatuh ke bumi.
Demi cinta pada-Nya ribuan sayatan luka terasa nikmat di jasad pencinta surgawi.
Tiada transaksi cinta tanpa airmata, darah, dan pengorbanan.
Al - Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
Sang lebah berkata dengan nada sendu :"Maafkan aku yang tega melukai keindahanmu dengan tusukan tajam belalai penghisap maduku ini.
Aku tahu, engkau akan layu dan luruh ke bumi, namun cintamu telah hidupkan dua generasi, generasimu dan generasiku.
Kelak kau akan bangga tatkala ribuan kuntum bunga bermekaran dan ribuan lebah hasilkan madu.
Demi cinta yang memberi, Biarlah kelopak indahmu layu jatuh ke bumi.
Demi cinta pada-Nya ribuan sayatan luka terasa nikmat di jasad pencinta surgawi.
Tiada transaksi cinta tanpa airmata, darah, dan pengorbanan.
Al - Faqiir
Hamdi Akhsan
KEPADA PENCINTA
KEPADA PENCINTA
Oleh
Hamdi Akhsan
Mawar telah memerah, tunas baru telah tumbuh,
Kumbang dan lebah pun beterbangan dalam bahagia.
Wahai para pencinta surgawi kini musim kemarau telah berlalu
Katakan pada dunia, bahwa ia hanya wanita tua yang berbedak tebal
Di depan pintunya berbaris para budak membawa gelas kosong dengan sejuta angan.
Mereka mabuk bak kelelawar yang ingin menjangkau matahari.
Yakinlah semua kesempurnaan kelahiran fana
Dan kebesaran makhluk akan berakhir.
Bagai gagahnya kuda perang yang jatuh terkulai di gurun yang berdebu.
Menuju kefanaan diiringi derai airmata.
Akhirnya segala bahagia dan kepedihan lenyap dimakan waktu.
Bak kepedihan yang berlalu tatkala mata terpejam.
Yang ada?hanya ketiadaan dan kegelapan.
Tiada bahagia, tiada nestapa.
Karena bermula dari tiada dan akan kembali tiada.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
Mawar telah memerah, tunas baru telah tumbuh,
Kumbang dan lebah pun beterbangan dalam bahagia.
Wahai para pencinta surgawi kini musim kemarau telah berlalu
Katakan pada dunia, bahwa ia hanya wanita tua yang berbedak tebal
Di depan pintunya berbaris para budak membawa gelas kosong dengan sejuta angan.
Mereka mabuk bak kelelawar yang ingin menjangkau matahari.
Yakinlah semua kesempurnaan kelahiran fana
Dan kebesaran makhluk akan berakhir.
Bagai gagahnya kuda perang yang jatuh terkulai di gurun yang berdebu.
Menuju kefanaan diiringi derai airmata.
Akhirnya segala bahagia dan kepedihan lenyap dimakan waktu.
Bak kepedihan yang berlalu tatkala mata terpejam.
Yang ada?hanya ketiadaan dan kegelapan.
Tiada bahagia, tiada nestapa.
Karena bermula dari tiada dan akan kembali tiada.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Kunci yang Hilang
Kunci yang Hilang
Oleh
Hamdi Akhsan
Seorang Pencinta Tuhan mendengar orang berseru, “Adakah yang menemukan kunci? Pintuku terkunci dan aku berdiri di debu jalanan. Bila pintuku tinggal tertutup, apa yang mesti kulakukan?”
Pencinta Tuhan itu berkata padanya, “Mengapa kau risau? Karena pintu itu pintumu, tinggal saja di dekatnya, meskipun tertutup. Bila kau punya kesabaran untuk menunggu cukup lama tentulah seseorang akan membukakan pintu itu bagimu. Keadaanmu lebih baik dari keadaanku, sebab aku tak punya pintu maupun kunci. Doakan saja pada Tuhan semoga aku dapat menemukan pintu, yang terbuka ataupun tertutup.
Orang selalu hidup dalam angan-angan, dalam mimpi; tiada yang melihat segala sesuatu sebagaimana adanya. Kepada dia yang mengatakan padamu, “Apa yang mesti kulakukan?” katakanlah padanya, “Jangan lakukan apa yang sudah biasa kau lakukan selama ini; jangan berbuat apa yang sudah biasa kau perbuat selama ini.”
Ia yang memasuki Lembah Keheranan ini cukup sedih memikirkan seratus dunia. Bagi diriku, aku bingung dan tersesat. Ke mana aku akan melangkah? Doakan pada Tuhan semoga aku tahu! Tetapi ingat, ratapan insan akan menurunkan kasih sayang-Nya.
Al - Faqiir
Oleh
Hamdi Akhsan
Seorang Pencinta Tuhan mendengar orang berseru, “Adakah yang menemukan kunci? Pintuku terkunci dan aku berdiri di debu jalanan. Bila pintuku tinggal tertutup, apa yang mesti kulakukan?”
Pencinta Tuhan itu berkata padanya, “Mengapa kau risau? Karena pintu itu pintumu, tinggal saja di dekatnya, meskipun tertutup. Bila kau punya kesabaran untuk menunggu cukup lama tentulah seseorang akan membukakan pintu itu bagimu. Keadaanmu lebih baik dari keadaanku, sebab aku tak punya pintu maupun kunci. Doakan saja pada Tuhan semoga aku dapat menemukan pintu, yang terbuka ataupun tertutup.
Orang selalu hidup dalam angan-angan, dalam mimpi; tiada yang melihat segala sesuatu sebagaimana adanya. Kepada dia yang mengatakan padamu, “Apa yang mesti kulakukan?” katakanlah padanya, “Jangan lakukan apa yang sudah biasa kau lakukan selama ini; jangan berbuat apa yang sudah biasa kau perbuat selama ini.”
Ia yang memasuki Lembah Keheranan ini cukup sedih memikirkan seratus dunia. Bagi diriku, aku bingung dan tersesat. Ke mana aku akan melangkah? Doakan pada Tuhan semoga aku tahu! Tetapi ingat, ratapan insan akan menurunkan kasih sayang-Nya.
Al - Faqiir
Mawar
Mawar
Oleh
Hamdi Akhsan
Inginnya daku tersenyum seperti mawar dengan semua kelopaknya yang begitu indah.
Datang pada-Mu dengan cahaya di saat fajar membawa kemesraan hatiku,
Hadapkan jiwa dan hati yang bersih bak setetes embun bening di keheningan subuh.
Bukannya datang pada-Mu membawah amarah dan iri hati yang membuat jiwaku asing.
Inginnya hamba serasikan jantung dan hati agar indah dalam sujud ruhani pada-Mu.
Al Faqiir
Oleh
Hamdi Akhsan
Inginnya daku tersenyum seperti mawar dengan semua kelopaknya yang begitu indah.
Datang pada-Mu dengan cahaya di saat fajar membawa kemesraan hatiku,
Hadapkan jiwa dan hati yang bersih bak setetes embun bening di keheningan subuh.
Bukannya datang pada-Mu membawah amarah dan iri hati yang membuat jiwaku asing.
Inginnya hamba serasikan jantung dan hati agar indah dalam sujud ruhani pada-Mu.
Al Faqiir
Minggu, 07 Oktober 2012
Kepada Permata Hatiku
Kepada Permata Hatiku.
Oleh
Hamdi Akhsan
Ketulusan kasih ibumu ajarkan bagaimana tebarkan harumnya mawar tanpa duri.
Keajaiban rahasia rahim yang Ia titipkan merubah kesakitan jadi tawa bahagia.
Cinta, yang akan membelah kukuhnya pintu langit bagi doa dalam sedan.
Bak indahnya kerlip milyaran bintang di kesunyian sahara ribunan tahun.
Asahlah ketajaman akalmu agar mampu fahami hakekat tersembunyi.
Jangan hindari jalan kerikil, karena kerikil membuat kakimu perkasa.
Jangan takuti lolongan anjing yang sejatinya karena ia takut kesunyian.
Jadilah pengembara kehidupan, agar mutiara dalam dadamu akan bersinar.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan.
Sabtu, 15 September 2012
61-2012. Itulah Bukti Cinta Kami 2!
61-2012. Itulah Bukti Cinta Kami 2!
(Kepada penghina Rasulullah)
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Tidak cukupkah milyaran dolar bunga riba engkau taburkan berselimut beasiswa.
Hingga putra-putri kami yang dididik di negeri berubah jadi singa berjiwa rusa.
Sebagian besar setelah pulang kenegerinya berubah sok kritis pada agama.
Seolah-olah ilmu pengetahuan telah jadi Tuhan baru pengganti berhala.
Tahukah kalian hai pembenci? betapa jahatnya yang tersembunyi.
Otak dan hati yang beriman sebelum berangkat telah kau cuci.
Yang engkau berikan seolah mutiara untuk kemajuan negeri.
Padahal yang dibawa hanya wacana-wacana sudah basi.
II
Belumlah lagi racun cara berfikir yang kau susupkan.
Agama Ilahi yang mulia dibahas sebatas pembicaraan.
Setelah itu makalah diarsipkan dan jauh dari pengamalan.
Jadilah agama sebatas wacana seperti masalah perdagangan.
Untuk sebagian kecil negeri-negeri lemah caramu memang jitu.
Murid para orientalis penghina Islam lantas dianggap sebagai pakar ilmu.
Seolah kajian dan fatwa para jenius muslim di masa silam tidak bermutu.
Padahal ijtihad yang dihasilkan adalah gabungan Iman dan Ilmu yag menyatu.
III
Wahai para pembenci, apakah rasionalitas yang kalian banggakan sudah hilang?
Apakah makna kebebasan hanya untuk prilaku syahwat seperti binatang?
Atau kalian kalap, dengan berbagai fitnah ajaran Rasul kian cemerlang?
Dan di negerimu, orang bersahadat jumlahnya tak lagi terbilang.
Makin kalian hina, ajaran laki-laki gurun yatim piatu itu kian diminati.
Karena segala kebaikan dan penghormatan diajarkannya dari kitab suci.
Tidak pernah beliau memperlakukan penganut agama lain dengan benci.
Dan para nabi agama langit lainnya beliau muliakan sebagaimana perintah Ilahi.
IV
Betapa kalian tak sadar, generasi penerus singa gurun kini mulai terbangun.
Mereka buka lagi kebanggaan sejarah dan persiapkan diri dengan tekun.
Mengamalkan kitab suci dan pelan-pelan kekuatan jiwanya dihimpun.
Menunggu sang pemimpin akhir zaman yang dijanjikan akan turun.
Kami bukanlah burung pipit yang merampok padi disawah petani.
Seperti kalian atas nama saham kuasai minyak dan perkebunan kami.
Keuntungannya kau bangunkan pabrik senjata yang darimu harus dibeli.
Dan untuk membela kepentinganmu itu rakyat negeri sendiripun ditembaki.
V
Berhentilah, sombong dan congkak menganggap lebih hebat peradabanmu.
Saat negerimu masih agungkan sihir dan anti teknologi, kami sudah maju.
Saat kalian tak mengenal sabun, kami sudah memakainya dari dahulu.
Hanya saja generasi muda kami malas menggali sejarah masa lalu.
Jangan pernah lagi menghina manusia agung yang kami muliakan.
Karena para pencintanya tak peduli senjata yang kalian banggakan.
Daripada Rasulnya terhina mereka memilih harga diri dalam kematian.
Karena kemuliaan akherat akan didapatkan sebagaimana janji dari Tuhan.
Ya Rasulullah, hanya bagimu Sholawat dan Salam!
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
60-2012. Itulah Bukti Cinta Kami !
60-2012. Itulah Bukti Cinta Kami !
(Kepada penghina Rasulullah)
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Hari-hari ini lautan kemurkaan para pencinta menggelegar getarkan angkasa.
Wajah-wajah yang disinari cahaya iman siap syahid menyambut janji surga.
Mereka tak peduli mimpi-mimpi kejayaan dan kesenangan hidup di dunia.
Karena tahu semua kesenangan sementara ini kelak akan berakhir fana.
Mereka tak peduli berondongan peluru antek-antek dajjal yang dilaknat.
Tak seorang pun penghina Rasul akan lepas dari pembalasan yang hebat.
Mungkin kalian amat heran, mengapa beliau begitu dicinta oleh seluruh umat.
Sehingga demi kemuliaannya saja jutaan pencinta rela hadapi penderitaan berat.
II
Itulah Izzah wahai para pembenci! harga diri yang diberikan sebagai karunia Ilahi.
Rasul-Nya dihina, berarti telah kalian persatukan golongan syiah dengan sunni.
Karena syiah bermuara pada Hasan dan Husen dari keponakannya Imam Ali.
Yang tiada seorang muslim pun selama ada iman dalam dada mengingkari.
Hari ini, kalian perolok-olokkan manusia yang mulia dari nasab yang mulia.
Ratusan Juta umat berqunut doakan laknat bagi engkau para pendusta.
Karena kalian telah berani memfitnah manusia yang musuhnya pun percaya.
Sungguh apapun agama kalian, sebenarnya imanmu hanya seonggok sampah.
III
Dengarlah wahai pendusta kebenaran wahyu telak merasuk ke dalam diri kami.
Tumbuh subur menghujam dalam taburkan aroma bak mawar di musim semi.
Kelezatan ajaran yang dibawanya membuat kaum muslimin rela untuk mati.
Karena kesenangan yang sesungguhnya bukan dalam kehidupan di bumi.
Karena Izzah, Al-Mu'tasim kirim ratusan ribu tentara bela seorang muslimah.
Karena-Nya duapuluh lima ribu pasukan Qutuz hancurkan mongol yang pongah.
Karena seruan Rasul-Nya Al Fatih taklukkan konstantinopel yang berdinding baja.
Dan untuk membela Rasul-Nya kami semua siap berangkat jadi pengembara surga.
IV
Berhentilah bermain-main dengan kekuatan cinta pada lelaki gurun yang terpilih itu.
Kalian akan rasakan perihnya luka tersobek-sobek sebagaimana pasukan Hulagu.
Kalian akan gentar pada mujahid yang kumandangkan takbir seperti masa lalu.
Kelak jutaan singa Ilahi yang kini tertidur akan bangun dan bersatu padu.
Kemenangan dan kekalahan akan dipergilirkan dalam kehidupan manusia.
Di zaman keemasan kami negeri dan bangsa kalian begitu biadab dan terhina.
Diakhir zaman ini akan lahir Al Mahdi pemimpin yang membawa kami kuasai dunia.
Dan Izzul Islam wal Muslimin akan kembali sinari bumi dalam kedamaian yang bahagia.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Kamis, 30 Agustus 2012
59-2012. Kepada Bangsa Arab
59-2012. Kepada Bangsa Arab
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Dulu, cahaya Tauhid nan benderang memancar dari Gurun Arabia yang tandus.
Disana ada Imron bin Husain yang berambut merah dan bermata biru datang dari Rum.
Abdullah bin Salam Yahudi Ahli Taurat yang tersunggur dalam syahadat Tauhid yang getarkan jiwa.
Dan di atas Ka'bah yang mulia Bilal Bin Rabbah Kumandangkan azan proklamasi Kehancuran berhala.
Segala warna kulit dan berbagai bangsa bersatu dibawah panjimu seberangi ganasnya padang pasir.
Rum dan Persia? Sang Maharaja Dunia tunduk dibawah kaki para pengembara surga dalam kehinaan.
Di tanganmu, tergenggam segala kemuliaan dan kejayaan seribu tiga ratus tahun.
Dan memancarlah firman suci-Nya ke empat benua.
II
Tapi segenap keperkasaan itu kini jadi dongeng pengantar tidur saja.
Engkau kembali terpecah dalam kebanggaan kabilah yang dihembuskan racun Yahudi.
Genderang syaitan ditabuh beriring teriakan untuk sombongkan kebanggaan masa lalu.
Sedang musuhmu?mengintai dari berbagai penjuru bak burung nasar menunggu bangkai lezat.
Perlahan harumnya mawar dari kesunyian gurun kehilangan aroma pengguncang dunia.
Puing-puing bisu barak para pengembara surga berganti jadi nyanyian darwis diiringi dentingan senar dawai.
Kubur-kubur diperindah menjadi mesjid-mesjid tempat mengadu dan mencari kemuliaan dunia dari alam kematian.
Dan generasi penerus sibuk dengan pertengkaran-pertengkaran yang sesungguhnya tiada makna.
III
Perlahan, singa-singa gurun berubah jadi kijang betina yang sibuk tunjukkan keelokan lenggak lenggok.
Tertutup sudah naluri pemburu hebat jadi pemakan rumput di padang nan hijau.
Apatah lagi Universalitas ketauhidan telah tenggelam dalam Arabisme yang sempit.
Dan berlomba dalam kebanggaan semu pertunjukkan kekuatan melalui peperangan sesamamu.
Maka kian hancurlah negerimu, kala bangsa gurun merubah pedang cahaya iman dengan ideologi Baats.
Michael Al-Faq dan Saleh Bitar tebarkan pesona pedang baru yang tidak cocok dibawa pengembara unta Arabia.
Engkau pun teramputasi dalam nasionalisme sempit yang diadu domba.
Terpencar jadi serpih yang dipermainkan singa-singa palsu yang datang dari negeri jauh.
IV
Kian hari, engkau lupa disana terbaring jasad Hawa ibu semua manusia.
Simbol universalitas dan keagungan di bumi tempatmu berada saat ini.
Seharusnya tiada Saudiah, Hasyimiah, dan iah-iah lain yang bermakna tidak untuk semua manusia.
Karena yang ditinggalkan oleh kekasih-Nya adalah Makkah Al Mukarramah dan Madinatul Munawarah.
Betapa sedihnya, di hari ini engkau hanya menjadi pion-pion bangsa yang dahulu begitu biadab.
Di segenap penjuru mereka tak pernah tidur fikirkan cara merampok emas hitam yang mengucur dari bumimu.
Sedang engkau, duduk di singgasana emas dalam kebanggaan dan perhormatan palsu.
Sambil berlomba pertunjukkan jangut dan surban-surban indah bertakhta intan permata.
V
Hari ini Mesjidil Aqshamu dirampas dan diruntuhkan semena-mena dalam diammu.
Tiada lagi Saladin, tiada lagi Qutuz, dan hilang sudah putra-putri Nuruddin Zanki.
Bahkan sebahagian pemimpinmu duduk semeja dengan musuh tertawa terbahak dalam dentingan gelas anggur.
Anggur yang dibeli dari darah rakyat filistin yang tak lebih berharga dari hewan peliharaan.
Ingatlah dulu, Ribuan kilometer Al Mahdi kerahkan ratusan ribu mujahid bela teriakan seorang muslimah di Rum.
Engkau?Ratapan ribuan muslimah Ghaza bak dendang musik indah di telingamu.
Bahkan sumbanganmu untuk kebun binatang di eropa cukup untuk makan rakyat di tanah pendudukan.
Tapi sayang, engkau lebih percaya kalau biaus musuhmu sebagai obat pengangkat kemuliaan.
VI
Wahai putra gurun, pewaris tradisi sebagai penakluk.
Bangunlah, sebelum kehancuran dan penyesalan datang dan engkau lebih terhina lagi.
Hentikan seterumu dengan negeri Salman yang selamatkan kota madinah dengan khandaknya.
Dan berhentilah mempercayai bujuk rayu para penyihir firaun yang susupkan kabbalah.
Kobarkankan lagi samangat badarmu yang rontokkan kesombongan Abu Jahal.
Karena kemuliaanmu terletak pada kekuatan dan harga diri yang terpancar dari cahaya-Nya.
Tinggalkan keindahan-keindahan palsu yang ditawarkan musuhmu, karena itu dulu berasal darimu.
Dan kembalilah pada jati diri sebagai pembawa sinar kebenaran ke seluruh penjuru bumi.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Dulu, cahaya Tauhid nan benderang memancar dari Gurun Arabia yang tandus.
Disana ada Imron bin Husain yang berambut merah dan bermata biru datang dari Rum.
Abdullah bin Salam Yahudi Ahli Taurat yang tersunggur dalam syahadat Tauhid yang getarkan jiwa.
Dan di atas Ka'bah yang mulia Bilal Bin Rabbah Kumandangkan azan proklamasi Kehancuran berhala.
Segala warna kulit dan berbagai bangsa bersatu dibawah panjimu seberangi ganasnya padang pasir.
Rum dan Persia? Sang Maharaja Dunia tunduk dibawah kaki para pengembara surga dalam kehinaan.
Di tanganmu, tergenggam segala kemuliaan dan kejayaan seribu tiga ratus tahun.
Dan memancarlah firman suci-Nya ke empat benua.
II
Tapi segenap keperkasaan itu kini jadi dongeng pengantar tidur saja.
Engkau kembali terpecah dalam kebanggaan kabilah yang dihembuskan racun Yahudi.
Genderang syaitan ditabuh beriring teriakan untuk sombongkan kebanggaan masa lalu.
Sedang musuhmu?mengintai dari berbagai penjuru bak burung nasar menunggu bangkai lezat.
Perlahan harumnya mawar dari kesunyian gurun kehilangan aroma pengguncang dunia.
Puing-puing bisu barak para pengembara surga berganti jadi nyanyian darwis diiringi dentingan senar dawai.
Kubur-kubur diperindah menjadi mesjid-mesjid tempat mengadu dan mencari kemuliaan dunia dari alam kematian.
Dan generasi penerus sibuk dengan pertengkaran-pertengkaran yang sesungguhnya tiada makna.
III
Perlahan, singa-singa gurun berubah jadi kijang betina yang sibuk tunjukkan keelokan lenggak lenggok.
Tertutup sudah naluri pemburu hebat jadi pemakan rumput di padang nan hijau.
Apatah lagi Universalitas ketauhidan telah tenggelam dalam Arabisme yang sempit.
Dan berlomba dalam kebanggaan semu pertunjukkan kekuatan melalui peperangan sesamamu.
Maka kian hancurlah negerimu, kala bangsa gurun merubah pedang cahaya iman dengan ideologi Baats.
Michael Al-Faq dan Saleh Bitar tebarkan pesona pedang baru yang tidak cocok dibawa pengembara unta Arabia.
Engkau pun teramputasi dalam nasionalisme sempit yang diadu domba.
Terpencar jadi serpih yang dipermainkan singa-singa palsu yang datang dari negeri jauh.
IV
Kian hari, engkau lupa disana terbaring jasad Hawa ibu semua manusia.
Simbol universalitas dan keagungan di bumi tempatmu berada saat ini.
Seharusnya tiada Saudiah, Hasyimiah, dan iah-iah lain yang bermakna tidak untuk semua manusia.
Karena yang ditinggalkan oleh kekasih-Nya adalah Makkah Al Mukarramah dan Madinatul Munawarah.
Betapa sedihnya, di hari ini engkau hanya menjadi pion-pion bangsa yang dahulu begitu biadab.
Di segenap penjuru mereka tak pernah tidur fikirkan cara merampok emas hitam yang mengucur dari bumimu.
Sedang engkau, duduk di singgasana emas dalam kebanggaan dan perhormatan palsu.
Sambil berlomba pertunjukkan jangut dan surban-surban indah bertakhta intan permata.
V
Hari ini Mesjidil Aqshamu dirampas dan diruntuhkan semena-mena dalam diammu.
Tiada lagi Saladin, tiada lagi Qutuz, dan hilang sudah putra-putri Nuruddin Zanki.
Bahkan sebahagian pemimpinmu duduk semeja dengan musuh tertawa terbahak dalam dentingan gelas anggur.
Anggur yang dibeli dari darah rakyat filistin yang tak lebih berharga dari hewan peliharaan.
Ingatlah dulu, Ribuan kilometer Al Mahdi kerahkan ratusan ribu mujahid bela teriakan seorang muslimah di Rum.
Engkau?Ratapan ribuan muslimah Ghaza bak dendang musik indah di telingamu.
Bahkan sumbanganmu untuk kebun binatang di eropa cukup untuk makan rakyat di tanah pendudukan.
Tapi sayang, engkau lebih percaya kalau biaus musuhmu sebagai obat pengangkat kemuliaan.
VI
Wahai putra gurun, pewaris tradisi sebagai penakluk.
Bangunlah, sebelum kehancuran dan penyesalan datang dan engkau lebih terhina lagi.
Hentikan seterumu dengan negeri Salman yang selamatkan kota madinah dengan khandaknya.
Dan berhentilah mempercayai bujuk rayu para penyihir firaun yang susupkan kabbalah.
Kobarkankan lagi samangat badarmu yang rontokkan kesombongan Abu Jahal.
Karena kemuliaanmu terletak pada kekuatan dan harga diri yang terpancar dari cahaya-Nya.
Tinggalkan keindahan-keindahan palsu yang ditawarkan musuhmu, karena itu dulu berasal darimu.
Dan kembalilah pada jati diri sebagai pembawa sinar kebenaran ke seluruh penjuru bumi.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Selasa, 28 Agustus 2012
58-2012. Kepadamu Yang Tak Mencintai Keluarga Rasulullah*
58-2012. Kepadamu Yang Tak Mencintai Keluarga Rasulullah*
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Hari-hari terakhir kudengar sekelompok manusia mengaku sebagai pemilik kebenaran.
Dengan bangganya pekikkan takbir hancurkan makam seorang hamba Tuhan.
Atas nama amarah berkata bahwa itu adalah sumber kemusyrikan.
Tanpa diikuti oleh kebijaksaaan yang jadi ciri orang beriman.
Tahukah engkau hai saudaraku?jasad siapakah di kubur itu?
Disitu terbaring jasad IMAM ABDUSSALAM AL AHMAR Radiyallahu anhu.
Cucu dari cucu seorang hamba yang paling dicintai Allah sejak 800 tahun yang lalu.
Dia lah, cucu Imam Hasan bin Ali, sang cucu kecintaan Rasulullah yang telah kalian ganggu.
II
Mengapa penghancuran Makam Kakeknya Hassan kalian Ulangi lagi setelah 86 tahun masa*
Tidak cukupkah Hadits sesungguhnya keduanya pemuka para pemuda ahli syurga.
Tidak cukupkah nasab mulia mereka melembutkan amarahmu didalam dada.
Sampai kepada jasad mereka yang terbujur kaku kalian semena-mena.
Terhadap Firaun yang Zhalim pun Allah berpesan kepada Musa yang mulia.
Agar bersikap baik dan lembut dalam menyampaikan kebenaran lewat kata-kata.
Saudaraku, adakah engkau lebih mulia dari Musa sehingga pada Cicit Rasul kalian tega.
Ataukah keyakinan nafsu sebagai pemilik kebenaran sejati yang telah terpatri didalam jiwa.
III
Saudaraku, tengoklah jauh ke masa silam dalam relung waktu sejarah keemasan peradaban.
Para Mujahid Besar Pembela adalah sufi yang hidup dalam iman dan kesederhanaan.
Salahuddin Al Ayubi menghadap Ilahi tanpa uang untuk biaya penguburan.
Sedang kalian saat ini hidup dalam limpahan minyak karunia Tuhan.
Belajarlah dari sisi hitam Dinasti Abassiyah yang di awal pendirian.
Tatkala Makam-makam Penguasa Daulah Umayah di Syiria dihancurkan.
Dan dalam perjalanan akhir dinasti mereka pun dihinakan dan dipermalukan.
Itulah bagian proses sejarah yang melalui berbagai kejadian telah Tuhan ajarkan.
IV
Saudaraku, bacalah lembaran sejarah tentang Imam Sanusi, Al Mahdi, dan lainnya.
Ikuti kisah perjalanan Mujahid Agung Ibnu Taimiyah dan ulama sesudahnya.
Mereka itu pencinta malam yang senantiasa berzikir cucurkan airmata.
Bersikap tegas terhadap kekufuran dan kasih sayang pada sesama.
Berhentilah bangga dengan pemahaman sepihak tentang kebenaran.
Karena kebenaran hakiki dan mutlak kesempurnaannya hanya milik Tuhan.
Kecerdasan dan kemampuan yang kita miliki semuanya hanyalah sebuah titipan.
Dan kelak saat menghadap-Nya semua hamba akan diminta pertanggungjawaban.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
* Syair ini dibuat atas keperihatinan terhadap penghancuran makam Imam Abdus Salam Al Ahmar,
cicit Rasulullah di Libiya, dihari penghancuran makam Imam Hasan di Baqi 86 tahun yang silam.
http://indonesian.irib.ir/hidden-1/-/asset_publisher/m7UK/content/di-hari-penghancuran-kuburan-baqi-wahabi-ratakan-kuburan-cucu-imam-hasan-as-di-libya?redirect=http%3A%2F%2Findonesian.irib.ir%2Fhidden-1%3Fp_p_id%3D101_INSTANCE_m7UK&p_p_lifecycle=0&p_p_state=normal&p_p_mode=view&p_p_col_id=column-1&p_p_col_count=3
Jumat, 24 Agustus 2012
57-2012. Surat Terbuka Kepada Putra Jazirah Para Nabi
57-2012. Surat Terbuka Kepada Putra Jazirah Para Nabi
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Hari ini kembali dengan bergidik kulihat di jazirahmu pemandangan yang begitu mengenaskan.
Para pemburu berpesta pora tanpa harus lelah acungkan senjata ke kumpulan rusa di hutan.
Karena tanduk tajammu sedang berlaga menusuk perut sesama memperebutkan kekuasaan.
Dan dengan sabar mereka menunggu bangkaimu yang begitu segar dan nikmat berjatuhan.
Dimana kebanggaan para putra rajawali gurun yang perkasa dahulu jadi raja angkasa?
Oh,ia telah pergi bersama perginya sebuah generasi yang pernah getarkan tiga benua.
Kumandang pekik takbirnya tak lagi gentarkan musuh bak auman singa gurun sahara.
Karena sesungguhnya ia tak lebih hanya singa yang meyakini dirinya bangsa domba.
II
Di hari ini ramalan hamba yang paling mulia diantara para hamba-Nya terbukti.
Bukan kelaparan dan teriknya matahari gurun yang mampu lemahkan nyali.
Tapi kucuran emas hitam dari dasar bumi yang bawa kemakmuran negeri.
Dan limpahan kekayaan minyak pemberian Allah itulah yang tidak disyukuri.
Mana nyalimu yang mudah pecah dihadapan burung nazar yang seram?
Seolah engkau berhadapan dengan sekumpulan srigala yang kejam.
Padahal didasar hatinya mereka takuti kegagahanmu di masa silam.
Yang dahulu bak serbuan badai pasir membawa panji-panji hitam.
III
Kini,engkau tak lebih hanya buih yang dipermainkan samudera.
Hanya untuk bersatu dalam kata-kata pun engkau tak bisa.
Apatah lagi kalau kau diserahi tugas berat memimpin dunia.
Seperti tujuh ratus tahun lamanya tegak sebuah khilafah.
Putra Gurun! lumbung-lumbung padimu kelak akan habis.
Sedang kau hanya terbiasa tadahkan tangan bak pengemis.
Dan dihari ini pun kau biarkan musuh mencabikmu dengan sadis.
Sungguh kelak hanya penyesalan yang didapat tatkala berakhir tragis.
IV
Percayalah, tiada srigala yang akan berbaik-baik kepada mangsa dengan tulus.
Tiada kemuliaan rajawali sebelum ia taklukkan badai gurun yang berhembus.
Dengan keberanian, kegagahan, dan keteguhan hati kemuliaan bisa ditebus.
Sebagaimana dahulu seruan agung Sang Nabi terakhir tatkala ia di utus.
Putra gurun.Sadarlah musuh-musuhmu kini menari dengan gembira.
Dan jazirah tempat leluhurmu akan jadi lautan derita dan nestapa.
Bangkit dan kembalikan persatuanmu pada jalan Tauhid Ilallah.
Niscaya engkau akan mampu kembali sebagai umat nan jaya.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Sabtu, 18 Agustus 2012
53-2012. Selamat Idhul Fitri 1433 H
53-2012. Selamat Idhul Fitri 1433 H
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Besok adalah hari nan fitri,
berharap puasa kan dibalasi,
diberi ampunan setelah mati,
Selama hidup dijalan Ilahi.
29 hari kita berpuasa,
menahan lapar serta dahaga,
menjaga lidah dalam berkata,
menjaga hati terjauh dosa.
Kepada sahabat dan handai taulan,
setulus hati daku ucapkan,
maafkan diri atas kesalahan,
ampuni segala yang terlalaikan.
II
Berharap diri hidup bermakna,
menjadi satu kata dan amalnya,
jadi teladan anak-anaknya,
dapat di contoh masyarakatnya.
Kepada diri hamba berpesan,
sadarlah diri sebagai insan,
amal yang baik mari kumpulkan,
yang salah-salah mari jauhkan.
Dunia ini hanya hiasan,
kelak sendiri menghadap Tuhan,
hanya berbungkus kain kafan,
yang kan berguna hanya amalan.
III
bulan ramadhan telah berakhir,
segala amal moga terukir,
menjadi modal saat berakhir,
tatkala datang masanya taqdir.
Hidup di dunia tidaklah lama,
Amalan baik harus dijaga,
nafsu diatur sekuat tenaga,
supaya kelak berbuah surga.
Wahai diri, kelak akan berakhir fana,
kumpulkan bekal oleh karena,
supaya bahagia di alam sana,
di akherat kelak tidak merana.
IV
Kepada sahabat hamba ucapkan,
selamat idhul fitri hamba sampaikan,
semoga rahmat Allah berikan,
menjadi baik kita ke depan.
Anak dan keluarga diperhatikan,
sholat yang wajid diutamakan,
akhlak yang baik diteladankan,
yang buruk-buruk mari jauhkan.
Pada Ilahi hamba meminta,
jauhkan diri dari derita,
jauhkan juga maksiat dosa,
berilah ridho nikmatnya surga.
al Faqiir
Hamdi Akhsan
Jumat, 17 Agustus 2012
52-2012. Syair Lebaran (2)
52-2012. Syair Lebaran (2)
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Inilah syair tentang lebaran,
yang akan datang habis ramadhan,
ditunggu-tunggu orang beriman,
setelah puasa selama sebulan.
Hari ini hari bahagia,
setelah jalani masa puasa,
terdengar banyak canda dan tawa,
serta maaf ucapan kata.
Banyak orang merasa menang,
lapar dan haus menjadi hilang,
anak dirantau berangkat pulang,
senagnya hati bukan kepalang.
II
Tetapi terbalik hakekat puasa,
harusnya bertambah iman didada,
bertambah pula sifat sederhana,
sebagai wujud meningkat taqwa.
Kasihan sungguh apa terlihat,
sebagian lebaran campur maksiat,
yang tidak boleh tetap dilihat,
yang dilarang-Nya tetap dibuat.
Ada pula yang pamer harta,
untuk belalakkan semua mata,
segala perhiasan dibawa serta,
seakan malaikat sudah buta.
III
Kasihan sungguh yatim piatu,
sedih hatinya sudahlah tentu,
tiada berayah tiada beribu,
tiada pula orang membantu.
Menetes air mata mereka,
melihat sebaya gembira ria,
kian kemari di hari raya,
seperti hidup tiada derita.
Alangkah baik bila teringat,
berilah mereka infak dan zakat,
terhibur tentu akan terlihat,
dicacat pahala oleh malaikat.
IV
Rezeki dibagi pada yang miskin,
dilipatgandakan pastilah yakin,
bertambah kelak harta semakin,
itulah janji Robbul Alamien.
Setelah ramadhan datanglah sawal,
Puasa sebulan jadikan bekal,
'tuk kendalikan nafsu dan akal,
modal menghadap Yang Maha Kekal.
Ibadah wajib mari tingkatkan,
yang sunnah-sunah mari kerjakan,
amal yang buruk mari tinggalkan,
supaya bahagia menghadap Tuhan.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Inilah syair tentang lebaran,
yang akan datang habis ramadhan,
ditunggu-tunggu orang beriman,
setelah puasa selama sebulan.
Hari ini hari bahagia,
setelah jalani masa puasa,
terdengar banyak canda dan tawa,
serta maaf ucapan kata.
Banyak orang merasa menang,
lapar dan haus menjadi hilang,
anak dirantau berangkat pulang,
senagnya hati bukan kepalang.
II
Tetapi terbalik hakekat puasa,
harusnya bertambah iman didada,
bertambah pula sifat sederhana,
sebagai wujud meningkat taqwa.
Kasihan sungguh apa terlihat,
sebagian lebaran campur maksiat,
yang tidak boleh tetap dilihat,
yang dilarang-Nya tetap dibuat.
Ada pula yang pamer harta,
untuk belalakkan semua mata,
segala perhiasan dibawa serta,
seakan malaikat sudah buta.
III
Kasihan sungguh yatim piatu,
sedih hatinya sudahlah tentu,
tiada berayah tiada beribu,
tiada pula orang membantu.
Menetes air mata mereka,
melihat sebaya gembira ria,
kian kemari di hari raya,
seperti hidup tiada derita.
Alangkah baik bila teringat,
berilah mereka infak dan zakat,
terhibur tentu akan terlihat,
dicacat pahala oleh malaikat.
IV
Rezeki dibagi pada yang miskin,
dilipatgandakan pastilah yakin,
bertambah kelak harta semakin,
itulah janji Robbul Alamien.
Setelah ramadhan datanglah sawal,
Puasa sebulan jadikan bekal,
'tuk kendalikan nafsu dan akal,
modal menghadap Yang Maha Kekal.
Ibadah wajib mari tingkatkan,
yang sunnah-sunah mari kerjakan,
amal yang buruk mari tinggalkan,
supaya bahagia menghadap Tuhan.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
50-2012. Refleksi 67 tahun Kemerdekaan
50-2012. Refleksi 67 tahun Kemerdekaan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Dahulu di tanah kami pernah muncul para pejuang samudera yang menggetarkan.
Dengan perahu cadik mereka taklukkan angkuh dan ganasnya samudera luas.
Hari berganti bulan, bulan berganti tahun dijelajahinya seluruh negeri.
Kukuhkan keperkasaan dan jati dirinya sebagai bangsa bahari.
Tanah nan subur menjadi rahmat yang tak dimiliki bangsa lain.
Para raja busungkan dada hadapi penjajah yang memperbudak rakyat.
Tak akan diserahkan lahan subur dan hutan rimba sejengkalpun pada musuh.
Walau segenap bujuk rayu mengatasnamakan industri dan perdagangan antar negara.
II
Tapi kini, negeriku telah menjadi sebuah barak besar yang menjadi kuli para investor.
Jutaan kuli bekerja di perkebunan yang sahamnya dimiliki asing melalui bursa.
Jutaan lainnya berangkat menjadi babu dan kuli di berbagai negara.
Yang dengan kepedihan tinggalkan anak bayi dan keluarga.
Begitu banyak yang bangga bila berhasil datangkan pemodal.
Hutan-hutan sumber oksigen dan tempat hewan pun hancur lebur.
Debu, bahan kimia, dikompensasikan dengan sedikit uang untuk hidup.
Sedang keuntungan yang banyak diangkut tanpa sedikitpun yang tersisa.
III
Kelak, tinggallah tanah-tanah gersang dan rusak untuk generasi penerus.
Negeri yang subur hanya tinggal kenangan dan cerita sejarah yang manis.
Kebekajatan & sampah budaya,menjadi biasa dan tak lagi dianggap kanker.
Dan tanah-tanah yang terluka karena dizalimi pun akan berikan balasannya.
Negeri ini, telah terjual dalam kebanggaan sesaat yang menyesatkan jatidiri.
Bak perahu yang tiap penghuninya membuat lubang puaskan keserakahan.
Hanya menunggu saat-saat akhir untuk tenggelam dalam kegagalan.
Dan yang tersisa hanya kesedihan dan penyesalan.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Dahulu di tanah kami pernah muncul para pejuang samudera yang menggetarkan.
Dengan perahu cadik mereka taklukkan angkuh dan ganasnya samudera luas.
Hari berganti bulan, bulan berganti tahun dijelajahinya seluruh negeri.
Kukuhkan keperkasaan dan jati dirinya sebagai bangsa bahari.
Tanah nan subur menjadi rahmat yang tak dimiliki bangsa lain.
Para raja busungkan dada hadapi penjajah yang memperbudak rakyat.
Tak akan diserahkan lahan subur dan hutan rimba sejengkalpun pada musuh.
Walau segenap bujuk rayu mengatasnamakan industri dan perdagangan antar negara.
II
Tapi kini, negeriku telah menjadi sebuah barak besar yang menjadi kuli para investor.
Jutaan kuli bekerja di perkebunan yang sahamnya dimiliki asing melalui bursa.
Jutaan lainnya berangkat menjadi babu dan kuli di berbagai negara.
Yang dengan kepedihan tinggalkan anak bayi dan keluarga.
Begitu banyak yang bangga bila berhasil datangkan pemodal.
Hutan-hutan sumber oksigen dan tempat hewan pun hancur lebur.
Debu, bahan kimia, dikompensasikan dengan sedikit uang untuk hidup.
Sedang keuntungan yang banyak diangkut tanpa sedikitpun yang tersisa.
III
Kelak, tinggallah tanah-tanah gersang dan rusak untuk generasi penerus.
Negeri yang subur hanya tinggal kenangan dan cerita sejarah yang manis.
Kebekajatan & sampah budaya,menjadi biasa dan tak lagi dianggap kanker.
Dan tanah-tanah yang terluka karena dizalimi pun akan berikan balasannya.
Negeri ini, telah terjual dalam kebanggaan sesaat yang menyesatkan jatidiri.
Bak perahu yang tiap penghuninya membuat lubang puaskan keserakahan.
Hanya menunggu saat-saat akhir untuk tenggelam dalam kegagalan.
Dan yang tersisa hanya kesedihan dan penyesalan.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Kamis, 16 Agustus 2012
51-2012. Syair Mudik (2)
51-2012. Syair Mudik (2)
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Setahun sudah waktu hampir berlalu,
kudengar dendang kerinduan seorang anak,
mengenang cinta ayah dan bunda dimasa kecil,
Rindu, kicau burung desa menembus embun pagi.
Pergi merantau membawa mimpi sering tak seindah realita.
Kadang hati nurani harus dibunuh agar mampu bertahan.
Ketakutan akan terasing membuat idealisme patah.
Dan tinggallah perjalanan hidup tanpa makna.
II
Mudik, sesaat melepas letihnya beban hidup.
Mencari setetes ketulusan yang tersisa dalam keluarga.
Berharap senangkan orang tua selama nafas masih ada,
atau menatap kubur sunyi dalam lantunan doa.
Adalah kerinduan kadang tak sesuai harapan.
Rencana berbahagia di kampung jadi penderitaan.
Taqdir menghendaki terjadi kemalangan dalam perjalanan.
Tinggallah air mata yang menetes dari sanak keluarga.
III
andai saja, biaya mudik diinfaqkan untuk kaum duafa.
Mungkin negeri ini telah menjadi negeri yang kaya raya.
Tak ada lagi yang tadahkan tangan jadi peminta-minta.
Sebagai bagian dari upaya jadikan umat bangsa nan jaya.
Tapi harapan itu hanya lintasan kosong dari angan-angan.
Betapa sulit mereka yang berpunya ulurkan tangan.
Apa lagi kebanyakan manusia takut kemiskinan.
Dan dari kecil sifat memberi tidak dibiasakan.
IV
Lebaran menjelang, BBM habis berjuta liter.
Jalan-jalan penuh sesak berdebu oleh kendaraan.
Uang yang dibelanjakan ratusan milyar untuk makanan.
Setelah itu memulai lagi untuk modal mudik tahun depan.
Lingkaran itu bermakna dalam menggerakkan roda ekonomi.
Namun hanya pada tingkat terendah berbentuk konsumsi.
Para pemilik modal mengambil keuntungan genjot produksi.
Dan bangsa ini kembali jadi objek pengusahal luar negeri.
Sebuah kerinduan kampung halaman yang begitu mahal.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Setahun sudah waktu hampir berlalu,
kudengar dendang kerinduan seorang anak,
mengenang cinta ayah dan bunda dimasa kecil,
Rindu, kicau burung desa menembus embun pagi.
Pergi merantau membawa mimpi sering tak seindah realita.
Kadang hati nurani harus dibunuh agar mampu bertahan.
Ketakutan akan terasing membuat idealisme patah.
Dan tinggallah perjalanan hidup tanpa makna.
II
Mudik, sesaat melepas letihnya beban hidup.
Mencari setetes ketulusan yang tersisa dalam keluarga.
Berharap senangkan orang tua selama nafas masih ada,
atau menatap kubur sunyi dalam lantunan doa.
Adalah kerinduan kadang tak sesuai harapan.
Rencana berbahagia di kampung jadi penderitaan.
Taqdir menghendaki terjadi kemalangan dalam perjalanan.
Tinggallah air mata yang menetes dari sanak keluarga.
III
andai saja, biaya mudik diinfaqkan untuk kaum duafa.
Mungkin negeri ini telah menjadi negeri yang kaya raya.
Tak ada lagi yang tadahkan tangan jadi peminta-minta.
Sebagai bagian dari upaya jadikan umat bangsa nan jaya.
Tapi harapan itu hanya lintasan kosong dari angan-angan.
Betapa sulit mereka yang berpunya ulurkan tangan.
Apa lagi kebanyakan manusia takut kemiskinan.
Dan dari kecil sifat memberi tidak dibiasakan.
IV
Lebaran menjelang, BBM habis berjuta liter.
Jalan-jalan penuh sesak berdebu oleh kendaraan.
Uang yang dibelanjakan ratusan milyar untuk makanan.
Setelah itu memulai lagi untuk modal mudik tahun depan.
Lingkaran itu bermakna dalam menggerakkan roda ekonomi.
Namun hanya pada tingkat terendah berbentuk konsumsi.
Para pemilik modal mengambil keuntungan genjot produksi.
Dan bangsa ini kembali jadi objek pengusahal luar negeri.
Sebuah kerinduan kampung halaman yang begitu mahal.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Rabu, 15 Agustus 2012
50-2012. Syair Kubur (3)
50-2012. Syair Kubur (3)
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Syair kuburku akan berlanjut,
berharap diri semakin takut,
tatkala kelak datangnya maut,
segala nikmat akan tercabut.
Setelah jasad insan ditanam,
mulai berubah akan menghitam,
muncullah bau luar dan dalam,
sungguh kejadian begitu seram.
cantik dan gagah akan menghilang,
Begitulah setelah hari berbilang,
meluluh daging meluluh tulang,
berlalu pagi berlalu petang.
II
Malam Pertama membusuk badan,
dimulai perut dan kemaluan,
dua yang selalu jadi tujuan,
selama hidup seorang insan.
Rugilah manusia yang tiada takut,
tuhankan kemaluan beserta perut,
semua kan luluh serta mengkerut,
hijau dan hitam warna terliput.
Semua perhiasan tiada guna,
jasad membusuk tiada pesona,
tinggallah diri akan merana,
penuh derita di kubur sana.
III
Malam Kedua membusuk limpa,
hati pun ikut berbau pula,
lambung berair bau sempurna,
paru-paru pun begitu juga.
Hati yang hidup didalam iman,
membuat jasad menjadi nyaman,
diakherat ia kan aman,
dikaruniai tempat surga ditaman.
Lambung manusia akan berguna,
pabila halal dimasukkannya,
dijaga rezeki datang padanya,
dibatasi pula nafsu makannya.
IV
Hari Ketiga semua berubah,
anggota tubuh membengkak sudah,
ada yang membesar seperti gajah,
tak ada lagi yang tampak indah.
Jasad yang gagah sudah berbau,
kalau dilihat pasti kan malu,
sendi-sendi pun menjadi kaku,
mulut terkunci seperti gagu.
Binatang tanah mulai mendekat,
cacing-cacing pun mulai menggeliat,
dengan serakah bangkai dilihat,
untuk disantap begitu nikmat.
V
Setelah seminggu mata pun hancur,
pipi berair tak guna pupur,
lidah si mayat tampak terjulur.
wajahnya seperti hancur lebur.
10 hari sesudah mayat ditanam,
anggota tubuh hancur menghitam,
semuanya terlihat begitu seram,
itulah taqdirnya hukum alam.
Masa 2 Minggu Rambutpun rontok,
mata pun kosong kayak tercolok,
habis semua wajah yang elok,
itulah terjadi di hari esok.
VI
15 Hari kemudian sungguh tak nyaman,
jarak limakilo bau di penciuman,
ulat-ulat pun kan berdatangan,
menyantap mayat jadi makanan.
Jasad yang ada akan berkurang,
sebagian menjadi ulatnya sarang,
sebahagian hitam seperti arang,
sungguh tak lagi seperti orang.
Semakin lama semakin habis,
semua daging kian menipis,
organ dalam pun akan terkikis,
sungguh terlihat begitu menggiris.
VII
Bila sudah 6 Bulan berlalu,
Yang tersisa tulang dan kuku,
beserta rambut saksi yang bisu,
kiamat kelak akan menunggu.
Masa berlalu tanpa terasa
25 Tahun berlalu sudah,
tinggallah secuil tulang yang ada,
ajbudz dzanab (tulang ekor) ia bernama.
Kiamat kelak kan dibangkitkan,
tulang ekor yang dicirikan,
bagai disiram biji tanaman,
jasad kan bangkit sebagai insan.
VIII
Wahai sahabat sesama hamba,
jangan jadikan umur tersia,
manfaatkan baik waktu yang ada,
agar tak sesal dihadapan-Nya.
Semua kelak dipertanggungjawabkan,
waktu yang ada dikemanakan,
harta untuk apa dimanfaatkan,
kesehatan kemana dipergunakan.
syairku ini sampai disini,
moga berguna tuk direnungi,
selama umur masih diberi,
agar bahagia setelah mati.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Syair kuburku akan berlanjut,
berharap diri semakin takut,
tatkala kelak datangnya maut,
segala nikmat akan tercabut.
Setelah jasad insan ditanam,
mulai berubah akan menghitam,
muncullah bau luar dan dalam,
sungguh kejadian begitu seram.
cantik dan gagah akan menghilang,
Begitulah setelah hari berbilang,
meluluh daging meluluh tulang,
berlalu pagi berlalu petang.
II
Malam Pertama membusuk badan,
dimulai perut dan kemaluan,
dua yang selalu jadi tujuan,
selama hidup seorang insan.
Rugilah manusia yang tiada takut,
tuhankan kemaluan beserta perut,
semua kan luluh serta mengkerut,
hijau dan hitam warna terliput.
Semua perhiasan tiada guna,
jasad membusuk tiada pesona,
tinggallah diri akan merana,
penuh derita di kubur sana.
III
Malam Kedua membusuk limpa,
hati pun ikut berbau pula,
lambung berair bau sempurna,
paru-paru pun begitu juga.
Hati yang hidup didalam iman,
membuat jasad menjadi nyaman,
diakherat ia kan aman,
dikaruniai tempat surga ditaman.
Lambung manusia akan berguna,
pabila halal dimasukkannya,
dijaga rezeki datang padanya,
dibatasi pula nafsu makannya.
IV
Hari Ketiga semua berubah,
anggota tubuh membengkak sudah,
ada yang membesar seperti gajah,
tak ada lagi yang tampak indah.
Jasad yang gagah sudah berbau,
kalau dilihat pasti kan malu,
sendi-sendi pun menjadi kaku,
mulut terkunci seperti gagu.
Binatang tanah mulai mendekat,
cacing-cacing pun mulai menggeliat,
dengan serakah bangkai dilihat,
untuk disantap begitu nikmat.
V
Setelah seminggu mata pun hancur,
pipi berair tak guna pupur,
lidah si mayat tampak terjulur.
wajahnya seperti hancur lebur.
10 hari sesudah mayat ditanam,
anggota tubuh hancur menghitam,
semuanya terlihat begitu seram,
itulah taqdirnya hukum alam.
Masa 2 Minggu Rambutpun rontok,
mata pun kosong kayak tercolok,
habis semua wajah yang elok,
itulah terjadi di hari esok.
VI
15 Hari kemudian sungguh tak nyaman,
jarak limakilo bau di penciuman,
ulat-ulat pun kan berdatangan,
menyantap mayat jadi makanan.
Jasad yang ada akan berkurang,
sebagian menjadi ulatnya sarang,
sebahagian hitam seperti arang,
sungguh tak lagi seperti orang.
Semakin lama semakin habis,
semua daging kian menipis,
organ dalam pun akan terkikis,
sungguh terlihat begitu menggiris.
VII
Bila sudah 6 Bulan berlalu,
Yang tersisa tulang dan kuku,
beserta rambut saksi yang bisu,
kiamat kelak akan menunggu.
Masa berlalu tanpa terasa
25 Tahun berlalu sudah,
tinggallah secuil tulang yang ada,
ajbudz dzanab (tulang ekor) ia bernama.
Kiamat kelak kan dibangkitkan,
tulang ekor yang dicirikan,
bagai disiram biji tanaman,
jasad kan bangkit sebagai insan.
VIII
Wahai sahabat sesama hamba,
jangan jadikan umur tersia,
manfaatkan baik waktu yang ada,
agar tak sesal dihadapan-Nya.
Semua kelak dipertanggungjawabkan,
waktu yang ada dikemanakan,
harta untuk apa dimanfaatkan,
kesehatan kemana dipergunakan.
syairku ini sampai disini,
moga berguna tuk direnungi,
selama umur masih diberi,
agar bahagia setelah mati.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Senin, 13 Agustus 2012
48-2012. Enam Belas Ribu Bulan Setelah Itu
48-2012. Enam Belas Ribu Bulan Setelah Itu
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kekasih, Masa seribu bulan itu bukanlah waktu yang sebentar dalam kurun manusia.
Kalau ia ukiran di batung karang ditengah gurun pasir, tiada lagi catatan yang membekas.
Tenggelam bak airmata adam yang mengalir selama seribu duaratus bulan.
Atau seperti harapan Ibrahim diberi putra penerus Risalah.
Generasi kini bak burung pipit, entah berapa keturunan telah berlalu.
Berapa pula luas tanaman padi yang telah hilang dalam kesedihan petani.
Namun tiada cerita, tiada catatan yang diukir dalam sejarah kehidupan.
Sirna bak lautan debu di tengah samudera gurun.
II
Kekasih, andai api-Mu masih Engkau tampakkan seperti pada Musa di Lembah Tuwa.
Tentu tak akan ada pengkhianatan Samiri yang berbalut logika sihir sains seperti di hari ini.
Tua muda berbondong akan datang pada-Mu dengan wajah berhias sejuta harap.
Walau harus menempuh gelapnya rimba yang dijaga singa pemakan nan buas.
Namun jarak masa hampir duaribu bulan kaburkan kesejatian cinta itu.
Seolah ia hanya pekikan lemah yang hilang dibawa badai nafsu angkara.
Cahaya-Mu? hanya muncul bak damar buram yang menerangi gelap sesaat,
Dan setelah itu sirna terbawa sihir Hammam dalam kecongkakan akal zaman baru.
III
Kini seribu bulan-Mu tak lagi menyedot para musafir hayati indahnya rasa lapar.
Bak ritual kosong Pendeta Majusi kala api tinggal jadi kumpulan arang panas yang dijaga.
Bukan spirit pembakar peradaban iblis yang menipu dengan keindahan surgawi palsu.
Yang jauhkan para mujahid bak jauhnya ikan dari air yang memberinya kehidupan.
Tuba peradaban yang lelah masih begitu menggiurkan para pencintanya.
Rumput-rumput hijau yang baru tumbuh di musim penghujan pun lupa teriknya kemarau.
Seolah zaman ini adalah kebahagiaan puncak dalam supremasi materi.
Dan terhapus ingatan pada indahnya kehidupan akherat yang abadi.
IV
Kekasih, ini kurun yang lelah menuju jurang nestapa kematian.
Dajjal telah bersimaharajalela lebih dari gelombang dendam Hulagu di bumi penuh rahmat dahulu.
Kalau dulu, para syuhada bermandi darah, kini para penerus habiskan waktu bergembira ria.
Dan kehancuran tanpa sadar telah hampir sempurna di depan mata.
Kekasih, sejenak hamba ingin lepaskan lelah ini dalam diam.
Tapi musuh-musuh-Mu tak pernah letih dengan permainan baru.
Benih-benih muda yyang bernas telah terkontaminasi pertisida dajjal berlumur maksiat.
Dan tak akan berhenti sampai menguasai para pencinta-Mu di akhir zaman.
Hampir enamabelas ribu bulan berlalu sudah, dan kini tiba zaman Ghuroba*
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
*Ghuroba : Islam Asing dimata pemeluknya sendiri.
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kekasih, Masa seribu bulan itu bukanlah waktu yang sebentar dalam kurun manusia.
Kalau ia ukiran di batung karang ditengah gurun pasir, tiada lagi catatan yang membekas.
Tenggelam bak airmata adam yang mengalir selama seribu duaratus bulan.
Atau seperti harapan Ibrahim diberi putra penerus Risalah.
Generasi kini bak burung pipit, entah berapa keturunan telah berlalu.
Berapa pula luas tanaman padi yang telah hilang dalam kesedihan petani.
Namun tiada cerita, tiada catatan yang diukir dalam sejarah kehidupan.
Sirna bak lautan debu di tengah samudera gurun.
II
Kekasih, andai api-Mu masih Engkau tampakkan seperti pada Musa di Lembah Tuwa.
Tentu tak akan ada pengkhianatan Samiri yang berbalut logika sihir sains seperti di hari ini.
Tua muda berbondong akan datang pada-Mu dengan wajah berhias sejuta harap.
Walau harus menempuh gelapnya rimba yang dijaga singa pemakan nan buas.
Namun jarak masa hampir duaribu bulan kaburkan kesejatian cinta itu.
Seolah ia hanya pekikan lemah yang hilang dibawa badai nafsu angkara.
Cahaya-Mu? hanya muncul bak damar buram yang menerangi gelap sesaat,
Dan setelah itu sirna terbawa sihir Hammam dalam kecongkakan akal zaman baru.
III
Kini seribu bulan-Mu tak lagi menyedot para musafir hayati indahnya rasa lapar.
Bak ritual kosong Pendeta Majusi kala api tinggal jadi kumpulan arang panas yang dijaga.
Bukan spirit pembakar peradaban iblis yang menipu dengan keindahan surgawi palsu.
Yang jauhkan para mujahid bak jauhnya ikan dari air yang memberinya kehidupan.
Tuba peradaban yang lelah masih begitu menggiurkan para pencintanya.
Rumput-rumput hijau yang baru tumbuh di musim penghujan pun lupa teriknya kemarau.
Seolah zaman ini adalah kebahagiaan puncak dalam supremasi materi.
Dan terhapus ingatan pada indahnya kehidupan akherat yang abadi.
IV
Kekasih, ini kurun yang lelah menuju jurang nestapa kematian.
Dajjal telah bersimaharajalela lebih dari gelombang dendam Hulagu di bumi penuh rahmat dahulu.
Kalau dulu, para syuhada bermandi darah, kini para penerus habiskan waktu bergembira ria.
Dan kehancuran tanpa sadar telah hampir sempurna di depan mata.
Kekasih, sejenak hamba ingin lepaskan lelah ini dalam diam.
Tapi musuh-musuh-Mu tak pernah letih dengan permainan baru.
Benih-benih muda yyang bernas telah terkontaminasi pertisida dajjal berlumur maksiat.
Dan tak akan berhenti sampai menguasai para pencinta-Mu di akhir zaman.
Hampir enamabelas ribu bulan berlalu sudah, dan kini tiba zaman Ghuroba*
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
*Ghuroba : Islam Asing dimata pemeluknya sendiri.
47-2012. Di Akhir Bulan Ini
47-2012. Di Akhir Bulan Ini
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Moga diakhir ramadhan ini tak ada badai yang akan menyapu kerinduan ini.
Kasih abadi kan terukir bak cinta Qais pada Laila di tengah sepinya gurun.
Harapanku, harumnya bunga ini akan taburkan bibit ke penjuru bumi.
Terbang bersama angin dan kelak tumbuh di tanah baru yang subur.
Kelak ketika cahaya bulan pucat sinari bibit baru yang tumbuh.
Dan bianglala pagi berikan energi padanya tuk menatap dunia.
Seekor burung kecil akan berkicau riang karena ada harapan.
Tempat berhenti kala nafas tak sanggup lanjutkan langkah.
II
Ada hari yang datang dan pergi dengan segala peristiwa.
Embun pagi menghilang dan esok kembali membawa sejuk.
Seribu tahun, seribu peristiwa berlalu dalam pusaran waktu.
Dan manusia datang dan pergi bak butir debu di semesta raya.
Kekasih, izinkan hamba untuk sejenak melepas kepenatan duniawi.
Jasad ini telah begitu ringkih dalam pusaran purnama lima ratus bulan.
Izinkan sejenak hamba pejamkan mata 'tuk mengingat sunyinya kubur.
Agar tertahan segenap duka dan goresan sebelas bulan hilangnya masa.
III
Kini mayang telah berada di tengah jelang masa jadi sendahyang runtuh.
Nafasku telah berada di tepian waktu dekati gelapnya tanah hitam.
Kembali ke rumah tanpa jendela dan dinding pulalam yang indah.
Kecuali berteman cacing dan suara jangkrik sambut purnama.
Kekasih, hamba akan layu dan tunas baru akan tumbuh.
Tidur nan abadi jelang datang dan tiada lagi namaku.
Akan hilang segala lelah menatap semua peristiwa.
Bak elang gurun tercabut sayap dan musnah.
IV
Tertinggal di belakangku sebuah generasi baru.
Bak tumbuhnya pohon di bekas pohon tumbang.
Kelak, akan bersinergi dengan kicau burung-burung.
Menatap dinamika harmoni taqdir yang harus dijalani.
Kekasih, telah kuhirup hikmah di balik banyak peristiwa.
Hanya permainan badai yang datang dan pergi dalam sunyi.
Ada tawa, pekik, kegembiran, dan airmata sebagai pelengkap.
Dan akhirnya kembali dalam harumnya bau tanah disapu embun.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Sabtu, 11 Agustus 2012
47-2012. Wahai Dunia
47-2012. Wahai Dunia
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kekasih,
Daku tak tahu mengapa indahnya mentari tak lagi menyentuh relung hati.
Daku tak tahu mengapa keindahan jiwa ini layu bak layunya bunga melati.
Daku juga tak tahu mengapa kepekaan dalam jiwa ini bagaikan telah mati.
Dan mengapa curahan kata penyejuk jiwa dari relung terdalam berhenti.
Kini masa kemarau panjang telah berlalu dan musim hujan pun telah tiba.
Tapi kemana kemarau jiwa ini akan kusampaikan dengan menghiba.
Keindahan dan ketajaman datang dan pergi bak zaman ghuroba*.
Sungguh terhadap semua keadaan ini ingin menangis hamba.
II
Ingin aku pergi bak elang gurun di kesunyian tebing karang.
Akrab dengan bintang-bintang di angkasa luas yang menerawang.
Berjalan jauh bak sang musafir yang tak pernah rindukan jalan pulang.
Bagai seekor burung pengembara yang pergi kemana ia ingin terbang.
Kurindukan hidup yang fahami hakekat dibalik realitas ciptaan perasaan.
Jauh dari keterombang-ambingan rasa inginkan mulianya kejayaan.
Tiada terjebak pemainan ciptaan yang haru birukan perasaan.
Karena semua tidak bermakna bagi kebaikan masa depan.
III
Betapa banyak jiwa yang tertipu oleh permainan palsu.
Pabila menang bertabur puji dan dianggap pahlawan tentu.
Bila kalah tak sesuai keinginan akan dapat serapah dan gerutu.
Betapa tipisnya garis dalam penilaian manusia bila telah seperti itu.
Ingat tatkala rambut putih mulai tumbuh di kepala seorang hamba.
Pertanda hari-hari hidup yang dijalani mulai masuk masa senja.
Diikuti oleh rontoknya gigi dan rabunnya pandangan mata.
Pertanda masa datangnya kematian hampir pula tiba.
IV
Apalah lagi yang akan dibanggakan seorang insan?
Kala tubuh dingin telah terbukur kaku diikat kain kafan.
Bersiap hadapkan diri pada Ilahi untuk pertanggungjawaban.
Terdiam sendiri dikubur nan sunyi sampai datangnya akhir zaman.
Begitu banyak manusia tertipu dalam panggung kehidupan semu.
Mengejar kekuasaan dan harta serta melupakan Ilahi Yang Satu.
Sampai sesal terlambat dan jasad yang mendingin terbujur kaku.
Sepanjang masa tinggallah dia dalam sesal serta tangisan nan pilu.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kekasih,
Daku tak tahu mengapa indahnya mentari tak lagi menyentuh relung hati.
Daku tak tahu mengapa keindahan jiwa ini layu bak layunya bunga melati.
Daku juga tak tahu mengapa kepekaan dalam jiwa ini bagaikan telah mati.
Dan mengapa curahan kata penyejuk jiwa dari relung terdalam berhenti.
Kini masa kemarau panjang telah berlalu dan musim hujan pun telah tiba.
Tapi kemana kemarau jiwa ini akan kusampaikan dengan menghiba.
Keindahan dan ketajaman datang dan pergi bak zaman ghuroba*.
Sungguh terhadap semua keadaan ini ingin menangis hamba.
II
Ingin aku pergi bak elang gurun di kesunyian tebing karang.
Akrab dengan bintang-bintang di angkasa luas yang menerawang.
Berjalan jauh bak sang musafir yang tak pernah rindukan jalan pulang.
Bagai seekor burung pengembara yang pergi kemana ia ingin terbang.
Kurindukan hidup yang fahami hakekat dibalik realitas ciptaan perasaan.
Jauh dari keterombang-ambingan rasa inginkan mulianya kejayaan.
Tiada terjebak pemainan ciptaan yang haru birukan perasaan.
Karena semua tidak bermakna bagi kebaikan masa depan.
III
Betapa banyak jiwa yang tertipu oleh permainan palsu.
Pabila menang bertabur puji dan dianggap pahlawan tentu.
Bila kalah tak sesuai keinginan akan dapat serapah dan gerutu.
Betapa tipisnya garis dalam penilaian manusia bila telah seperti itu.
Ingat tatkala rambut putih mulai tumbuh di kepala seorang hamba.
Pertanda hari-hari hidup yang dijalani mulai masuk masa senja.
Diikuti oleh rontoknya gigi dan rabunnya pandangan mata.
Pertanda masa datangnya kematian hampir pula tiba.
IV
Apalah lagi yang akan dibanggakan seorang insan?
Kala tubuh dingin telah terbukur kaku diikat kain kafan.
Bersiap hadapkan diri pada Ilahi untuk pertanggungjawaban.
Terdiam sendiri dikubur nan sunyi sampai datangnya akhir zaman.
Begitu banyak manusia tertipu dalam panggung kehidupan semu.
Mengejar kekuasaan dan harta serta melupakan Ilahi Yang Satu.
Sampai sesal terlambat dan jasad yang mendingin terbujur kaku.
Sepanjang masa tinggallah dia dalam sesal serta tangisan nan pilu.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Senin, 06 Agustus 2012
45-2012. Surat Terbuka Kepada Seorang Hamba Allah (2)
45-2012. Surat Terbuka Kepada Seorang Hamba Allah (2)
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Saudaraku...
Di hari ini kudengar lagi keputusanmu yang dikuasai oleh amarah di hati.
Aku tak tahu mengapa seolah tiada lagi kesempatan yang engkau beri.
Atas kesalahan terhadapmu yang dirinya sendiri pun tak mengetahui.
atau memanggilnya untuk disampaikan hal yang tak engkau setujui.
Saudaraku...
Mumpung hari ini Tuhan masih memberi kesempatan buat kita.
Mumpung lidah kita masih belum kelu untuk sampaikan kata.
Mumpung kalimat yang dapat diungkap belum terbata-bata.
Marilah kita saling melapangkan sebelum tertutup mata.
II
Saudaraku...
Manatahu hidup kita yang fana ini tiba-tiba berakhir.
Tak guna lagi harta begitu banyak yang mengalir.
Tak guna lagi jabatan dan prestasi yang diukir.
Semua kelak pasti akan diadili di yaumil akhir.
Beri maaf selama kesempatan masih ada.
Sebelum nafas tersengal di dalam dada.
sebelum malaikat tiba membawa gada.
Sebelum sesal diri berguna pun tiada.
III
Saudaraku...
Hari ini jelang sepuluh terakhir puasa.
Mengapa amarahmu tak luntur di dada.
Mengapa tak kau beri waktu untuk berkata.
Seolah hanya salah saja yang di depan mata.
Di hari baik ini kusampaikan kata-kata nasehat.
Pembunuh saja ada batas hukuman yang di buat.
Hakim buruk pun ada waktu bela diri sang penjahat.
Atau engkau tidak takut kezaliman berbalas di akherat.
IV
Saudaraku...
Kekuasaan duniawi yang diberikan Allah hanya titipan.
Ia pun akan pergi sebelum nyawa lepas dari badan.
Harta yang banyak pun akan habis dan diwariskan.
Dan tinggal berbungkus kain menghadap Tuhan.
Mengapa masih menyimpan amarah begitu lama.
Tidakkkah membuat dada terasa tidak nyaman saja.
Mari kita saling memberi maaf dan melupakan semua.
Agar kelak disisi-Nya kita mendapat kebaikan dan pahala.
Ya Allah, maafkan kami yang akan berakhir fana!
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Saudaraku...
Di hari ini kudengar lagi keputusanmu yang dikuasai oleh amarah di hati.
Aku tak tahu mengapa seolah tiada lagi kesempatan yang engkau beri.
Atas kesalahan terhadapmu yang dirinya sendiri pun tak mengetahui.
atau memanggilnya untuk disampaikan hal yang tak engkau setujui.
Saudaraku...
Mumpung hari ini Tuhan masih memberi kesempatan buat kita.
Mumpung lidah kita masih belum kelu untuk sampaikan kata.
Mumpung kalimat yang dapat diungkap belum terbata-bata.
Marilah kita saling melapangkan sebelum tertutup mata.
II
Saudaraku...
Manatahu hidup kita yang fana ini tiba-tiba berakhir.
Tak guna lagi harta begitu banyak yang mengalir.
Tak guna lagi jabatan dan prestasi yang diukir.
Semua kelak pasti akan diadili di yaumil akhir.
Beri maaf selama kesempatan masih ada.
Sebelum nafas tersengal di dalam dada.
sebelum malaikat tiba membawa gada.
Sebelum sesal diri berguna pun tiada.
III
Saudaraku...
Hari ini jelang sepuluh terakhir puasa.
Mengapa amarahmu tak luntur di dada.
Mengapa tak kau beri waktu untuk berkata.
Seolah hanya salah saja yang di depan mata.
Di hari baik ini kusampaikan kata-kata nasehat.
Pembunuh saja ada batas hukuman yang di buat.
Hakim buruk pun ada waktu bela diri sang penjahat.
Atau engkau tidak takut kezaliman berbalas di akherat.
IV
Saudaraku...
Kekuasaan duniawi yang diberikan Allah hanya titipan.
Ia pun akan pergi sebelum nyawa lepas dari badan.
Harta yang banyak pun akan habis dan diwariskan.
Dan tinggal berbungkus kain menghadap Tuhan.
Mengapa masih menyimpan amarah begitu lama.
Tidakkkah membuat dada terasa tidak nyaman saja.
Mari kita saling memberi maaf dan melupakan semua.
Agar kelak disisi-Nya kita mendapat kebaikan dan pahala.
Ya Allah, maafkan kami yang akan berakhir fana!
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Sabtu, 04 Agustus 2012
44-2012. Syair Nuzulul Quran (2)
44-2012. Syair Nuzulul Quran (2)
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kekasih,
Tujuh belas Ramadhan Seribu Empat Ratus Tiga Puluh Tiga tahun yang silam.
Gemetar seluruh penghuni langit dan bumi kala menyambut datangnya kalam.
Seorang hamba-Mu yang bertafakkur di gunung sunyi hanya mampu terdiam.
Menerima firman suci untuk menuntun kehidupan yang diridhoi dan tentram.
Betapa beratnya amanah yang Engkau embankan di pundak lelaki pilihan itu.
Ia ketakutan, ia merasa sendiri, ia tak sanggup dan menangis tergugu.
Tiada pembela dan tempat berpaut bagi seorang putra yatim piatu.
Yang harus berhadapan dengan kuatnya kecongkakan membatu.
II
Ia muncul emban misi sebarkan firman suci di alam raya.
Membawa kembali kejalan-Mu mereka yang teperdaya.
Sadarkan umat akan tak abadinya kesenangan dunia.
Dan membawa mereka merindukan indahnya surga.
Firman-Mu yang agung hancurkan peradaban syaitan.
Segala kekuatan dan kesombongan akali ia hancurkan.
Menata kehidupan dunia ciptakan sebuah peradaban.
Dan cinta pada-Mu lah yang menjadi inti segala kekuatan.
III
Dari lidahnya yang suci, terucap firman serukan umat manusia.
Yang perintah agungnya telah getarkan seluruh padang pasir arabia.
Yang didikan qurani di madrasahnya telah lahirkan para mujahid perkasa.
Dan para putra gurun sederhana itu hancurkan kecongkakan rumawi dan persia.
Lebih tujuh ratus tahun peradaban bersendi firman ilahi terangi segala penjuru.
Di segala penjuru bumi tinggalan arsitektur dan sains menjadi saksi bisu.
Segala akal dan pengetahuan dibaktikan pada agama Ilahi Yang Satu.
Sebelum datang masa gelap dan moralitas jahili seperti dahulu.
IV
Kini, peradaban bersendiqurani dilemahkan tentara syaitan.
Para pencinta-Mu menjadi asing dan seolah terpinggirkan.
Sebahagian masih berjuang upaya sebuah kebangkitan.
Yang telah Engkau janjikan akan tiba di akhir zaman.
Di segala penjuru, para pejuang-Mu hadapi kezaliman.
Segala pintu ditutup rapat &diisolasi bak buasnya hewan.
Walaupun sedikit mereka dianggap hebat dan menakutkan.
Karena yang mereka cari hanya kejayaan dan ridho Tuhan.
V
Seribu empat ratus tahun berlalu, firman-Mu akan kembali jaya.
Di hari ini para pemuda yang sadar telah lakukan berbagai upaya.
Untuk kembalikan peradaban Ilahilah di muka bumi agar bercahaya.
Dan dengan keseimbangan materi dan ruhani kehidupan akan bahagia.
Kekasih, kerinduan akan bersihnya bumi sebagaimana dahulu kiat kuat.
Dengan ridho-Mu, generasi qurani berjuang dibawah lindungan malaikat.
Kejayaan niscaya akan datang sekali lagi sebelum datangnya hari kiamat.
Dan kebenaran-Mu akan menyelamatkan umat manusia di dunia akherat.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kekasih,
Tujuh belas Ramadhan Seribu Empat Ratus Tiga Puluh Tiga tahun yang silam.
Gemetar seluruh penghuni langit dan bumi kala menyambut datangnya kalam.
Seorang hamba-Mu yang bertafakkur di gunung sunyi hanya mampu terdiam.
Menerima firman suci untuk menuntun kehidupan yang diridhoi dan tentram.
Betapa beratnya amanah yang Engkau embankan di pundak lelaki pilihan itu.
Ia ketakutan, ia merasa sendiri, ia tak sanggup dan menangis tergugu.
Tiada pembela dan tempat berpaut bagi seorang putra yatim piatu.
Yang harus berhadapan dengan kuatnya kecongkakan membatu.
II
Ia muncul emban misi sebarkan firman suci di alam raya.
Membawa kembali kejalan-Mu mereka yang teperdaya.
Sadarkan umat akan tak abadinya kesenangan dunia.
Dan membawa mereka merindukan indahnya surga.
Firman-Mu yang agung hancurkan peradaban syaitan.
Segala kekuatan dan kesombongan akali ia hancurkan.
Menata kehidupan dunia ciptakan sebuah peradaban.
Dan cinta pada-Mu lah yang menjadi inti segala kekuatan.
III
Dari lidahnya yang suci, terucap firman serukan umat manusia.
Yang perintah agungnya telah getarkan seluruh padang pasir arabia.
Yang didikan qurani di madrasahnya telah lahirkan para mujahid perkasa.
Dan para putra gurun sederhana itu hancurkan kecongkakan rumawi dan persia.
Lebih tujuh ratus tahun peradaban bersendi firman ilahi terangi segala penjuru.
Di segala penjuru bumi tinggalan arsitektur dan sains menjadi saksi bisu.
Segala akal dan pengetahuan dibaktikan pada agama Ilahi Yang Satu.
Sebelum datang masa gelap dan moralitas jahili seperti dahulu.
IV
Kini, peradaban bersendiqurani dilemahkan tentara syaitan.
Para pencinta-Mu menjadi asing dan seolah terpinggirkan.
Sebahagian masih berjuang upaya sebuah kebangkitan.
Yang telah Engkau janjikan akan tiba di akhir zaman.
Di segala penjuru, para pejuang-Mu hadapi kezaliman.
Segala pintu ditutup rapat &diisolasi bak buasnya hewan.
Walaupun sedikit mereka dianggap hebat dan menakutkan.
Karena yang mereka cari hanya kejayaan dan ridho Tuhan.
V
Seribu empat ratus tahun berlalu, firman-Mu akan kembali jaya.
Di hari ini para pemuda yang sadar telah lakukan berbagai upaya.
Untuk kembalikan peradaban Ilahilah di muka bumi agar bercahaya.
Dan dengan keseimbangan materi dan ruhani kehidupan akan bahagia.
Kekasih, kerinduan akan bersihnya bumi sebagaimana dahulu kiat kuat.
Dengan ridho-Mu, generasi qurani berjuang dibawah lindungan malaikat.
Kejayaan niscaya akan datang sekali lagi sebelum datangnya hari kiamat.
Dan kebenaran-Mu akan menyelamatkan umat manusia di dunia akherat.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
43-2012. Syair Mudik
43-2012. Syair Mudik
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Inilah syair tentang mudik,
untuk semua kakak dan adik,
yang tak sekolah dan yang terdidik,
orang terpandang dan orang udik.
Haha, jelang lebaran selalu terjadi,
semakin lama semakin jadi,
tak jera kena berulang kali,
walaupun banyak yang sampai mati.
Sekarang sudah jelang lebaran,
orang pun sudah tidak sabaran,
karcis pun sudah ludes dipesan,
sudah disewa pula kendaraan.
II
Hadow, lihatlah itu di kereta api,
nenek-nenek pun setengah mati,
terjepit badan disana-sini,
sendal putus pun tidak peduli.
Pesta pula si tukang copet,
mendekat-dekat lantas memepet,
satu beraksi satu menggencet,
tuhhh, melayang semua isi dompet.
Kampretttt, apa kalian tidak puasa,
cuma mencopet kalian bisa,
peras keringat sampai berbusa,
sungguh kalian tak takut dosa.
III
Belumlah lagi nanti di jalan,
pastilah lapar dan kehausan,
tidak puasa pun dibiasakan,
demi berkumpul handai taulan.
Haha, memang asyik mudik lebaran,
ada yang ingin bikin pameran,
di pasang semua tu perhiasan,
seperti toko emas berjalan.
Belumlah lagi mereka yang sukses,
lembaran rupiah dihambur beres,
isi kantongnya semua ludes,
pulang kembali sungguh ngenes!
IV
Kasihan sungguh negeri tercinta,
menjadi kabur hikmah puasa,
akhir ramadhan berubah makna,
ajang hamburkan uang dan harta.
Kue di rumah bertumpuk-tumpuk,
hiasan di pasang berbagai bentuk,
diganti baru cat yang lapuk,
petasan berdentam hiruk-pikuk.
Belumlah lagi dengar berita,
para pemudik yang menderita,
kabar kecelakaan jadi biasa,
rencana gembira jadi derita.
V
Mari sahabat kita renungkan,
mudik janganlah dibiasakan,
uang yang ada mari hematkan,
untuk dipakai tuk kepentingan.
Sekali-kali tentulah boleh,
sebagai wujud si anak sholeh,
bawalah ke kampung oleh-oleh,
tapi tetaplah tampil semeleh.
Kalau memberi pilih-pilihlah,
yang tidak butuh mari dipilah.
yang memang butuh utamakanlah,
niat dijaga janganlah salah.
V
syairku ini sampai disini,
jangan tersinggung dina dan dini,
hanya ingatkan titah ilahi,
agar ramadhan jadi berarti.
Latihan sebulan agar membekas,
sederhanalah dan mudah puas,
diberi nikmat bersyukur lekas,
terhadap harta berlaku pantas.
Semoga syair ini berguna,
sebagai dakwah dalam agama,
terjauh dari beratnya dosa,
menjadi amal serta pahala.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Inilah syair tentang mudik,
untuk semua kakak dan adik,
yang tak sekolah dan yang terdidik,
orang terpandang dan orang udik.
Haha, jelang lebaran selalu terjadi,
semakin lama semakin jadi,
tak jera kena berulang kali,
walaupun banyak yang sampai mati.
Sekarang sudah jelang lebaran,
orang pun sudah tidak sabaran,
karcis pun sudah ludes dipesan,
sudah disewa pula kendaraan.
II
Hadow, lihatlah itu di kereta api,
nenek-nenek pun setengah mati,
terjepit badan disana-sini,
sendal putus pun tidak peduli.
Pesta pula si tukang copet,
mendekat-dekat lantas memepet,
satu beraksi satu menggencet,
tuhhh, melayang semua isi dompet.
Kampretttt, apa kalian tidak puasa,
cuma mencopet kalian bisa,
peras keringat sampai berbusa,
sungguh kalian tak takut dosa.
III
Belumlah lagi nanti di jalan,
pastilah lapar dan kehausan,
tidak puasa pun dibiasakan,
demi berkumpul handai taulan.
Haha, memang asyik mudik lebaran,
ada yang ingin bikin pameran,
di pasang semua tu perhiasan,
seperti toko emas berjalan.
Belumlah lagi mereka yang sukses,
lembaran rupiah dihambur beres,
isi kantongnya semua ludes,
pulang kembali sungguh ngenes!
IV
Kasihan sungguh negeri tercinta,
menjadi kabur hikmah puasa,
akhir ramadhan berubah makna,
ajang hamburkan uang dan harta.
Kue di rumah bertumpuk-tumpuk,
hiasan di pasang berbagai bentuk,
diganti baru cat yang lapuk,
petasan berdentam hiruk-pikuk.
Belumlah lagi dengar berita,
para pemudik yang menderita,
kabar kecelakaan jadi biasa,
rencana gembira jadi derita.
V
Mari sahabat kita renungkan,
mudik janganlah dibiasakan,
uang yang ada mari hematkan,
untuk dipakai tuk kepentingan.
Sekali-kali tentulah boleh,
sebagai wujud si anak sholeh,
bawalah ke kampung oleh-oleh,
tapi tetaplah tampil semeleh.
Kalau memberi pilih-pilihlah,
yang tidak butuh mari dipilah.
yang memang butuh utamakanlah,
niat dijaga janganlah salah.
V
syairku ini sampai disini,
jangan tersinggung dina dan dini,
hanya ingatkan titah ilahi,
agar ramadhan jadi berarti.
Latihan sebulan agar membekas,
sederhanalah dan mudah puas,
diberi nikmat bersyukur lekas,
terhadap harta berlaku pantas.
Semoga syair ini berguna,
sebagai dakwah dalam agama,
terjauh dari beratnya dosa,
menjadi amal serta pahala.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Jumat, 03 Agustus 2012
42-2012. Syair Rindu Untuk ayah (3)
42-2012. Syair Rindu Untuk ayah (3)
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Ayah, duapuluh lima tahun berlalu sudah berlalu sejak kita berpisah.
Dipelupuk mataku selalu terkenang masa-masa yang begitu indah.
Ikuti sosokmu yang berwibawa berangkat mengajar ke sekolah.
Atau pandang wajah letihmu di sore hari pulang dari sawah.
Tiba-tiba, rentang jarak begitu jauh telah memisahkan.
Merantau anakmu untuk merajut cita dan harapan.
Berbekal doamu & ibu kujalani hidup dirantauan.
Berharap kelak pulang bawa kebanggaan.
II
Suatu siang, datang berita kau telah pergi.
Untuk selamanya dan tak akan pulang kembali.
Menghadap Tuhan kita Ilahi Robbi Yang Maha Suci.
Sebagaimana dahulu janji yang telah ada di alam azali.
Ayah, sungguh berjuang sendiri membuatku kadang bersedih.
Kutahan kecengengan dan kerapuhan walaupun membuatku letih.
Walau sering dada ini ingin meledak dan di dalam terasa begitu perih.
Dan diri ini kembali kuat manakala mengingat semangatmu yang gigih.
III
Ayah, duapuluh lima tahun bukanlah waktu yang sebentar kita berpisah.
Kini jasadku pun mulai rapuh dan menua sebagaimana dahulu ayah.
Banyak peristiwa yang membuatku hanya terdiam dalam resah.
Dan mulut ini harus banyak diam tak tumpahkan amarah.
Maafkan anakmu yang terkadang lalai mengirim doa.
Ampuni anakmu yang masih sibuk dengan dunia.
Untuk sesempurnamu dahulu diri ini tak bisa.
Karena kita memang hidup berbeda masa.
IV
Ayah, berbahagialah engkau disisi-Nya.
Anakmu berharap kelak kita bisa bersama.
Hidup disisi-Nya dalam ampunan dan bahagia.
Sebagai hamba-hamba yang diridhoi dijalan Taqwa.
Hari ini, hanya doa manifestasi rindu yang kusampaikan.
Kelak gejolak hidup ini pun akan berakhir dengan kematian.
Sebagai akhir perjalanan musafir yang hidup dalam kefanaan.
Yang telah terlihat dalam pandangan kala lalui sunyinya kuburan.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Ayah, duapuluh lima tahun berlalu sudah berlalu sejak kita berpisah.
Dipelupuk mataku selalu terkenang masa-masa yang begitu indah.
Ikuti sosokmu yang berwibawa berangkat mengajar ke sekolah.
Atau pandang wajah letihmu di sore hari pulang dari sawah.
Tiba-tiba, rentang jarak begitu jauh telah memisahkan.
Merantau anakmu untuk merajut cita dan harapan.
Berbekal doamu & ibu kujalani hidup dirantauan.
Berharap kelak pulang bawa kebanggaan.
II
Suatu siang, datang berita kau telah pergi.
Untuk selamanya dan tak akan pulang kembali.
Menghadap Tuhan kita Ilahi Robbi Yang Maha Suci.
Sebagaimana dahulu janji yang telah ada di alam azali.
Ayah, sungguh berjuang sendiri membuatku kadang bersedih.
Kutahan kecengengan dan kerapuhan walaupun membuatku letih.
Walau sering dada ini ingin meledak dan di dalam terasa begitu perih.
Dan diri ini kembali kuat manakala mengingat semangatmu yang gigih.
III
Ayah, duapuluh lima tahun bukanlah waktu yang sebentar kita berpisah.
Kini jasadku pun mulai rapuh dan menua sebagaimana dahulu ayah.
Banyak peristiwa yang membuatku hanya terdiam dalam resah.
Dan mulut ini harus banyak diam tak tumpahkan amarah.
Maafkan anakmu yang terkadang lalai mengirim doa.
Ampuni anakmu yang masih sibuk dengan dunia.
Untuk sesempurnamu dahulu diri ini tak bisa.
Karena kita memang hidup berbeda masa.
IV
Ayah, berbahagialah engkau disisi-Nya.
Anakmu berharap kelak kita bisa bersama.
Hidup disisi-Nya dalam ampunan dan bahagia.
Sebagai hamba-hamba yang diridhoi dijalan Taqwa.
Hari ini, hanya doa manifestasi rindu yang kusampaikan.
Kelak gejolak hidup ini pun akan berakhir dengan kematian.
Sebagai akhir perjalanan musafir yang hidup dalam kefanaan.
Yang telah terlihat dalam pandangan kala lalui sunyinya kuburan.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Rabu, 01 Agustus 2012
40-2012. Kepada Para Pendusta (2)
40-2012. Kepada Para Pendusta (2)
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Hari ini, kau datang pada putra putri kami membawa tuba kehidupan yang berwujud madu.
Atas nama industri kau relokasi pabrik yang pancarkan sesaknya asap dan debu.
Seolah, tanpa bahan kimia dan polusi negeri kami bukan negeri yang maju.
Sebagaimana kebanggaan tradisi nenek moyang kami zaman dahulu.
Kerbau, yang membawa kotoran penyubur sawah telah terpinggirkan.
Atas nama moderenitas, engkau datangkan traktor dalam bidang pertanian.
Bahan bakar yang boros serta polusi pupuk kimiawi di persawahan engkau berikan.
Dan trilyunan uang para petani negeri kami yang hidup dalam kemiskinan engkau dapatkan.
II
Belum lagi berbagai bahan plastik yang mengandung racun berbahaya engkau populerkan.
Menggantikan daun-daun yang banyak di negeri kami untuk pembungkus makanan.
Rimba beton yang panas dikerubuti kotak-kotak AC pun engkau budayakan.
Menggantikan rimbunnya pemohonan negeri katulistiwa karunia Tuhan.
Di negeri kami, bangsa ini begitu berprasangka baik kepada musuhnya.
Bak kagumnya anak ayam pada sang elang berhati busuk akan memangsanya.
Tak sadar ia hanya jadi objek yang diperas segenap kekayaan sumber daya alamnya.
Sedang bangsa yang begitu besar hanya menjadi pembeli dan buruh dari musuh-musuhnya.
III
Di hari ini, Mayoritas penduduk negeriku berkiblat padamu karena hilang rasa percaya diri.
Tak sadar sesungguhnya mereka itu Singa yang dibesarkan dengan keyakinan sapi.
Taring mereka yang tajam dan kuat tak pernah dilatih berburu sebagai tradisi.
Sampai mati mereka tetap sebagai hewan padang rumput yang diikat tali.
Disana, engkau berdiri congkak dan puas melihat bangsaku menjadi buruh.
Kalian dengan segenap strategi yang halus membuat kami tetap memeras peluh.
Tak sadar menganggapmu sebagai pahlawan pemberi gaji, bukannya sebagai musuh.
Sungguh kasihan sekali nasib sebuah negeri apabila kebanggan dan harga diri telah runtuh.
IV
Engkau panggil putra-putri terbaik negeri kami untuk dicuci otaknya dengan cara berfikirmu.
Sehingga bila mereka sampaikan kebaikan dan kebenaran akan dianggap musuhmu.
Disana engkau tersenyum melihat agen-agen yang dibayar gratis lakukan misimu.
Dan segenap hasil kekayaan alam negeri ini masuk ke dalam pundi-pundimu.
Atas nama globalisasi, jutaan hektar lahan di negeri ini telah engkau kuasai.
Nasib ratusan juta masyarakat kami yang jadi buruhmu terhina engkau tak peduli.
Yang penting kebutuhan makanan dan keperluan hidup sehari-hari mereka tercukupi.
Sedang produk yang engkau buat dengan harga yang telah berlipat ganda harus kami beli.
Sungguh, kebusukanmu sebagai penjajah tak pernah berhenti.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Hari ini, kau datang pada putra putri kami membawa tuba kehidupan yang berwujud madu.
Atas nama industri kau relokasi pabrik yang pancarkan sesaknya asap dan debu.
Seolah, tanpa bahan kimia dan polusi negeri kami bukan negeri yang maju.
Sebagaimana kebanggaan tradisi nenek moyang kami zaman dahulu.
Kerbau, yang membawa kotoran penyubur sawah telah terpinggirkan.
Atas nama moderenitas, engkau datangkan traktor dalam bidang pertanian.
Bahan bakar yang boros serta polusi pupuk kimiawi di persawahan engkau berikan.
Dan trilyunan uang para petani negeri kami yang hidup dalam kemiskinan engkau dapatkan.
II
Belum lagi berbagai bahan plastik yang mengandung racun berbahaya engkau populerkan.
Menggantikan daun-daun yang banyak di negeri kami untuk pembungkus makanan.
Rimba beton yang panas dikerubuti kotak-kotak AC pun engkau budayakan.
Menggantikan rimbunnya pemohonan negeri katulistiwa karunia Tuhan.
Di negeri kami, bangsa ini begitu berprasangka baik kepada musuhnya.
Bak kagumnya anak ayam pada sang elang berhati busuk akan memangsanya.
Tak sadar ia hanya jadi objek yang diperas segenap kekayaan sumber daya alamnya.
Sedang bangsa yang begitu besar hanya menjadi pembeli dan buruh dari musuh-musuhnya.
III
Di hari ini, Mayoritas penduduk negeriku berkiblat padamu karena hilang rasa percaya diri.
Tak sadar sesungguhnya mereka itu Singa yang dibesarkan dengan keyakinan sapi.
Taring mereka yang tajam dan kuat tak pernah dilatih berburu sebagai tradisi.
Sampai mati mereka tetap sebagai hewan padang rumput yang diikat tali.
Disana, engkau berdiri congkak dan puas melihat bangsaku menjadi buruh.
Kalian dengan segenap strategi yang halus membuat kami tetap memeras peluh.
Tak sadar menganggapmu sebagai pahlawan pemberi gaji, bukannya sebagai musuh.
Sungguh kasihan sekali nasib sebuah negeri apabila kebanggan dan harga diri telah runtuh.
IV
Engkau panggil putra-putri terbaik negeri kami untuk dicuci otaknya dengan cara berfikirmu.
Sehingga bila mereka sampaikan kebaikan dan kebenaran akan dianggap musuhmu.
Disana engkau tersenyum melihat agen-agen yang dibayar gratis lakukan misimu.
Dan segenap hasil kekayaan alam negeri ini masuk ke dalam pundi-pundimu.
Atas nama globalisasi, jutaan hektar lahan di negeri ini telah engkau kuasai.
Nasib ratusan juta masyarakat kami yang jadi buruhmu terhina engkau tak peduli.
Yang penting kebutuhan makanan dan keperluan hidup sehari-hari mereka tercukupi.
Sedang produk yang engkau buat dengan harga yang telah berlipat ganda harus kami beli.
Sungguh, kebusukanmu sebagai penjajah tak pernah berhenti.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Senin, 30 Juli 2012
39-2012. Syair-Syair Kebangkitan (4)
39-2012. Syair-Syair Kebangkitan (4)
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Dihadapanku kini gempuran demi gempuran tentara syaitan tak pernah berhenti.
Membawa berjuta mangkuk racun mematikan yang beraroma madu surgawi.
Dengan segala rayuan suguhkan bius yang berwujud kenikmatan duniawi.
Membuat hancur dan terkapar tiada daya sebuah generasi pencinta Ilahi.
Dimana cahaya surga?yang getarkan semangat syuhada masa silam.
Adakah semua telah redup ditelan oleh ganasnya pukauan zaman.
Atau ia tertutup debu gurun yang pancarkan minyak berkilauan.
Dan hanya tertinggal di buku-buku bacaan sebagai kenangan.
II
Wahai engkau generasi yang bak buih terserak di samudera.
Wahai pemegang pedang damascus yang kuat membelah baja.
Masihkah hidayah dalam jiwamu menjadi sesuatu yang berharga.
Atau telah berganti jadi racun dunia yang disangka keindahan surga.
Kini milyaran penggantimu tak lebih jadi buruh pabrik demi sesuap nasi.
Nun diujung dunia sana berkacak pinggang para pemilik modal kaum yahudi.
Hembuskan iklan-iklan penuh dusta untuk boroskan pengeluaran sepanjang hari.
Dan tinggallah ruh perjuangan agama suci sebagai catatan kecil yang sudah mati.
III
Di hadapan bala tentara kejahatan yang berdasi engkau tak lebih hanyalah domba.
Yang sangat takut diputuskan status sebagai pegawai yang berprestasi kerja.
Yang didalam kepalamu ditanamkan bahwa hidup hanya sebatas dunia saja.
Dan habiskan umur di padang gembalaan bagaikan hidup seekor domba.
Manakala mereka bosan memelihara dan memerasmu di kandang.
Atas nama PHK dan resesi ekonomi engkau pun akan dibuang.
Tak akan keringat dan airmatamu selama ini akan dipandang.
Karena dimata mereka engkau hanya seorang pecundang.
IV
Tiada lagi para pejuang penakluk gemparkan penjuru bumi.
Sedikit airmata pengembara surga yang tersedu di malam hari.
Yang dadanya tersedan rindukan pemenuhan janji Ilahi yang pasti.
Terhadap kejayaan yang selama ratusan tahun silam menjadi tradisi.
Kini racun-racun ajaib berwujud angka-angka telah menjadi cita-cita.
Seolah dalam kehidupan yang dikejar hanya prestasi duniawi saja.
Sedangkan kekuatan ruhani yang begitu mulia menjadi hampa.
Dan kejayaan di bumi sebagai khalifah tinggal mimpi belaka.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Dihadapanku kini gempuran demi gempuran tentara syaitan tak pernah berhenti.
Membawa berjuta mangkuk racun mematikan yang beraroma madu surgawi.
Dengan segala rayuan suguhkan bius yang berwujud kenikmatan duniawi.
Membuat hancur dan terkapar tiada daya sebuah generasi pencinta Ilahi.
Dimana cahaya surga?yang getarkan semangat syuhada masa silam.
Adakah semua telah redup ditelan oleh ganasnya pukauan zaman.
Atau ia tertutup debu gurun yang pancarkan minyak berkilauan.
Dan hanya tertinggal di buku-buku bacaan sebagai kenangan.
II
Wahai engkau generasi yang bak buih terserak di samudera.
Wahai pemegang pedang damascus yang kuat membelah baja.
Masihkah hidayah dalam jiwamu menjadi sesuatu yang berharga.
Atau telah berganti jadi racun dunia yang disangka keindahan surga.
Kini milyaran penggantimu tak lebih jadi buruh pabrik demi sesuap nasi.
Nun diujung dunia sana berkacak pinggang para pemilik modal kaum yahudi.
Hembuskan iklan-iklan penuh dusta untuk boroskan pengeluaran sepanjang hari.
Dan tinggallah ruh perjuangan agama suci sebagai catatan kecil yang sudah mati.
III
Di hadapan bala tentara kejahatan yang berdasi engkau tak lebih hanyalah domba.
Yang sangat takut diputuskan status sebagai pegawai yang berprestasi kerja.
Yang didalam kepalamu ditanamkan bahwa hidup hanya sebatas dunia saja.
Dan habiskan umur di padang gembalaan bagaikan hidup seekor domba.
Manakala mereka bosan memelihara dan memerasmu di kandang.
Atas nama PHK dan resesi ekonomi engkau pun akan dibuang.
Tak akan keringat dan airmatamu selama ini akan dipandang.
Karena dimata mereka engkau hanya seorang pecundang.
IV
Tiada lagi para pejuang penakluk gemparkan penjuru bumi.
Sedikit airmata pengembara surga yang tersedu di malam hari.
Yang dadanya tersedan rindukan pemenuhan janji Ilahi yang pasti.
Terhadap kejayaan yang selama ratusan tahun silam menjadi tradisi.
Kini racun-racun ajaib berwujud angka-angka telah menjadi cita-cita.
Seolah dalam kehidupan yang dikejar hanya prestasi duniawi saja.
Sedangkan kekuatan ruhani yang begitu mulia menjadi hampa.
Dan kejayaan di bumi sebagai khalifah tinggal mimpi belaka.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Minggu, 29 Juli 2012
38-2012. Syair Untuk Angga di Limbang Jaya
38-2012. Syair Untuk Angga di Limbang Jaya
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Tersebut dengan sebuah negeri,
yang gemah ripah loh jinawi,
ditopang oleh demokrasi,
terjadi peristiwa yang ngeri.
Di bulan ramadhan penuh berkah,
Limbang jaya pun mengalir darah,
terkena tembakan kepala pecah,
gugurlah anak yang tak bersalah.
Mengapa marah seperti itu,
padahal syaitan telah di belenggu.
mengapa nurani jadi membatu,
dan memperturutkan hawa nafsu.
II
Sedih, tiada kata yang kan terucap,
tatkala semua menjadi kalap,
tak lagi tersentuh tangis dan ratap,
pengaruh syaitan telah menancap.
Apakah terfikir oleh mereka,
sungguh Allah tak pernah buta,
dibalas adil kecuali tanpa,
segala laku segala kata.
Kalau tak sekarang pastilah nanti,
semasa hidup ataupun mati,
di dunia resah selalu hati,
disempitkan pula pintu rezeki.
III
Angga, kelak tagihlah keadilanmu,
di padang mahsyar pasti bertemu,
segala alasan takkan berlaku,
di mahkamah-Nya fakta menang dirimu.
Walaupun engkau anak yang miskin,
puasa selalu pastilah yakin,
meninggal dirimu bak mujahidin,
surga bagimu pastilah yakin.
Ibu dan ayahmu pastilah sedih,
tangis dan sedan beriring rintih,
kehilangan dirimu yang masih putih,
menghadap Allah Maha Pengasih.
IV
Angga, semoga darahmu tak sia-sia,
akan di kenang di Indonesia,
menjadi korban nafsu manusia,
yang menjadi kuat karena kuasa.
Biarlah sejarah menjadi saksi,
tatkala keadilan bertangan besi,
catatan Ilahi tak pernah basi,
terpelihara disisinya begitu rapi.
Untukmu, untuk rakyat yang lemah,
tadahkan tangan kepada Allah,
supaya selalu tegar dan gagah,
serta tak kenal kata menyerah.
V
Kepada Ilahi hamba meminta,
berilah semua hati terbuka,
agar selesai semua sengketa,
menjadi baik semua kita.
Amarah dan kuasa tiada berguna,
semua jabatan kelak kan sirna,
di akherat kelak akan merana,
dibalas derita laku durjana.
Ya Allah, ampuni kami yang banyak dosa,
berilah kesempatan selagi bisa,
supaya negeri aman sentosa,
sejahtera sampai akhir masa.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Tersebut dengan sebuah negeri,
yang gemah ripah loh jinawi,
ditopang oleh demokrasi,
terjadi peristiwa yang ngeri.
Di bulan ramadhan penuh berkah,
Limbang jaya pun mengalir darah,
terkena tembakan kepala pecah,
gugurlah anak yang tak bersalah.
Mengapa marah seperti itu,
padahal syaitan telah di belenggu.
mengapa nurani jadi membatu,
dan memperturutkan hawa nafsu.
II
Sedih, tiada kata yang kan terucap,
tatkala semua menjadi kalap,
tak lagi tersentuh tangis dan ratap,
pengaruh syaitan telah menancap.
Apakah terfikir oleh mereka,
sungguh Allah tak pernah buta,
dibalas adil kecuali tanpa,
segala laku segala kata.
Kalau tak sekarang pastilah nanti,
semasa hidup ataupun mati,
di dunia resah selalu hati,
disempitkan pula pintu rezeki.
III
Angga, kelak tagihlah keadilanmu,
di padang mahsyar pasti bertemu,
segala alasan takkan berlaku,
di mahkamah-Nya fakta menang dirimu.
Walaupun engkau anak yang miskin,
puasa selalu pastilah yakin,
meninggal dirimu bak mujahidin,
surga bagimu pastilah yakin.
Ibu dan ayahmu pastilah sedih,
tangis dan sedan beriring rintih,
kehilangan dirimu yang masih putih,
menghadap Allah Maha Pengasih.
IV
Angga, semoga darahmu tak sia-sia,
akan di kenang di Indonesia,
menjadi korban nafsu manusia,
yang menjadi kuat karena kuasa.
Biarlah sejarah menjadi saksi,
tatkala keadilan bertangan besi,
catatan Ilahi tak pernah basi,
terpelihara disisinya begitu rapi.
Untukmu, untuk rakyat yang lemah,
tadahkan tangan kepada Allah,
supaya selalu tegar dan gagah,
serta tak kenal kata menyerah.
V
Kepada Ilahi hamba meminta,
berilah semua hati terbuka,
agar selesai semua sengketa,
menjadi baik semua kita.
Amarah dan kuasa tiada berguna,
semua jabatan kelak kan sirna,
di akherat kelak akan merana,
dibalas derita laku durjana.
Ya Allah, ampuni kami yang banyak dosa,
berilah kesempatan selagi bisa,
supaya negeri aman sentosa,
sejahtera sampai akhir masa.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Kamis, 26 Juli 2012
37-2012. Renungan Ramadhan (1)
37-2012. Renungan Ramadhan (1)
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Mengapa di keindahan Ramadhan tiba-tiba ada kesedihan melanda jiwa .
Ia datang bak singa gurun yang muncul dari gelapnya debu sahara.
Menghujam dalam membelah kembali rapinya tautan luka.
Jadikan diri bagai seekor domba dalam intaian singa.
Kesendirian batin dalam gempita kehidupan.
Berpacu dengan dalamnya kesedihan.
Bak musafir yang tersesat di jalan.
Pada kesucian yang dirindukan.
II
Cakrawala nan bisu adalah saksi.
Bagi perjalanan insan tiap generasi.
Segala peradaban yang datang dan pergi.
Dan hanyalah Sang Pemilik Jagat yang abadi.
Mengapa kebenaran Ilahi kini tertutup awan hitam.
Para pemegang kebenaran dipandang dalam keganjilan.
Seolah berpegang pada jalan-Nya adalah suatu kesalahan.
Sedang pelanggaran atas perintahnya kian menjadi kebiasaan.
III
Ramadhan tiba, menjadi masa merebut keuntungan dunia.
Kesempatan menumpuk pundi harta sebanyak-banyaknya.
Harga-harga kebutuhan perut dinaikkan sesuka-suka.
Dan kaum duafa yang ada menjadi kian menderita.
Ramadhan hanya jadi tradisi menahan lapar.
Tidak habis keserakahan yang mengakar.
Atau kembalikan jiwa yang kesasar.
Tiada perubahan yang mendasar.
IV
Adalah suatu renungan kesedihan.
Saat melihat kemewahan hari lebaran.
Seakan ramadhan hanya tinggal kenangan.
Yang telah berlalu sebagai sebuah keterpaksaan.
Mengapa?Substansi yang demikian indah lantas ternoda.
Kembali terulang di segala tempat prilaku yang berlumur dosa.
Tinggallah kenangan bulan ramadhan penuh rahmat di relung jiwa.
Dan kembali manusia kepada prilaku akhir zaman yang gegap gempita.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Mengapa di keindahan Ramadhan tiba-tiba ada kesedihan melanda jiwa .
Ia datang bak singa gurun yang muncul dari gelapnya debu sahara.
Menghujam dalam membelah kembali rapinya tautan luka.
Jadikan diri bagai seekor domba dalam intaian singa.
Kesendirian batin dalam gempita kehidupan.
Berpacu dengan dalamnya kesedihan.
Bak musafir yang tersesat di jalan.
Pada kesucian yang dirindukan.
II
Cakrawala nan bisu adalah saksi.
Bagi perjalanan insan tiap generasi.
Segala peradaban yang datang dan pergi.
Dan hanyalah Sang Pemilik Jagat yang abadi.
Mengapa kebenaran Ilahi kini tertutup awan hitam.
Para pemegang kebenaran dipandang dalam keganjilan.
Seolah berpegang pada jalan-Nya adalah suatu kesalahan.
Sedang pelanggaran atas perintahnya kian menjadi kebiasaan.
III
Ramadhan tiba, menjadi masa merebut keuntungan dunia.
Kesempatan menumpuk pundi harta sebanyak-banyaknya.
Harga-harga kebutuhan perut dinaikkan sesuka-suka.
Dan kaum duafa yang ada menjadi kian menderita.
Ramadhan hanya jadi tradisi menahan lapar.
Tidak habis keserakahan yang mengakar.
Atau kembalikan jiwa yang kesasar.
Tiada perubahan yang mendasar.
IV
Adalah suatu renungan kesedihan.
Saat melihat kemewahan hari lebaran.
Seakan ramadhan hanya tinggal kenangan.
Yang telah berlalu sebagai sebuah keterpaksaan.
Mengapa?Substansi yang demikian indah lantas ternoda.
Kembali terulang di segala tempat prilaku yang berlumur dosa.
Tinggallah kenangan bulan ramadhan penuh rahmat di relung jiwa.
Dan kembali manusia kepada prilaku akhir zaman yang gegap gempita.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Selasa, 24 Juli 2012
36-2012. Syair-Syair Kebangkitan (3)
36-2012. Syair-Syair Kebangkitan (3)
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Engkaukah itu? Sosok rajawali yang terbang tinggi di angkasa sunyi nan luas.
Engkaukah itu?Sang singa gurun dengan tatapan mata dingin nan buas.
Engkaukah itu?Sang Pengembara kehidupan yang tak mudah puas.
Engkaukah itu?Sosok Elang perkasa yang hancurkan padas.
Ataukah engkau hanya sesosok burung pipit hidup dari padi di sawah petani?
Yang tak mampu tegakkan muka dihadapan musuh-musuh yang berani.
Yang hanya bersenandung habiskan masa emasmu sepanjang hari.
Atau engkau yang dilenakan permainan-permainan duniawi.
II
Engkaukah itu?Keturunan para pengembara surga yang taklukkan dunia?
Yang mampu hancurkan kekuatan superpower Romawi dan Persia.
Yang taklukkan dataran luas dari Arabiya sampai Ferghana.
Dan mengukir sejarah tujuh ratus tahun lamanya.
Kini engkau telah menjadi elang yang terbiasa hidup bak anak ayam.
Yang mengais tanah dan takut menerjang tebing-tebing curam.
Yang berlari terbirit-birit manakala musuh menggeram.
Yang hanya menangis ditangan musuh yang kejam.
III
Kini, kebanggaan supremasi masa silam hanya sejarah tak bermakna.
Bumi para nabi pun telah bergelimang sumber minyak yang kaya.
Gedung-gedung megah dan kesombongan ilmu merajalela.
Tinggallah kejayaan yang pernah ada jadi nostalgia.
Tiada lagi Singa gurun yang ditakuti musuh di segala penjuru bumi.
Yang pedang kebenarannya menyergap musuh bak kilatan api.
Habis sudah para pemimpin orang beriman yang berani.
Tinggallah pemimpin yang menjual kekayaan negeri.
IV
Engkaukah itu?Putra masa depan yang menjadikan sebuah harapan.
Yang tak mampu digertak dan dibujuk dengan berbagai rayuan.
Yang jadikan kitab suci sebagai satu-satunya landasan iman.
Serta jadikan hidup dan mati mencari keridhoan Tuhan.
Wahai para putra yang muncul dari tengah gurun berdebu nan tandus.
Wahai putra para yang pernah menguasai Eropa dan tanah Hindus.
Wahai para pencinta pernah kuasai dunia bak badai berhembus.
Penuhilah janji-Nya yang berbalas kenikmatan surga Firdaus.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Engkaukah itu? Sosok rajawali yang terbang tinggi di angkasa sunyi nan luas.
Engkaukah itu?Sang singa gurun dengan tatapan mata dingin nan buas.
Engkaukah itu?Sang Pengembara kehidupan yang tak mudah puas.
Engkaukah itu?Sosok Elang perkasa yang hancurkan padas.
Ataukah engkau hanya sesosok burung pipit hidup dari padi di sawah petani?
Yang tak mampu tegakkan muka dihadapan musuh-musuh yang berani.
Yang hanya bersenandung habiskan masa emasmu sepanjang hari.
Atau engkau yang dilenakan permainan-permainan duniawi.
II
Engkaukah itu?Keturunan para pengembara surga yang taklukkan dunia?
Yang mampu hancurkan kekuatan superpower Romawi dan Persia.
Yang taklukkan dataran luas dari Arabiya sampai Ferghana.
Dan mengukir sejarah tujuh ratus tahun lamanya.
Kini engkau telah menjadi elang yang terbiasa hidup bak anak ayam.
Yang mengais tanah dan takut menerjang tebing-tebing curam.
Yang berlari terbirit-birit manakala musuh menggeram.
Yang hanya menangis ditangan musuh yang kejam.
III
Kini, kebanggaan supremasi masa silam hanya sejarah tak bermakna.
Bumi para nabi pun telah bergelimang sumber minyak yang kaya.
Gedung-gedung megah dan kesombongan ilmu merajalela.
Tinggallah kejayaan yang pernah ada jadi nostalgia.
Tiada lagi Singa gurun yang ditakuti musuh di segala penjuru bumi.
Yang pedang kebenarannya menyergap musuh bak kilatan api.
Habis sudah para pemimpin orang beriman yang berani.
Tinggallah pemimpin yang menjual kekayaan negeri.
IV
Engkaukah itu?Putra masa depan yang menjadikan sebuah harapan.
Yang tak mampu digertak dan dibujuk dengan berbagai rayuan.
Yang jadikan kitab suci sebagai satu-satunya landasan iman.
Serta jadikan hidup dan mati mencari keridhoan Tuhan.
Wahai para putra yang muncul dari tengah gurun berdebu nan tandus.
Wahai putra para yang pernah menguasai Eropa dan tanah Hindus.
Wahai para pencinta pernah kuasai dunia bak badai berhembus.
Penuhilah janji-Nya yang berbalas kenikmatan surga Firdaus.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan