59-2012. Kepada Bangsa Arab
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Dulu, cahaya Tauhid nan benderang memancar dari Gurun Arabia yang tandus.
Disana ada Imron bin Husain yang berambut merah dan bermata biru datang dari Rum.
Abdullah bin Salam Yahudi Ahli Taurat yang tersunggur dalam syahadat Tauhid yang getarkan jiwa.
Dan di atas Ka'bah yang mulia Bilal Bin Rabbah Kumandangkan azan proklamasi Kehancuran berhala.
Segala warna kulit dan berbagai bangsa bersatu dibawah panjimu seberangi ganasnya padang pasir.
Rum dan Persia? Sang Maharaja Dunia tunduk dibawah kaki para pengembara surga dalam kehinaan.
Di tanganmu, tergenggam segala kemuliaan dan kejayaan seribu tiga ratus tahun.
Dan memancarlah firman suci-Nya ke empat benua.
II
Tapi segenap keperkasaan itu kini jadi dongeng pengantar tidur saja.
Engkau kembali terpecah dalam kebanggaan kabilah yang dihembuskan racun Yahudi.
Genderang syaitan ditabuh beriring teriakan untuk sombongkan kebanggaan masa lalu.
Sedang musuhmu?mengintai dari berbagai penjuru bak burung nasar menunggu bangkai lezat.
Perlahan harumnya mawar dari kesunyian gurun kehilangan aroma pengguncang dunia.
Puing-puing bisu barak para pengembara surga berganti jadi nyanyian darwis diiringi dentingan senar dawai.
Kubur-kubur diperindah menjadi mesjid-mesjid tempat mengadu dan mencari kemuliaan dunia dari alam kematian.
Dan generasi penerus sibuk dengan pertengkaran-pertengkaran yang sesungguhnya tiada makna.
III
Perlahan, singa-singa gurun berubah jadi kijang betina yang sibuk tunjukkan keelokan lenggak lenggok.
Tertutup sudah naluri pemburu hebat jadi pemakan rumput di padang nan hijau.
Apatah lagi Universalitas ketauhidan telah tenggelam dalam Arabisme yang sempit.
Dan berlomba dalam kebanggaan semu pertunjukkan kekuatan melalui peperangan sesamamu.
Maka kian hancurlah negerimu, kala bangsa gurun merubah pedang cahaya iman dengan ideologi Baats.
Michael Al-Faq dan Saleh Bitar tebarkan pesona pedang baru yang tidak cocok dibawa pengembara unta Arabia.
Engkau pun teramputasi dalam nasionalisme sempit yang diadu domba.
Terpencar jadi serpih yang dipermainkan singa-singa palsu yang datang dari negeri jauh.
IV
Kian hari, engkau lupa disana terbaring jasad Hawa ibu semua manusia.
Simbol universalitas dan keagungan di bumi tempatmu berada saat ini.
Seharusnya tiada Saudiah, Hasyimiah, dan iah-iah lain yang bermakna tidak untuk semua manusia.
Karena yang ditinggalkan oleh kekasih-Nya adalah Makkah Al Mukarramah dan Madinatul Munawarah.
Betapa sedihnya, di hari ini engkau hanya menjadi pion-pion bangsa yang dahulu begitu biadab.
Di segenap penjuru mereka tak pernah tidur fikirkan cara merampok emas hitam yang mengucur dari bumimu.
Sedang engkau, duduk di singgasana emas dalam kebanggaan dan perhormatan palsu.
Sambil berlomba pertunjukkan jangut dan surban-surban indah bertakhta intan permata.
V
Hari ini Mesjidil Aqshamu dirampas dan diruntuhkan semena-mena dalam diammu.
Tiada lagi Saladin, tiada lagi Qutuz, dan hilang sudah putra-putri Nuruddin Zanki.
Bahkan sebahagian pemimpinmu duduk semeja dengan musuh tertawa terbahak dalam dentingan gelas anggur.
Anggur yang dibeli dari darah rakyat filistin yang tak lebih berharga dari hewan peliharaan.
Ingatlah dulu, Ribuan kilometer Al Mahdi kerahkan ratusan ribu mujahid bela teriakan seorang muslimah di Rum.
Engkau?Ratapan ribuan muslimah Ghaza bak dendang musik indah di telingamu.
Bahkan sumbanganmu untuk kebun binatang di eropa cukup untuk makan rakyat di tanah pendudukan.
Tapi sayang, engkau lebih percaya kalau biaus musuhmu sebagai obat pengangkat kemuliaan.
VI
Wahai putra gurun, pewaris tradisi sebagai penakluk.
Bangunlah, sebelum kehancuran dan penyesalan datang dan engkau lebih terhina lagi.
Hentikan seterumu dengan negeri Salman yang selamatkan kota madinah dengan khandaknya.
Dan berhentilah mempercayai bujuk rayu para penyihir firaun yang susupkan kabbalah.
Kobarkankan lagi samangat badarmu yang rontokkan kesombongan Abu Jahal.
Karena kemuliaanmu terletak pada kekuatan dan harga diri yang terpancar dari cahaya-Nya.
Tinggalkan keindahan-keindahan palsu yang ditawarkan musuhmu, karena itu dulu berasal darimu.
Dan kembalilah pada jati diri sebagai pembawa sinar kebenaran ke seluruh penjuru bumi.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Dulu, cahaya Tauhid nan benderang memancar dari Gurun Arabia yang tandus.
Disana ada Imron bin Husain yang berambut merah dan bermata biru datang dari Rum.
Abdullah bin Salam Yahudi Ahli Taurat yang tersunggur dalam syahadat Tauhid yang getarkan jiwa.
Dan di atas Ka'bah yang mulia Bilal Bin Rabbah Kumandangkan azan proklamasi Kehancuran berhala.
Segala warna kulit dan berbagai bangsa bersatu dibawah panjimu seberangi ganasnya padang pasir.
Rum dan Persia? Sang Maharaja Dunia tunduk dibawah kaki para pengembara surga dalam kehinaan.
Di tanganmu, tergenggam segala kemuliaan dan kejayaan seribu tiga ratus tahun.
Dan memancarlah firman suci-Nya ke empat benua.
II
Tapi segenap keperkasaan itu kini jadi dongeng pengantar tidur saja.
Engkau kembali terpecah dalam kebanggaan kabilah yang dihembuskan racun Yahudi.
Genderang syaitan ditabuh beriring teriakan untuk sombongkan kebanggaan masa lalu.
Sedang musuhmu?mengintai dari berbagai penjuru bak burung nasar menunggu bangkai lezat.
Perlahan harumnya mawar dari kesunyian gurun kehilangan aroma pengguncang dunia.
Puing-puing bisu barak para pengembara surga berganti jadi nyanyian darwis diiringi dentingan senar dawai.
Kubur-kubur diperindah menjadi mesjid-mesjid tempat mengadu dan mencari kemuliaan dunia dari alam kematian.
Dan generasi penerus sibuk dengan pertengkaran-pertengkaran yang sesungguhnya tiada makna.
III
Perlahan, singa-singa gurun berubah jadi kijang betina yang sibuk tunjukkan keelokan lenggak lenggok.
Tertutup sudah naluri pemburu hebat jadi pemakan rumput di padang nan hijau.
Apatah lagi Universalitas ketauhidan telah tenggelam dalam Arabisme yang sempit.
Dan berlomba dalam kebanggaan semu pertunjukkan kekuatan melalui peperangan sesamamu.
Maka kian hancurlah negerimu, kala bangsa gurun merubah pedang cahaya iman dengan ideologi Baats.
Michael Al-Faq dan Saleh Bitar tebarkan pesona pedang baru yang tidak cocok dibawa pengembara unta Arabia.
Engkau pun teramputasi dalam nasionalisme sempit yang diadu domba.
Terpencar jadi serpih yang dipermainkan singa-singa palsu yang datang dari negeri jauh.
IV
Kian hari, engkau lupa disana terbaring jasad Hawa ibu semua manusia.
Simbol universalitas dan keagungan di bumi tempatmu berada saat ini.
Seharusnya tiada Saudiah, Hasyimiah, dan iah-iah lain yang bermakna tidak untuk semua manusia.
Karena yang ditinggalkan oleh kekasih-Nya adalah Makkah Al Mukarramah dan Madinatul Munawarah.
Betapa sedihnya, di hari ini engkau hanya menjadi pion-pion bangsa yang dahulu begitu biadab.
Di segenap penjuru mereka tak pernah tidur fikirkan cara merampok emas hitam yang mengucur dari bumimu.
Sedang engkau, duduk di singgasana emas dalam kebanggaan dan perhormatan palsu.
Sambil berlomba pertunjukkan jangut dan surban-surban indah bertakhta intan permata.
V
Hari ini Mesjidil Aqshamu dirampas dan diruntuhkan semena-mena dalam diammu.
Tiada lagi Saladin, tiada lagi Qutuz, dan hilang sudah putra-putri Nuruddin Zanki.
Bahkan sebahagian pemimpinmu duduk semeja dengan musuh tertawa terbahak dalam dentingan gelas anggur.
Anggur yang dibeli dari darah rakyat filistin yang tak lebih berharga dari hewan peliharaan.
Ingatlah dulu, Ribuan kilometer Al Mahdi kerahkan ratusan ribu mujahid bela teriakan seorang muslimah di Rum.
Engkau?Ratapan ribuan muslimah Ghaza bak dendang musik indah di telingamu.
Bahkan sumbanganmu untuk kebun binatang di eropa cukup untuk makan rakyat di tanah pendudukan.
Tapi sayang, engkau lebih percaya kalau biaus musuhmu sebagai obat pengangkat kemuliaan.
VI
Wahai putra gurun, pewaris tradisi sebagai penakluk.
Bangunlah, sebelum kehancuran dan penyesalan datang dan engkau lebih terhina lagi.
Hentikan seterumu dengan negeri Salman yang selamatkan kota madinah dengan khandaknya.
Dan berhentilah mempercayai bujuk rayu para penyihir firaun yang susupkan kabbalah.
Kobarkankan lagi samangat badarmu yang rontokkan kesombongan Abu Jahal.
Karena kemuliaanmu terletak pada kekuatan dan harga diri yang terpancar dari cahaya-Nya.
Tinggalkan keindahan-keindahan palsu yang ditawarkan musuhmu, karena itu dulu berasal darimu.
Dan kembalilah pada jati diri sebagai pembawa sinar kebenaran ke seluruh penjuru bumi.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Pak Hamdi, Islam bukan Arab dan Arab juga bukan Islam. Tidak ada kelebihan apa pun dari bangsa Arab atas bangsa lain, kecuali takwanya. Keluarga Kerajaan Arab dan kroninya seperti yang pernah dikhawatirkan Rasulullah saw., mereka semua sudah terkena penyakit WAHN: cinta dunia melebihi akhirat hingga takut mati. Makanya mereka hidup hipokrit dan hedonis di balik kemuliaan Masjidil Haram yang mulia (yang terus dibangun mirip Babilonia).
BalasHapusMemang itulah yang sangat mengkhawatirkan pak Antho, Islam sedang di arabisasi. Jazirah Arab dikuasai oleh keluarga-keluarga Saudiyah, Hasyimiah, Asadiyah, dll. Ahir zaman makin dekat.
Hapus