37-2012. Renungan Ramadhan (1)
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Mengapa di keindahan Ramadhan tiba-tiba ada kesedihan melanda jiwa .
Ia datang bak singa gurun yang muncul dari gelapnya debu sahara.
Menghujam dalam membelah kembali rapinya tautan luka.
Jadikan diri bagai seekor domba dalam intaian singa.
Kesendirian batin dalam gempita kehidupan.
Berpacu dengan dalamnya kesedihan.
Bak musafir yang tersesat di jalan.
Pada kesucian yang dirindukan.
II
Cakrawala nan bisu adalah saksi.
Bagi perjalanan insan tiap generasi.
Segala peradaban yang datang dan pergi.
Dan hanyalah Sang Pemilik Jagat yang abadi.
Mengapa kebenaran Ilahi kini tertutup awan hitam.
Para pemegang kebenaran dipandang dalam keganjilan.
Seolah berpegang pada jalan-Nya adalah suatu kesalahan.
Sedang pelanggaran atas perintahnya kian menjadi kebiasaan.
III
Ramadhan tiba, menjadi masa merebut keuntungan dunia.
Kesempatan menumpuk pundi harta sebanyak-banyaknya.
Harga-harga kebutuhan perut dinaikkan sesuka-suka.
Dan kaum duafa yang ada menjadi kian menderita.
Ramadhan hanya jadi tradisi menahan lapar.
Tidak habis keserakahan yang mengakar.
Atau kembalikan jiwa yang kesasar.
Tiada perubahan yang mendasar.
IV
Adalah suatu renungan kesedihan.
Saat melihat kemewahan hari lebaran.
Seakan ramadhan hanya tinggal kenangan.
Yang telah berlalu sebagai sebuah keterpaksaan.
Mengapa?Substansi yang demikian indah lantas ternoda.
Kembali terulang di segala tempat prilaku yang berlumur dosa.
Tinggallah kenangan bulan ramadhan penuh rahmat di relung jiwa.
Dan kembali manusia kepada prilaku akhir zaman yang gegap gempita.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar