Rabu, 16 Februari 2011

57-2011. Kemana Engkau Wahai Para Pemegang Panji Kejayaan?

57-2011. Kemana Engkau Wahai Para Pemegang Panji Kejayaan?

               Oleh
               Hamdi Akhsan

I
Dalam kepedihan melihat semakin redupnya cahaya.
Seorang pencinta rindu pekik yang menggetarkan dunia dimasa jaya.
Para pemuda yang berlomba lakukan transaksi rebut kemuliaan jannatul Ma'wa.
Yang tak pernah gentar dan takut terhadap cemooh serta penghinaan para pencela.

Tarik bin  Ziyad dengan  keteguhan luar biasa  bakar semua  kapal seberangi  giblatar.
Dengan sejumlah kecil mujahid hadapi  serangan tentara barat  tiada gentar.
Hingga  empat  ratus tahun agama Ilahi di  daratan eropa  bersinar.
dan  peradaban yang  bermoral pun luas tersebar.

II
Dimana kini, para pencinta dengan ratusan sayatan pedang seperti Al-Bara' bin Malik.
Ataukah mereka yang memngembara ke segenap negeri demi Sang Khalik.
Yang cucurkan airmata rindu tengah malam di sempitnya bilik-bilik.
Atau berani hadapi para penentang yang zalim dan zindik.

Nyaring seruling tasbih, takbir, tahmid, dan tahlil para pencinta kini telah menghilang.
Berganti irama piano, gitar, dan biduanita pembangkit birahi yang berdendang.
Atau tari-tarian berselimut nafsu dan lemah gemulai dengan selendang.
Membawa keterlelaan duniawi yang dengan sengaja diundang.

III
Wahai...
Betapa jauh kebangkitan akan hadir.
Dan lemahnya jiwa para pelopor menyambut taqdir.
Para pewaris bumi sebagai khilafah-Nya kini berada dititik nadir.
Bersama kehinaan umat penganut agama Ilahi bagaikan tiada akhir.

Kemana  engkau wahai  tunas-tunas perkasa yang  selalu didepan?
Tidakkah dihatimu yang gagah bisa kuembankan harapan.
Untuk membawa umat ini bangkit dari kehinaan.
Dan mulia sebagai umat pilihan Tuhan.

IV
Mengapa engkau cari obat hati bukan pada kitab-Nya?
Tapi malah bergantung siang dan malam hari pada racun para pembenci-Nya.
Engkau jadikan musik, kehidupan bebas, dan kemuliaan duniawi sebagai ganti Ridho-Nya.
Sungguh...semua itu akan membawamu semakin jauh dari jalan-Nya.

Tidak akan!madu dihasilkan oleh seekor beruang pemangsa.
Kalaupun ia tampak seperti madu, sesungguhnya itu racun berbisa.
Yang akan membuat semangat juangmu lemah dan mudah berputus asa.
Serta membuatmu asyik dengan prilaku dan berteman dengan para pendosa.

V
Manakala bibit  padi yang engkau tanam.
Tidak akan gandum yang engkau ketam.
Manakala ikan  yang  kau tebar ke kolam.
Tidak  mungkin  engkau  dapatkan ayam.

Sadarlah, betapa musuhmu terbahak  melihat lucunya  sebuah kebodohan.
Tidak perlu lagi datang membawa senjata untuk lakukan penjajahan.
Karena dirimu dengan sukarela jadi agen atas nama kemajuan.
Yang tanpa sadar telah sebarkan sampah peradaban

VI
Sungguh Rasul Sang Kekasih telah ingatkan ribuan tahun yang silam,
Bahwa jika  tinggalkan  dua  pusaka  itu kejayaan  akan tenggelam.
Yang tinggal hanya kenangan terhadap catatan sejarah masa silam.
Bagaikan tragedi kisah penantian dalam cerita sang gadis penyulam.

Wahai Generasi Pelopor.
Ditanganmu telah teremban amanah sebagai pemegang obor.
Pergilah engkau sebagai penerang bagaikan cahaya mentari disaat lohor.
Dan jadikan diri sebagai pengembara kebenaran sejati yang jauh dari keinginan tersohor.

VII
Belajarlah pada Ibrahim El Khalil yang mencari kebenaran dengan kehanifan jiwa.
Atau bagaikan kisah Khaidir ajari musa bagaimana tundukkan sifat jumawa.
Atau Ibrahim bin Adham yang tinggalkan harta demi selamatkan jiwa.
Dan pelajaran lain yang bisa engkau ambil dari banyak peritiwa.

Berhentilah perdebatkan kebenaran apa yang telah diturunkan-Nya.
Berlombalah engkau untuk berada di garis terdepan untuk mengamalkannya.
Sebuah perlombaan surgawi yang akan membawamu pada kenikmatan ridho-Nya.
Niscaya kebenaran akan bersinar terang dan engkaupun akan menjadi hamba yang dimuliakan-Nya.

Inderalaya, 16/2/2011
Al Faqiir

Hamdi Akhsan

0 komentar:

Posting Komentar