Kamis, 03 Februari 2011

41-2011. Demontran Bayaran

41-2011. Demontran Bayaran

               Oleh
               Hamdi Akhsan

Demonstran pendukung mubarak ; tegap,rambut cepak, dan terampil
 
 
I
Inilah kisah  zaman  sekarang,
diseluruh dunia dipakai orang,
para demostran yang garang-garang,
untuk bertahan atau menyerang.

Pemimpin zalim ingin bertahan,
dicari tenaga dipukul tahan,
siap pula pura-pura ditahan,
untuk tipu manusia dan lawan Tuhan.

Uang ditabur tentu seraya,
dengan menghitung unsur biaya,
tak apa karena mereka kaya,
supaya penonton bisa diperdaya.

II
Rakyat tak tahu memang tertipu,
ada pendukung pemimpin begitu,
bentrokan berdarah terjadi tentu,
padahal pendukung semua palsu.

Yang nyamar bisa juga petugas,
lihat badannya gagah dan tegas,
wajahnya terlihat pada beringas,
pakaiannya nampak ringkas-ringkas.

Kalau mereka dari swasta,
ada lembaga tempat meminta,
setelah nego demo ditata,
sesuai dengan pesanan kita.

III
Itulah kita harus waspada,
demontran murni dipukul sudah,
berdoa kita didalam dada,
supaya kisruh segera mereda.

Pemimpin zalim akalnya licik,
yang benar jadi salah terbalik,
kumpulkan uang emas sebilik,
kelak disiksa sampai mendelik.

Pada mereka yang kena bayar,
ingatlah selalu dosamu besar,
membela mereka yang sudah kesasar,
memukul rakyat seenak pusar.

IV
Itulah madah tentang demonstran,
ada yang bayaran ada beneran,
tak perlu kita menjadi heran,
karena zaman sudah keteteran.

Pada mereka yang lurus hati,
berharap moga berhati-hati,
terhindar dari lecutan cemeti,
ataupun luka setengah mati.

Pada pemimpin yang rakyat benci,
jantanlah jangan seperti banci,
padahal kotor masih sok suci,
sungguh terhina bagai kurcaci.

V
Jadilah pemimpin yang tidak pekak,
tahu hak dan kewajiban letak,
amanah emban janganlah retak,
supaya dicinta rakyat yang banyak.

Bekerjalah engkau secara adil,
jangan biasa gunakan bedil,
pasti dikabul doa rakyat kecil,
sengsara engkau dicabut izrail.

Madahku selesai sampai disini,
moga berguna dan dimengerti,
Bermohon hamba pada Ilahi,
moga diampun salahnya diri.

Inderalaya,
Al Faqiir

Hamdi Akhsan.

0 komentar:

Posting Komentar