50-2011. Kata Ibuku
Oleh
Hamdi Akhsan
Kata ibuku,
Mataku tajam bagaikan mata elang,
tapi hatiku lembut bak putri kembang mayang,
sedikit tergores merajuk dari sore sampai ke siang,
dan suka menyendiri dalam kesedihan yang membayang.
Perjalanan panjang telah menempa halusnya jiwa.
Walau tegar, tapi dingin bagai air dalam rawa,
Ada kepedihan tersembunyi dibalik tawa,
abadi sampai mati akan dibawa.
II
Kata ibuku...
gejolak jiwa dibacanya dari sorot mataku,
dalam mata elang ada cahaya bahagia dan pilu.
Karena kepedihan jarang terungkap lewat mulutku,
atau datang padanyaungkapkan kesusahan dan mengadu.
Bila ingin, hanya tamsil dan sindiran yang terkatakan.
tak sanggup ungkap keinginan menyesakkan.
atau meminta dengan memaksakan,
atau tak peduli kesulitan.
III
Kata ibuku lagi...
Dimasa kecil aku penyendiri,
bila menangis cari tempat sembunyi,
tiada isak yang terdengar bersama airmata ini,
hanya bintang, kegelapan, dan cahaya bulan menemani.
Sifat yang terbawa hingga usia dewasa kini menjelang.
Rasa dan hati yang tajam bagai sebilah pedang.
Rasakan yang tersirat dengan memandang.
Pendam perih sampai maut datang.
IV
Kata ibu...
Kelembutan sebagai lelaki akan menyakitkan.
membuat hidup banyak diam dan menahan.
Segala yang menyesak tak diungkapkan lisan.
Hanya dengan kias dan tercurah lewat tulisan.
Kata Ibu...
Kelak hidupku akan berguna bagi orang lain.
Berkurban menutup malu bagai sehelain kain.
Jadikan keikhlasan berbuat diiringi oleh yakin.
Hindari pula keinginan dipuji sesedikit mungkin.
Kata ibu...
Hiduplah dengan yakin.
Inderalaya, 13/2-2011
Al Faqiir
Hamdi akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kata ibuku,
Mataku tajam bagaikan mata elang,
tapi hatiku lembut bak putri kembang mayang,
sedikit tergores merajuk dari sore sampai ke siang,
dan suka menyendiri dalam kesedihan yang membayang.
Perjalanan panjang telah menempa halusnya jiwa.
Walau tegar, tapi dingin bagai air dalam rawa,
Ada kepedihan tersembunyi dibalik tawa,
abadi sampai mati akan dibawa.
II
Kata ibuku...
gejolak jiwa dibacanya dari sorot mataku,
dalam mata elang ada cahaya bahagia dan pilu.
Karena kepedihan jarang terungkap lewat mulutku,
atau datang padanyaungkapkan kesusahan dan mengadu.
Bila ingin, hanya tamsil dan sindiran yang terkatakan.
tak sanggup ungkap keinginan menyesakkan.
atau meminta dengan memaksakan,
atau tak peduli kesulitan.
III
Kata ibuku lagi...
Dimasa kecil aku penyendiri,
bila menangis cari tempat sembunyi,
tiada isak yang terdengar bersama airmata ini,
hanya bintang, kegelapan, dan cahaya bulan menemani.
Sifat yang terbawa hingga usia dewasa kini menjelang.
Rasa dan hati yang tajam bagai sebilah pedang.
Rasakan yang tersirat dengan memandang.
Pendam perih sampai maut datang.
IV
Kata ibu...
Kelembutan sebagai lelaki akan menyakitkan.
membuat hidup banyak diam dan menahan.
Segala yang menyesak tak diungkapkan lisan.
Hanya dengan kias dan tercurah lewat tulisan.
Kata Ibu...
Kelak hidupku akan berguna bagi orang lain.
Berkurban menutup malu bagai sehelain kain.
Jadikan keikhlasan berbuat diiringi oleh yakin.
Hindari pula keinginan dipuji sesedikit mungkin.
Kata ibu...
Hiduplah dengan yakin.
Inderalaya, 13/2-2011
Al Faqiir
Hamdi akhsan
0 komentar:
Posting Komentar