Oleh
Hamdi Akhsan
I
Inilah kisah sepanjang waktu,
segala golongan tak pilih tentu,
baik yang muda ataupun ortu,
rakyat biasa ataupun ratu.
Wadow...apa pula yang jadi halnya,
sakit gigi nangis jadinya,
cenat cenut sakit rasanya,
bagaikan mau putus nyawanya.
Dimalam hari mengigit-gigit,
rasanya sungguh begitu sakit,
kalaulah bisa diganti cubit,
atau ditinju barang sedikit.
II
Haha, itulah kalau diri tak rajin,
tahinya gigi bagaikan tajin,
karena digosok yang tidak rutin,
atau tak apa rasanya yakin.
Ditambah pula bekas makanan,
terselip disana rasa tak nyaman,
tapi itulah kalau nggak tuman,
dibiar saja kotor semalaman.
Barulah kalau gigi berlubang,
sakitnya bukan alang-kepalang,
orang melihat dibilang nantang,
sedikit masalah sudah meradang.
III
Oho,sabarlah kalau giginya sakit,
terasa lama waktu sedikit,
kepala kayak ditimpa bukit,
melihat orang matanya sipit.
Baru sedikit makanan masuk,
rasa sakitnya sudah menusuk,
nyerinya sampai ke tulang rusuk,
ahai, keparat benar kuman yang busuk.
Terkena air rasanya ngilu,
sakitnya malam membuat pilu,
tak bisa tidur dimalam dalu,
senut-senut bagai dihantam palu.
IV
Kalau sakit sudah menghilang,
cabut segera agar tak ngulang,
kempot sedikit tak apa sayang,
lesung pipitnya akan membayang.
Hai,hai, kalaulah diri boleh memilih,
pastilah malu merintih-rintih,
menangis-nangis seperti sedih,
malu dong dengan kekasih.
Rajin-rajinlah gigi disikat,
janganlah sampai sisa melekat,
ataupun tunggu sampai berkarat,
atau berlubang sampai ke urat.
V
Kalau tak enak giginya ompong,
gigi palsupun bisa dipotong,
isi bagian tempat yang kosong,
pastilah hilang tempat yang bolong.
Kalau tak mau pasang yang tetap,
pakailah jangan dengan ditancap,
bisa bersikat sambil bersantap,
atau dijemur di atas atap.
Kalaulah gigi palsu dipakai,
pastilah muda kayak mempelai,
enak dipamer seperti tupai,
bicara tak perlu memakai tirai.
VI
Inilah syair sakitnya gigi,
tak tentu sore ataupun pagi,
kalaulah bisa jangan tejadi,
alamak!membuat kacau semua segi.
Rajin-rajinlah gigi disikat,
sampai tua pun ia kan sehat,
terhindar dari kuman yang jahat,
ataupun karat yang suka lekat.
Syairku ini sampai disini,
jangan tersinggung Anto dan Ani,
bukan mengejek atau berani,
untuk nasehat anak yang dini.
Inderalaya, 7/2/2011
Al Fagiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar