Senin, 26 Desember 2011

305-2011. Ibu, Dengarlah Tangisan Jiwaku (2)

305-2011. Ibu, Dengarlah Tangisan Jiwaku (2)

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan


I
Ibu, malam telah semakin larut dekati waktu pertengahan.
Mengapa  airmata  ini tak mampu jua untuk kutahan.
Kuratapi kepedihan jiwaku dalam sesenggukan.
Bak Pahlawan yang  hancur dalam  kekalahan.

Ibu, anakmu hilang semangat yang membaja.
Tak mampu tegakkan kepala seorang kesatria.
Kerja keras sepanjang waktu seolah tiada berguna.
Dan semua  yang kubangun  menjadi hambar dan hampa.

II
Ibu, maafkan atas jiwa kanak-kanakku yang begitu rapuh.
Betapa ingin mengadu  padamu  sambil bersimpuh.
Sampaikan segenap lelah hidup memeras peluh.
Untuk permata  jiwaku yang  sedang  tumbuh.

Tapi ibu, mengapa anakmu tak bisa percaya.
Atas  ungkapan dan  kefasihan  menyusun kata.
Karena mata batin dan ketajaman  hatiku berkata.
Bahwa dalam kalimat masih banyak  tersimpan dusta.

III
Ibu, Maafkan anakmu kalau harus pergi dan menyerah.
Dalam hidup ini diriku  tak sekuat dan setegar ayah.
Jasadku sekarang begitu ringkih dan mudah lelah.
Hadapi gempuran  yang buat ketegaranku kalah.

Maafkan anakmu tak sanggup emban amanah ini.
Karena  tahu segala  yang terjadi petang dan pagi.
Namun  kusembunyikan  dalam pedihnya  relung hati.
Dan menjadi luka yang kelak akan kubawa sampai mati.

IV
Ibu, maafkan anakmu yang tak sanggup beri kebahagiaan.
Apabila daku harus pergi dengan membawa kekalahan.
Merintis  jalan baru untuk  jalani taqdir  kehidupan.
Dan  berharap  didalamnya  ada  kebahagiaan.

Tahanlah airmatamu atas taqdir yang kujalani.
Walau di usia telah senja semuanya harus kumulai.
Semoga didalam kesulitan ada  kebahagiaan dari Ilahi.
Atau biarlah semua berakhir tatkala kelak datangnya mati.

Ibu, maafkan anakmu yang kurang berbakti.


Al Faqiir

Hamdi Akhsan

0 komentar:

Posting Komentar