Sabtu, 19 November 2011

298-2011. Kepada Yang Fana

298-2011. Kepada Yang Fana


                 Oleh
                 Hamdi Akhsan



I
Hari ini kurindukan gemericik nyanyian hujan yang  membasahi dedaunan.
kurindukan wajah-wajah lugu tertawa lalui pematang sawah di pedesaan.
Para sahabat masa kecil yang pulang mengaji di surau berjalan beriringan.
Pancarkan keluguan hati nurani yang mencintai  kebaikan dan kebenaran.

Malam minggu di surau mata tak berkedip karena takjub dengarkan kisah.
Tentang para pengembara kebenaran yang berjuang dengan gagah.
Tentang keberkatan  anak-anak yang berbakti pada ibu dan ayah.
Serta kisah teladan para pahlawan yang tak pernah menyerah.

II
Kini, kisah-kisah hebat tenggelam oleh kecanggihan teknologi.
Surau-surau yang dahulu  begitu ramai  berubah jadi  sangat sepi.
Para guru mengaji yang pancarkan wajah begitu ikhlas sudah tiada lagi.
Seakan cahaya hidayah Ilahi di permukaan bumi kini sekarat menjelang mati.

Ketakutan kualat dan hilangnya keberkatan hidup pun kini telah disepelekan.
Orangtua yang begitu  mulia dalam agama  lebih dipandang  sebagai pelayan.
Berharga di mata sebahagian anak-anaknya selama masih kuat dan diperlukan.
Dan pada  saat usia  telah tua dan jasad  melemah  mereka  dianggap beban.

III
Peringatan tentang kebahagiaan akherat dianggap sudah ketinggalan zaman.
Tidak bermakna kala mengantar ke kubur mereka kembali tanpa kebanggaan.
Segala  pernik duniawi yang  begitu berambisi dikejar  semuanya ditinggalkan.
Dan kembali menghadap Sang Pencipta hanya membawa tiga lapis kain kafan.

Mana pembelaan segala yang telah dicari sepanjang usia dengan segala cara?
Kecuali hanya menangis beberapa saat dan kemudian kembali tertawa.
Sedangkan kiriman yang dirindukan tak datang walau sekadar doa.
Tinggallah jasad yang diazab menangisi diri sepanjang masa.

IV
Kemana jiwa suci yang dahulu begitu merindukan kebenaran.
Apakah ia telah lemah dan kotor karena akrab dengan kemaksiatan.
Ataukah ia lupa sebagaimana musafir yang lama tersesat tak tahu jalan.
Hingga tak sadar bahwa perjanjian dengan Sang Pemilik tanpa penudaan.

Wahai jiwa yang tak sadar hari-hari  kematian jasad telah semakin dekat.
Sebentar lagi akan datang utusan-Nya dalam wujud para malaikat.
Yang akan menjadi pemutus dan hilangkan segala nikmat.
Dan setiap jiwa bertanggungjawab kelak di akherat.


Al Faqiir


Hamdi Akhsan

0 komentar:

Posting Komentar