30-2011. Syair Cinta Seorang Pengembara (7)
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Hari-hari panjang yang letih kini telah dekati akhir perjalanan.
Bak rajawali perkasa tak mampu lagi terbang tinggi di awan.
Mata yang tua dan letih telah rabun dimakan ganasnya zaman.
Sungguh pengembaraan telah ukir sejarah masa keemasan.
Masa berganti, tuhan-tuhan baru kini telah berwujud teknologi.
Keterasingan dan penghinaan dunia dialami para pencinta Ilahi.
Hanya kepasrahan pada-Nya agar mulia jelang datangnya mati.
Demikianlah takdir Sang Khalik yang harus dijalani setiap insani.
II
Guru, masa kita yang diwarnai senandung zikir malam telah berubah.
Malam sunyi berhias embun diganti gemuruh mesin yang tak kenal lelah.
Senandung doamu, senandung doaku kini telah menjadi kidung yang kalah.
Digilas musik-musik pembangkit syahwat yang didendangkan begitu meriah.
Bibir-bibir bergetar dalam sesenggukan rindu pada ridho-Nya kian terkucil.
Pusat-pusat kajian iman yang dijaga para guru yang ikhlas kini kian terpencil.
Suara para penyeru dan pengembara surga semakin tak membawa hasil.
Tinggallah mereka dalam sendiri sebagai sebuah kelompok yang kecil.
III
Guru, kini para pendurhaka sejak zaman adam berdiri dengan pongah.
Para penyeru ke jalan kesesatan berdiri dengan kemenangan gagah.
Seakan bak singa yang berdiri di atas hewan buruan yang menyerah.
Dan terhina dalam kezaliman terhadap pengikut jalan Ilahi yang Kalah.
Menetes airmataku melihat keterhinaan terbesar dalam sejarah ini.
Seakan-akan pembantaian 800.000 jiwa di baghdad kini terulang lagi.
Sedang penganut agama Ilahi sekarang menjadi yang terbesar di bumi.
Namun hanya menjadi remah tak berharga bagai terserak sepiring nasi.
IV
Guru, sinar-sinar kebenaran yang terpancar dari Jilan dan Bukhara kini redup.
Suara para penyeru cahaya kebenaran terdengar samar antara mati dan hidup.
Rasa rendah diri dan kalah terus ditanamkan oleh para pembenci yang menyusup.
Dan racun-racun aqiedah pun bagaikan madu dan susu tanpa sadar telah dihirup.
Dalam kepedihan jelang senja kehidupan muridmu hanya bisa tadahkan tangan.
Kelak datang seorang pengganti yang sanggup memimpin pembela kebenaran.
Sanggup hadapi kepedihan dan ancaman untuk tegakkan panji-panji keadilan.
Serta bawa umat manusia untuk tunduk pada Jalan yang diridhoi Tuhan.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Hari-hari panjang yang letih kini telah dekati akhir perjalanan.
Bak rajawali perkasa tak mampu lagi terbang tinggi di awan.
Mata yang tua dan letih telah rabun dimakan ganasnya zaman.
Sungguh pengembaraan telah ukir sejarah masa keemasan.
Masa berganti, tuhan-tuhan baru kini telah berwujud teknologi.
Keterasingan dan penghinaan dunia dialami para pencinta Ilahi.
Hanya kepasrahan pada-Nya agar mulia jelang datangnya mati.
Demikianlah takdir Sang Khalik yang harus dijalani setiap insani.
II
Guru, masa kita yang diwarnai senandung zikir malam telah berubah.
Malam sunyi berhias embun diganti gemuruh mesin yang tak kenal lelah.
Senandung doamu, senandung doaku kini telah menjadi kidung yang kalah.
Digilas musik-musik pembangkit syahwat yang didendangkan begitu meriah.
Bibir-bibir bergetar dalam sesenggukan rindu pada ridho-Nya kian terkucil.
Pusat-pusat kajian iman yang dijaga para guru yang ikhlas kini kian terpencil.
Suara para penyeru dan pengembara surga semakin tak membawa hasil.
Tinggallah mereka dalam sendiri sebagai sebuah kelompok yang kecil.
III
Guru, kini para pendurhaka sejak zaman adam berdiri dengan pongah.
Para penyeru ke jalan kesesatan berdiri dengan kemenangan gagah.
Seakan bak singa yang berdiri di atas hewan buruan yang menyerah.
Dan terhina dalam kezaliman terhadap pengikut jalan Ilahi yang Kalah.
Menetes airmataku melihat keterhinaan terbesar dalam sejarah ini.
Seakan-akan pembantaian 800.000 jiwa di baghdad kini terulang lagi.
Sedang penganut agama Ilahi sekarang menjadi yang terbesar di bumi.
Namun hanya menjadi remah tak berharga bagai terserak sepiring nasi.
IV
Guru, sinar-sinar kebenaran yang terpancar dari Jilan dan Bukhara kini redup.
Suara para penyeru cahaya kebenaran terdengar samar antara mati dan hidup.
Rasa rendah diri dan kalah terus ditanamkan oleh para pembenci yang menyusup.
Dan racun-racun aqiedah pun bagaikan madu dan susu tanpa sadar telah dihirup.
Dalam kepedihan jelang senja kehidupan muridmu hanya bisa tadahkan tangan.
Kelak datang seorang pengganti yang sanggup memimpin pembela kebenaran.
Sanggup hadapi kepedihan dan ancaman untuk tegakkan panji-panji keadilan.
Serta bawa umat manusia untuk tunduk pada Jalan yang diridhoi Tuhan.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar