35-2012. Senandung Malam (4)
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Mentari siang nan terik telah tenggelam di ufuk barat.
Sungguh kehidupan di bumi datang dan pergi begitu cepat.
Ada manusia yang berpacu mengejar kebahagiaan kelak diakherat.
Namun sebahagian besar baru menyesali hidupnya setelah terlambat.
Adalah kehidupan duniawi yang fana membuat jiwa manusia terlena.
Tak sadar kelak hidup yang sementara berjalan entah kemana.
Lupa kalau aktivitasnya dipertanggunjawabkan di alam sana.
Tinggallah kelak jadi insan yang bahagia atau merana.
II
Tahun lalu, bersama teman ada gelak tawa ramadhan.
Tapi ramadhan ini ia telah tiada sesuai janji kepada tuhan.
Tahun kemarin ia masih begitu merdu kumandangkan takbiran.
Sekarang hanya senandung doa keluarganya yang terdengar pelan.
Semua berakhir fana dalam ketak abadian makhluk sebagai hamba.
Sebagai musafir, terkadang bekal tak mencukupi untuk dirinya.
Di perjalanan hanya pahit getir dalam kepedihan jiwanya.
Yang tiada guna lagi disesali untuk selama-lamanya.
III
Wahai kehidupan dunia yang berlangsung tak abadi.
Mengapa perjalanan singkat tak diisi dengan bekal ruhani.
Sepanjang usia disibukkan dengan pemenuhan hasrat jasmani.
Yang semuanya akan ditinggalkan manakala tiba sebuah janji suci.
Sering dalam perjalanan mengantar sesama saat sakaratul maut.
Tampak matanya hampa menahan sakit sampai dahi mengkerut.
Dadanya bergelombang menahan rasa sakit beriring takut.
Menunggu saat-saat genting manakala nyawa dicabut.
IV
Wahai insan, hanya kebaikanlah yang abadi disisi-Nya.
Infaq shodaqoh akan berguna lapangkan kubur nantinya.
Bacaan Alquran mempetajam lidah jawab tanya malaikat-Nya.
Dan amalan baik membantu kelak dalam beratnya pengadilan-Nya.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar