020-2012. Syair Untuk Kekasih (15)
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kekasih,
Serasa ingin hamba menangis atas ketaksyukuran diri ini.
Kesempatan hidup di dunia telah engkau tambah setahun lagi.
Dalam kurangnya ibadah betapa banyak nikmat yang Engkau beri.
Moga waktu yang Engkau berikan dapat menambah kuatnya iman di hati.
Mata ini, tangan ini, lidah ini, dan telinga ini telah berlumur dosa dan maksiat.
Betapa jalan-jalan yang ditempuh dekati kegelapan sunyi dan pekat.
Hati semakin membatu 'tuk dengarkan hikmah dan nasehat.
Serta sedikitnya bekal 'tuk hadapi siksa kubur nan berat.
II
Ramadhan kini hampir tiba dalam ketakabadian masa.
Betapa ingin jiwa ini tunduk pada-Mu sebagai hamba.
Tadahkan tangan gemetaran dalam takut dan pinta.
Berbisik lirih panjatkan doa beriring cucuran airmata.
Kekasih, dalam redupnya cahaya bak pelita malam.
Rindunya hamba jalani Ramadhan bak dimasa silam.
Habiskan hari- asah iman agar bersinar bak pualam.
Bercahaya terang di tengah kebenaran yang suram.
III
Banyak hamba-Mu yang sambut datangnya ramadhan.
Munajad di bibir mereka penuh khusuk beriring harapan.
Agar Engkau ampuni dosa mereka sebanyak buih di lautan.
Dan di akhir ramadhan mendapat kasih sayang & ampunan.
Ramadhan tahun ini, sebahagian saudara kami tiada lagi di dunia.
Di sebahagian keluarga telah hilang kegembiraan dan gelak tawa.
Karena orang yang mereka kasihi telah pergi dahulu ke alam baqa.
Sebagai bagian dari janji tatkala mereka akan dilahirkan ke alam fana.
IV
Kekasih, kini jasad hamba perlahan mulai menua dalam perjalanan waktu.
Ingatan dan panca indra pun kian menurun bila dibandingkan dahulu.
Bak musafir, yang dulu begitu bersih kini penuh kotoran dan debu.
Dan kelak kamiakan kembali pada-Mu penguasa abadi yang Satu.
Dalam kekurangsyukuran dan kelalaian pada-Mu kami meminta.
Berilah kami kesempatan untuk jalani ramadhan sebagai pencinta.
Agar setelah tiada kelak kami selamat dari neraka yang penuh derita.
Dan mendapat kasih sayang dan rahmat-Mu kala kelak menutup mata.
Kekasih, hanya Ridho dan ampunan-Mu yang menghapus segala nestapa.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar