39-2012. Syair-Syair Kebangkitan (4)
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Dihadapanku kini gempuran demi gempuran tentara syaitan tak pernah berhenti.
Membawa berjuta mangkuk racun mematikan yang beraroma madu surgawi.
Dengan segala rayuan suguhkan bius yang berwujud kenikmatan duniawi.
Membuat hancur dan terkapar tiada daya sebuah generasi pencinta Ilahi.
Dimana cahaya surga?yang getarkan semangat syuhada masa silam.
Adakah semua telah redup ditelan oleh ganasnya pukauan zaman.
Atau ia tertutup debu gurun yang pancarkan minyak berkilauan.
Dan hanya tertinggal di buku-buku bacaan sebagai kenangan.
II
Wahai engkau generasi yang bak buih terserak di samudera.
Wahai pemegang pedang damascus yang kuat membelah baja.
Masihkah hidayah dalam jiwamu menjadi sesuatu yang berharga.
Atau telah berganti jadi racun dunia yang disangka keindahan surga.
Kini milyaran penggantimu tak lebih jadi buruh pabrik demi sesuap nasi.
Nun diujung dunia sana berkacak pinggang para pemilik modal kaum yahudi.
Hembuskan iklan-iklan penuh dusta untuk boroskan pengeluaran sepanjang hari.
Dan tinggallah ruh perjuangan agama suci sebagai catatan kecil yang sudah mati.
III
Di hadapan bala tentara kejahatan yang berdasi engkau tak lebih hanyalah domba.
Yang sangat takut diputuskan status sebagai pegawai yang berprestasi kerja.
Yang didalam kepalamu ditanamkan bahwa hidup hanya sebatas dunia saja.
Dan habiskan umur di padang gembalaan bagaikan hidup seekor domba.
Manakala mereka bosan memelihara dan memerasmu di kandang.
Atas nama PHK dan resesi ekonomi engkau pun akan dibuang.
Tak akan keringat dan airmatamu selama ini akan dipandang.
Karena dimata mereka engkau hanya seorang pecundang.
IV
Tiada lagi para pejuang penakluk gemparkan penjuru bumi.
Sedikit airmata pengembara surga yang tersedu di malam hari.
Yang dadanya tersedan rindukan pemenuhan janji Ilahi yang pasti.
Terhadap kejayaan yang selama ratusan tahun silam menjadi tradisi.
Kini racun-racun ajaib berwujud angka-angka telah menjadi cita-cita.
Seolah dalam kehidupan yang dikejar hanya prestasi duniawi saja.
Sedangkan kekuatan ruhani yang begitu mulia menjadi hampa.
Dan kejayaan di bumi sebagai khalifah tinggal mimpi belaka.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Dihadapanku kini gempuran demi gempuran tentara syaitan tak pernah berhenti.
Membawa berjuta mangkuk racun mematikan yang beraroma madu surgawi.
Dengan segala rayuan suguhkan bius yang berwujud kenikmatan duniawi.
Membuat hancur dan terkapar tiada daya sebuah generasi pencinta Ilahi.
Dimana cahaya surga?yang getarkan semangat syuhada masa silam.
Adakah semua telah redup ditelan oleh ganasnya pukauan zaman.
Atau ia tertutup debu gurun yang pancarkan minyak berkilauan.
Dan hanya tertinggal di buku-buku bacaan sebagai kenangan.
II
Wahai engkau generasi yang bak buih terserak di samudera.
Wahai pemegang pedang damascus yang kuat membelah baja.
Masihkah hidayah dalam jiwamu menjadi sesuatu yang berharga.
Atau telah berganti jadi racun dunia yang disangka keindahan surga.
Kini milyaran penggantimu tak lebih jadi buruh pabrik demi sesuap nasi.
Nun diujung dunia sana berkacak pinggang para pemilik modal kaum yahudi.
Hembuskan iklan-iklan penuh dusta untuk boroskan pengeluaran sepanjang hari.
Dan tinggallah ruh perjuangan agama suci sebagai catatan kecil yang sudah mati.
III
Di hadapan bala tentara kejahatan yang berdasi engkau tak lebih hanyalah domba.
Yang sangat takut diputuskan status sebagai pegawai yang berprestasi kerja.
Yang didalam kepalamu ditanamkan bahwa hidup hanya sebatas dunia saja.
Dan habiskan umur di padang gembalaan bagaikan hidup seekor domba.
Manakala mereka bosan memelihara dan memerasmu di kandang.
Atas nama PHK dan resesi ekonomi engkau pun akan dibuang.
Tak akan keringat dan airmatamu selama ini akan dipandang.
Karena dimata mereka engkau hanya seorang pecundang.
IV
Tiada lagi para pejuang penakluk gemparkan penjuru bumi.
Sedikit airmata pengembara surga yang tersedu di malam hari.
Yang dadanya tersedan rindukan pemenuhan janji Ilahi yang pasti.
Terhadap kejayaan yang selama ratusan tahun silam menjadi tradisi.
Kini racun-racun ajaib berwujud angka-angka telah menjadi cita-cita.
Seolah dalam kehidupan yang dikejar hanya prestasi duniawi saja.
Sedangkan kekuatan ruhani yang begitu mulia menjadi hampa.
Dan kejayaan di bumi sebagai khalifah tinggal mimpi belaka.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan