Rabu, 18 Juli 2012

30-2011. Syair Cinta Seorang Pengembara (7)

30-2011. Syair Cinta Seorang Pengembara (7)

                  Oleh
                  Hamdi Akhsan



I
Hari-hari  panjang yang letih kini  telah dekati akhir perjalanan.
Bak  rajawali  perkasa tak mampu lagi  terbang tinggi di awan.
Mata yang tua dan letih telah rabun dimakan ganasnya zaman.
Sungguh  pengembaraan  telah ukir sejarah masa  keemasan.

Masa berganti, tuhan-tuhan baru kini telah berwujud teknologi.
Keterasingan dan penghinaan dunia dialami para pencinta Ilahi.
Hanya kepasrahan pada-Nya agar mulia jelang datangnya mati.
Demikianlah takdir Sang Khalik yang harus dijalani setiap insani.

II
Guru, masa kita yang diwarnai senandung zikir malam telah berubah.
Malam sunyi berhias embun diganti gemuruh mesin yang tak kenal lelah.
Senandung doamu, senandung doaku kini telah menjadi kidung yang kalah.
Digilas musik-musik pembangkit syahwat yang didendangkan begitu meriah.

Bibir-bibir  bergetar dalam  sesenggukan rindu  pada  ridho-Nya kian terkucil.
Pusat-pusat kajian iman yang dijaga para guru yang ikhlas kini kian terpencil.
Suara para penyeru  dan  pengembara surga semakin tak membawa hasil.
Tinggallah mereka dalam sendiri  sebagai sebuah kelompok yang kecil.

III
Guru, kini para pendurhaka sejak zaman adam berdiri dengan pongah.
Para penyeru ke  jalan kesesatan  berdiri dengan  kemenangan gagah.
Seakan bak singa yang berdiri  di atas hewan  buruan yang menyerah.
Dan terhina dalam kezaliman terhadap pengikut jalan Ilahi yang Kalah.

Menetes  airmataku  melihat  keterhinaan  terbesar dalam  sejarah ini.
Seakan-akan  pembantaian 800.000 jiwa di baghdad  kini terulang lagi.
Sedang penganut agama Ilahi sekarang menjadi yang terbesar di bumi.
Namun hanya menjadi remah tak berharga bagai terserak sepiring nasi.

IV
Guru, sinar-sinar kebenaran yang terpancar dari Jilan dan Bukhara kini redup.
Suara para penyeru cahaya kebenaran terdengar samar antara mati dan hidup.
Rasa rendah diri dan kalah terus ditanamkan oleh para pembenci yang menyusup.
Dan racun-racun  aqiedah pun bagaikan madu  dan susu tanpa sadar telah dihirup.

Dalam kepedihan jelang  senja kehidupan  muridmu hanya bisa  tadahkan  tangan.
Kelak  datang seorang  pengganti yang sanggup memimpin pembela kebenaran.
Sanggup hadapi kepedihan dan ancaman untuk tegakkan panji-panji keadilan.
Serta bawa  umat manusia untuk  tunduk pada Jalan  yang diridhoi Tuhan.


Al Faqiir


Hamdi Akhsan

0 komentar:

Posting Komentar