Rabu, 11 Juli 2012

29-2012. Senandung Malam Seorang Hamba

29-2012. Senandung Malam Seorang Hamba

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan



I
Kekasih,
Masih layakkah bibir hamba-Mu lantunkan panggilan mesra itu?
Sedang jejak cinta jiwa ini tak lagi bak seruling rindukan rumpun bambu.
Malam-malam pun tak lagi terisi dengan tangisan Qais pada Laila yang penuh rindu.
Dan jiwa ini?telah terkotori bak seorang musafir lelah yang menempuh perjalanan penuh debu.

Bagaimana hamba akan pertangung jawabkan semua pemberian-Mu yang begitu berharga ini.
Bagaimana hamba membayar oksigen yang dengan cuma-cuma telah Engkau beri.
Bagaimana hamba harus bayar sifat lupa yang hapuskan kepedihan hati?
Dan bagaimana  hamba hitung semua pemberian-Mu sejak bayi.

II
Kekasih,
Ke hadirat-Mu seorang budak  tundukkan kepala dengan pasrah.
Ke hadapan-Mu datang dengan takut seorang petarung lemah yang kalah.
Ia terjatuh bangun berhadapan dengan musuh-musuh-Mu yang tak pernah menyerah.
Berharap kala dihadapan pengadilan-Mu kelak mendapat ampunan wahai Sang Maha Pemurah.

Kekasih, betapa lidah pemberian-Mu ini sering  berkata yang tidak sesuai dengan kehendak-Mu.
Telinga hamba  masih terus digunakan mendengar hal-hal yang tidak berkenan disisi-Mu.
Tangan ini masih digunakan untuk pekerjaan yang membawa amarah-Mu.
Sungguh hamba takut bagaimana nanti berhadapan dengan-Mu.

III
Kekasih,
Lidah ini masih berputar dalam kemubaziran yang hampa makna.
Jerit dan ratap permohonan beriring airmata hanya muncul dalam derita.
Hari-hari pengembaraan yang pendek di dunia ini masih banyak diisi gelak tawa.
Sedang tangisi betapa berat kelak himpitan tanah kubur makin hari semakin terlupa.

Betapa kulit hamba pelan-pelan mulai mengeriput bak bunga mekar menjelang layu.
Cahaya mata?yang dulu berbinar-binar indah mulai suram, letih dan, kuyu.
Sendi-sendi hamba kala pekatnya malam telah datang terasa ngilu.
Pertanda malaikat maut pun semakin dekat di depan pintu.

IV
Bekal apa yang akan hamba bawa pulang sebagai musafir?
Tak ingin hamba menghadap-Mu  sebagai pedagang yang faqir.
Izinkan hamba untuk kumpulkan bekal amal-amal yang terus mengalir.
Untuk modal hamba kelak ketika harus hadapi mahkamah-Mu di Yaumil akhir.

Kekasih, izinkan hamba  untuk miliki lidah yang senantiasa syukuri nikmat-Mu.
Rahmatilah hamba jiwa yang cepat kembali manakala lalai dari jalan-Mu.
Tanamkan rasa takut terhadap beratnya siksa karena murka-Mu.
Dalam  kelemahan ini, Ridhoilah untuk menjadi hamba-Mu.

Wahai Allah, tiada tempat hamba bersandar.Kecuali hanya pada-Mu.


Al Faqiir

Hamdi Akhsan

0 komentar:

Posting Komentar