016-2012. Surat Seorang Anak TKW pada Ibunya
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Ibu!Sayup-sayup teringat olehku kata-kata itu pernah terucap belasan tahun yang silam.
Kata-kata yang kurengekkan dengan dengan manja dalam pelukanmu ditengah malam.
Tanganmu yang lembut merengkuh membuatku tidur begitu nyenyak dan nyaman.
Itulah keindahan yang terekam kabur dalam benakku yang timbul tenggelam.
Ibu, di hari itu terakhir engkau memelukku begitu erat dan dadamu tersedan.
Engkau tahan airmata mengalir deras membuat sampai terguncang badan.
setelah itu tidak lagi kurasakan pelukan hangatmu yang diiringi belaian.
Hanya ada kidung doa nenek menimangku sampai terlelap kecapaian.
II
Hari berganti minggu, bertahun sudah berlalu tanpa terasa.
Terasa aneh diri saat mulai bermain dengan teman seusia.
Mengapa ayah dan ibunya masih begitu kuat dan muda.
Sedang nenek yang kupanggil ibu sudah begitu tua.
Sering, nenek berikan telepon genggam ditelingaku.
Aku tidak mengerti mengapa ada suara isak tersedu.
Barulah berbilang tahun aku mengerti bahwa itu suara ibu.
Yang pergi sangat jauh mencari nafkah untuk masa depanku.
III
Sebenarnya anakmu tidak tahu mengapa ibu harus pergi begitu jauh.
Di kanan kiri rumah anak dan orangtua berkumpul dalam keluarga utuh.
Walau hidup mereka sederhana dan harus bekerja keras memeras peluh.
Tapi di malam hari terdengar canda yang diiringi gelak tawa yang begitu riuh.
Sedang aku! sering merasa ada yang hilang & kosong dari jiwa yang terdalam.
Termenung sendiri hadapi setumpuk mainan yang tiap tahun engkau kirimkan.
Aku ingin dininibobokkan dan bermain dengan ibunya seperti teman-teman.
Tertidur pulas dalam pelukan dan tatatan hangat matamu yang menyejukkan.
IV
Ibu, entah apa yang terjadi dengan masa kecilku yang sering menyendiri.
Menahan airmata dan menghayalkan bertemu denganmu dalam mimpi.
Rindukan ibundaku yang telah bertahun-tahun bekerja diluar negeri.
Yang kata nenek padaku sebentar dan sebentar lagi kembali.
Ibu, pulanglah. Cukup tempe dan tahu asal kita bersama.
Biarlah kita bersama tinggal di rumah yang sederhana.
Asalkan kita saling berbagi dalam duka dan bahagia.
Ibu kembalilah, Tuhan akan mencukupkan kita.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Ibu!Sayup-sayup teringat olehku kata-kata itu pernah terucap belasan tahun yang silam.
Kata-kata yang kurengekkan dengan dengan manja dalam pelukanmu ditengah malam.
Tanganmu yang lembut merengkuh membuatku tidur begitu nyenyak dan nyaman.
Itulah keindahan yang terekam kabur dalam benakku yang timbul tenggelam.
Ibu, di hari itu terakhir engkau memelukku begitu erat dan dadamu tersedan.
Engkau tahan airmata mengalir deras membuat sampai terguncang badan.
setelah itu tidak lagi kurasakan pelukan hangatmu yang diiringi belaian.
Hanya ada kidung doa nenek menimangku sampai terlelap kecapaian.
II
Hari berganti minggu, bertahun sudah berlalu tanpa terasa.
Terasa aneh diri saat mulai bermain dengan teman seusia.
Mengapa ayah dan ibunya masih begitu kuat dan muda.
Sedang nenek yang kupanggil ibu sudah begitu tua.
Sering, nenek berikan telepon genggam ditelingaku.
Aku tidak mengerti mengapa ada suara isak tersedu.
Barulah berbilang tahun aku mengerti bahwa itu suara ibu.
Yang pergi sangat jauh mencari nafkah untuk masa depanku.
III
Sebenarnya anakmu tidak tahu mengapa ibu harus pergi begitu jauh.
Di kanan kiri rumah anak dan orangtua berkumpul dalam keluarga utuh.
Walau hidup mereka sederhana dan harus bekerja keras memeras peluh.
Tapi di malam hari terdengar canda yang diiringi gelak tawa yang begitu riuh.
Sedang aku! sering merasa ada yang hilang & kosong dari jiwa yang terdalam.
Termenung sendiri hadapi setumpuk mainan yang tiap tahun engkau kirimkan.
Aku ingin dininibobokkan dan bermain dengan ibunya seperti teman-teman.
Tertidur pulas dalam pelukan dan tatatan hangat matamu yang menyejukkan.
IV
Ibu, entah apa yang terjadi dengan masa kecilku yang sering menyendiri.
Menahan airmata dan menghayalkan bertemu denganmu dalam mimpi.
Rindukan ibundaku yang telah bertahun-tahun bekerja diluar negeri.
Yang kata nenek padaku sebentar dan sebentar lagi kembali.
Ibu, pulanglah. Cukup tempe dan tahu asal kita bersama.
Biarlah kita bersama tinggal di rumah yang sederhana.
Asalkan kita saling berbagi dalam duka dan bahagia.
Ibu kembalilah, Tuhan akan mencukupkan kita.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar