019-2012. Senandung Taubat (2)
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kekasih, masihkah bermakna air mata yang mengalir dalam ketakutan ini?
Masihkah bermakna disisi-Mu tangan gemetar memohon pertaubatan diri?
Masihkah ada tempat disisi-Mu untuk hamba yang berbuat dosa setiap hari?
Masihkah akan Engkau bukakan pintu rahmat kelak di kehidupan yang abadi?
Sedang tanda-tanda yang Engkau tunjukkan masih membutakan mata insani.
Onggokan mayat membusuk bertebaran tiada menggetarkan kerasnya hati.
Begitu asyik dengan buaian syahwat yang membuat syaitan menari-nari.
Sedang waktu cepat berlalu berpacu menuju sempitnya kubur yang sunyi.
II
Mata ini, tangan ini, telinga ini, hati ini! semua kelak akan berbicara.
Menjadi penolong atau pemberat hamba dihadapan mahkamah-Nya.
Karena tiada satu pun rekaman peristiwa yang terhapus dari sisi-Nya.
Yang akan memutuskan nasib dalam kehidupan abadi setelah di dunia.
Kekasih, hamba takut! tapi perbuatan dosa masih senantiasa terulang.
Padahal petikan dawai kematian dipelupuk mata seakan telah datang.
Ganasnya cambukan malaikat kubur seakan telah meretakkan tulang.
Dan bengisnya sang penjaga neraka seakan telah menatap garang.
III
Sedang hamba, masih begitu asyik di panggung duniawi yang semu.
Sibuk mengejar angin dan cahaya mentari esok yang pasti berlalu.
Dari hari ke hari kehidupan semakin redup dengan siraman cahaya-Mu.
Menuju sebuah kepastian sumpah yang telah diikrar pada masa dahulu.
Kekasih, masih adakah maaf untuk para hamba yang membangkang ini.
Masihkan tersedia kasih sayang dan kesempatan untuk kami kembali.
Tolonglah kami untuk mempertajam telinga agar tidak bebal dan tuli.
Dan beri kami kesempatan untuk bersihkan kerasnya kotoran hati.
IV
Kekasih, janji-Mu terhadap kehidupan abadi adalah pasti.
Bahagianya surga dan perihnya neraka-Mu adalah pasti.
Keadilan mahkamah-Mu untuk setiap hamba juga pasti.
Siksa kubur dan pertanyaan malaikat-Mu pun itu pasti.
Ampuni Kami Ya Robbi.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kekasih, masihkah bermakna air mata yang mengalir dalam ketakutan ini?
Masihkah bermakna disisi-Mu tangan gemetar memohon pertaubatan diri?
Masihkah ada tempat disisi-Mu untuk hamba yang berbuat dosa setiap hari?
Masihkah akan Engkau bukakan pintu rahmat kelak di kehidupan yang abadi?
Sedang tanda-tanda yang Engkau tunjukkan masih membutakan mata insani.
Onggokan mayat membusuk bertebaran tiada menggetarkan kerasnya hati.
Begitu asyik dengan buaian syahwat yang membuat syaitan menari-nari.
Sedang waktu cepat berlalu berpacu menuju sempitnya kubur yang sunyi.
II
Mata ini, tangan ini, telinga ini, hati ini! semua kelak akan berbicara.
Menjadi penolong atau pemberat hamba dihadapan mahkamah-Nya.
Karena tiada satu pun rekaman peristiwa yang terhapus dari sisi-Nya.
Yang akan memutuskan nasib dalam kehidupan abadi setelah di dunia.
Kekasih, hamba takut! tapi perbuatan dosa masih senantiasa terulang.
Padahal petikan dawai kematian dipelupuk mata seakan telah datang.
Ganasnya cambukan malaikat kubur seakan telah meretakkan tulang.
Dan bengisnya sang penjaga neraka seakan telah menatap garang.
III
Sedang hamba, masih begitu asyik di panggung duniawi yang semu.
Sibuk mengejar angin dan cahaya mentari esok yang pasti berlalu.
Dari hari ke hari kehidupan semakin redup dengan siraman cahaya-Mu.
Menuju sebuah kepastian sumpah yang telah diikrar pada masa dahulu.
Kekasih, masih adakah maaf untuk para hamba yang membangkang ini.
Masihkan tersedia kasih sayang dan kesempatan untuk kami kembali.
Tolonglah kami untuk mempertajam telinga agar tidak bebal dan tuli.
Dan beri kami kesempatan untuk bersihkan kerasnya kotoran hati.
IV
Kekasih, janji-Mu terhadap kehidupan abadi adalah pasti.
Bahagianya surga dan perihnya neraka-Mu adalah pasti.
Keadilan mahkamah-Mu untuk setiap hamba juga pasti.
Siksa kubur dan pertanyaan malaikat-Mu pun itu pasti.
Ampuni Kami Ya Robbi.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan