Jumat, 29 Juni 2012

019-2012. Senandung Taubat (2)

019-2012. Senandung Taubat (2)

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan


I
Kekasih, masihkah bermakna air mata yang mengalir dalam ketakutan ini?
Masihkah bermakna disisi-Mu tangan  gemetar memohon pertaubatan diri?
Masihkah ada tempat disisi-Mu untuk hamba yang berbuat dosa setiap hari?
Masihkah akan Engkau bukakan pintu rahmat kelak di kehidupan yang abadi?

Sedang tanda-tanda yang Engkau tunjukkan masih membutakan mata insani.
Onggokan mayat membusuk  bertebaran tiada menggetarkan kerasnya hati.
Begitu asyik  dengan buaian  syahwat yang membuat  syaitan  menari-nari.
Sedang waktu cepat berlalu berpacu menuju sempitnya kubur yang sunyi.

II
Mata ini, tangan ini, telinga ini, hati ini! semua kelak akan berbicara.
Menjadi penolong atau pemberat hamba dihadapan mahkamah-Nya.
Karena tiada satu pun rekaman peristiwa yang terhapus dari sisi-Nya.
Yang akan memutuskan nasib dalam kehidupan abadi setelah di dunia.

Kekasih, hamba takut! tapi perbuatan dosa masih senantiasa  terulang.
Padahal petikan dawai kematian dipelupuk mata  seakan telah datang.
Ganasnya cambukan malaikat kubur seakan telah meretakkan tulang.
Dan bengisnya sang  penjaga neraka seakan telah menatap garang.

III
Sedang hamba, masih begitu asyik di panggung duniawi yang semu.
Sibuk  mengejar angin dan cahaya  mentari esok  yang  pasti  berlalu.
Dari hari ke hari kehidupan semakin redup dengan siraman cahaya-Mu.
Menuju sebuah kepastian  sumpah yang telah diikrar pada masa dahulu.

Kekasih, masih adakah maaf untuk para  hamba yang membangkang ini.
Masihkan tersedia  kasih sayang dan  kesempatan  untuk kami kembali.
Tolonglah kami untuk mempertajam telinga agar tidak bebal dan tuli.
Dan beri kami kesempatan untuk  bersihkan kerasnya kotoran hati.

IV
Kekasih, janji-Mu terhadap kehidupan abadi adalah pasti.
Bahagianya surga dan perihnya neraka-Mu adalah pasti.
Keadilan mahkamah-Mu untuk setiap hamba juga pasti.
Siksa kubur dan pertanyaan malaikat-Mu pun itu pasti.

Ampuni Kami Ya Robbi.

Al Faqiir


Hamdi Akhsan

0 komentar:

Posting Komentar