305-2011. Ibu, Dengarlah Kerinduanku (4)
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Ibu, malam ini telah begitu larut.
Bintang-bintang berkilau indah bak mutiara jabarrut.
Entah mengapa tiba-tiba saja terlintas rasa gelisah dan takut.
Kalau kelak tak sempat bersimpuh didepanmu kalau datang malaikat maut.
Dalam kesendirian dan sepi kurasakan indahnya masa saat kita bersama.
Kesederhanaan dan ketulusanmu begitu membekas dalam jiwa.
Kutemukan kasih selalu terpancar di pandangan mata.
Yaang menguatkan jiwaku di saat menderita.
II
Tapi ibu, sebahagian jiwakumengikuti ibu.
Mampu menyimpan begitu dalam rasa sakit dan pilu.
Walau jasad sedikit demi sedikit lemah bak disayat sembilu.
Namun nampak biasa dimakan oleh perstiwa dan fananya waktu.
Dalam jiwa ini tetap terpendam kerinduan yang begitu dalam.
Untuk pergi lagi bersamamu menangis di tanah haram.
Lantunkan pinta pada Ilahi Sang Penguasa Alam.
Agar kasihmu bernilai bak mutu manikam.
III
Ibu, anakmu begitu lelah jalani semua ini.
Tak ada lagi sisi kehidupan dunia yang ingin kutangisi.
Akan kujalani hidup dengan tegakkan prinsip dan jati diri.
Walau untuk itu semua prinsip itu harus kubawa sampai mati.
Kadang saat berjumpa ingin kusampaikan semua keluh kesah.
Namun tak ingin aku membuat batinmu kembali lelah.
Tak ingin mulutku berkata membuatmu gelisah.
Biarlah semua bagimu baik dan indah.
IV
Ibu, maafkan anakmu yang banyak diam.
Kutahan gejolak jiwa ini walau didalam remuk redam.
Biarlah nampak olehmu apa yang kujalani semuanya tentram.
Bagai samudera di permukaannya rata namun bergolak didalam.
Di sisa usia ini, hanya doa dan keridhoanmu yang kupinta.
Tak ingin lagi aku melihatmu cucurkan air mata.
Tak ingin lagi anakmu melihat ibu menderita.
Sampai Ibu menghadap Sang Pencipta.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar