303-2011. Elang Gurun Yang Kesepian
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Pekikan elang gurun yang getarkan sahara berubah jadi nyanyian sunyi.
Lemah diguncang badai pasir yang datang mendera tiada henti.
Sayapnya patah 'tuk rindukan kematian di taman surgawi.
Sebagai seorang pencinta yang bertransaksi pada Ilahi.
Matanya hampa menatap mentari jelang tenggelam.
Seolah tiada harapan bagi inspirasi di jiwa terdalam.
Redup dan sendiri dalam gelap dan sunyinya malam.
Seolah menunggu taqdir dari Sang Penguasa Alam.
II
Mengapa berputus asa?tiada keabadian dalam duka.
Dan tiada pula setia kegembiraan dan bahagia.
Simetri taqdir Ilahi telah tertulis dalam qadha.
Sebagai wujud kasih sayang dan cinta-Nya.
Betapa tinggi angan dalam kehidupan fana.
Menebar mimpi bak indahnya fatamorgana.
Namun tanpa terasa senja usia telah tiba.
Menuju akhir yang disana tiada nestapa.
III
Dalam kehampaan kupandang cakrawala.
Renungkan waktu yang berlalu dan sisa usia.
Merenungi masa yang telah lalu tanpa terasa.
Yang telah memendam segala macam peristiwa.
Air mata elang?tak ada airmata dalam kesendirian.
Hanya lelah menahan badai dan beratnya kehidupan.
Berharap ada tempat berpaut dalam menata kesunyian.
Dan bersatu padu untuk hadapi hebatnya segala tantangan.
IV
Tapi dinamika waktu akan percepat kelemahan dan ketuaan diri.
Kaki yang kukuh dan tajam kini terasa perih bila terkena duri.
Tatapan sayu menahan pedih dan luka yang begitu nyeri.
Agar mampu bertahan untuk lalui sedikit sisa hari-hari.
Lazuardi di langit telah menghilang bersama cahaya.
Tiada sesal dan keputus asaan lalui hari-hari hampa.
Berharap kelak ada elang baru yang getarkan angkasa.
Sebelum dia fana dan kembali pada Sang Maha Kuasa.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar