300-2011. Dan Semua Berakhir Fana
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Tahun-tahun pun berlalu dalam kefanaan perciptaan.
Berbagai peristiwa lahirkan harapan dan keputus asaan.
Ada yang datang ke bumi dan pergi ke gerbang kematian.
Itulah Sunnah Ilahi yang tak berubah sejak dunia diadakan.
Kesusahan dan kesenangan dalam kehidupan dipergilirkan.
Bak bunga mekar yang harum mewangi yang layu di taman.
Setelah itu akan tumbuh buah yang hasilkan biji-bijian.
Dan bunga-bunga indah yang baru siap menggantikan.
II
Betapa banyak manusia yang tertipu oleh impian semu.
Betapa banyak khayal indah berakhir dengan taqdir pilu.
Betapa banyak yang tidak faham garis qadha Ilahi Yang Satu.
Sehingga bayangkan kenyataan seindah bayang mimpi masa lalu.
Kalimat masa silam hendaknya menjadi menjadi pegangan di hati.
Betapa baiknya orang yang hidup tak bisa kalahkan orang mati.
Betapa sempurnanya orang dekat tak sesempurna yang pergi.
Karena insan baru rasakan kehilangan saat yang ada pergi.
III
Betapa sering terlihat tangis membuncah saat kematian.
Karena baru terasa kebaikannya pada saat telah kehilangan.
Disaat dekat yang nampak hanya kekurangan dan kelemahan.
Itulah nafsu tatkala rasa syukur dan sabar tak dijadikan pegangan.
Tiada guna airmata duka dan sesal kala yang dicinta telah tiada.
Karena airmata hanyalah wujud egoisme yang ditinggal saja.
Atau hanya bentuk pelampiasan hati yang penuh dusta.
Bukan wujud dari rasa cinta yang sesungguhnya.
IV
Sungguh, betapa manusia sering kurang menyadari.
Mengapa merasa kehilangan yang tak pernah dimiliki.
Mengapa titipan amanah dianggap sebagai milik sendiri.
Padahal semuanya fana dalam kekuasaan Ilahi Yang abadi.
Sungguh, sesuatu yang datang kemudian hilang lebih awal.
Sesuatu yang memiliki tujuan pastilah dahulunya ada asal.
Semuanya dari Allah Yang Maha Memiliki lagi kekal.
Mari tunduk patuh pada-Nya agar kelak tiada sesal.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Tahun-tahun pun berlalu dalam kefanaan perciptaan.
Berbagai peristiwa lahirkan harapan dan keputus asaan.
Ada yang datang ke bumi dan pergi ke gerbang kematian.
Itulah Sunnah Ilahi yang tak berubah sejak dunia diadakan.
Kesusahan dan kesenangan dalam kehidupan dipergilirkan.
Bak bunga mekar yang harum mewangi yang layu di taman.
Setelah itu akan tumbuh buah yang hasilkan biji-bijian.
Dan bunga-bunga indah yang baru siap menggantikan.
II
Betapa banyak manusia yang tertipu oleh impian semu.
Betapa banyak khayal indah berakhir dengan taqdir pilu.
Betapa banyak yang tidak faham garis qadha Ilahi Yang Satu.
Sehingga bayangkan kenyataan seindah bayang mimpi masa lalu.
Kalimat masa silam hendaknya menjadi menjadi pegangan di hati.
Betapa baiknya orang yang hidup tak bisa kalahkan orang mati.
Betapa sempurnanya orang dekat tak sesempurna yang pergi.
Karena insan baru rasakan kehilangan saat yang ada pergi.
III
Betapa sering terlihat tangis membuncah saat kematian.
Karena baru terasa kebaikannya pada saat telah kehilangan.
Disaat dekat yang nampak hanya kekurangan dan kelemahan.
Itulah nafsu tatkala rasa syukur dan sabar tak dijadikan pegangan.
Tiada guna airmata duka dan sesal kala yang dicinta telah tiada.
Karena airmata hanyalah wujud egoisme yang ditinggal saja.
Atau hanya bentuk pelampiasan hati yang penuh dusta.
Bukan wujud dari rasa cinta yang sesungguhnya.
IV
Sungguh, betapa manusia sering kurang menyadari.
Mengapa merasa kehilangan yang tak pernah dimiliki.
Mengapa titipan amanah dianggap sebagai milik sendiri.
Padahal semuanya fana dalam kekuasaan Ilahi Yang abadi.
Sungguh, sesuatu yang datang kemudian hilang lebih awal.
Sesuatu yang memiliki tujuan pastilah dahulunya ada asal.
Semuanya dari Allah Yang Maha Memiliki lagi kekal.
Mari tunduk patuh pada-Nya agar kelak tiada sesal.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar