Senin, 03 Oktober 2011

268-2011. Syair Cinta Seorang Pengembara (5)


268-2011.  Syair Cinta Seorang Pengembara (5)

                  Oleh
                  Hamdi Akhsan

I
Dalam kesendirian ruhani sang murid sering tangisi diri.
Kerasnya pertarungan peradaban harus dilalui hari demi hari.
Didera  perjalanan usia yang  bergerak ikuti  perputaran mentari.
sungguh  sebuah  perjalanan  yang berat  menuju cinta  yang abadi.

Guru, andai masih  bisa kutatap  lembutnya  pancaran  cahaya matamu.
Tentulah daku tak akan merintih dalam  kesendirian jiwa  yang membisu.
Darimu akan mengalir hikmah yang mampu taklukkan hati yang membatu.
Dan dengan  sabar  mendampingi  perjalanan ruhaniku  yang  masih baru.

II
Getar ruhani  yang engkau  tampakkan  memancar sejuknya cahaya iman.
Mengalir  keindahan demi  keindahan  nasehat  tanpa disertai  kepalsuan.
Dalam  keletihan yang  luar biasa  muridmu  tak kan  merasa  sendirian.
Ada engkau menjaga jalanku agar tak berpaling dari mulianya tujuan.

Kini, engkau pergi menemui Dia yang selalu kau senandungkan.
Tinggallah daku jalani hari-hari berat yang penuh tantangan.
Kadang jalanku tertatih  tak mampu  kukuh dalam iman.
Dan gelimang dosa membuat malamku jadi tangisan.

III
Guru, kurindukan senandung zikirmu yang menyiram bara nafsu.
Dengan doa dan nasehatmu  kulalui hari-hari indah masa dahulu.
Pelajari kesederhanaan dan  keikhlasan dalam perjalanan waktu.
Yang dengan semua itu engkau  didik kelembutan dalam jiwaku.

Dihari ini ilmu telah menghilang bersama berkah yang mengiringi.
Jiwa-jiwa para penuntut telah kering hanya berorientasi materi.
Pertautan cinta dan kasih sayang tak lagi jadi pengikat hati.
Seperti dahulu, kala kita masih bersama lalui hari-hari.

IV
Guru, mataku sering tak mampu lagi menembus ke dalam jiwa.
Kata-kataku tak lagi bisa menjadi penyejuk bak dinginya telaga.
Nasehat-nasehatmu yang agung tak membuat mereka tergugah.
Seolah semua telah tercampak tiaga guna di keranjang sampah.

Maafkan daku yang tak mampu sampaikan amanah sucimu.
Maafkan daku yang hanya mampu menahan perih bak disayat sembilu.
Lalui hari-hari hampa menunggu datangnya waktu.
Sampai kelak berjumpa denganmu dihadapan Sang Kekasih Yang Satu.

Guru, maafkan aku.

Al Faqiir


Hamdi Akhsan

0 komentar:

Posting Komentar