297-2011. Pesan Untuk Generasi Baru (3)
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Teriakan dan caci maki para para pendengki bergema di berbagai penjuru.
Persia, negeri dengan peradaban ribuan tahun tak boleh jadi kekuatan baru.
Tak boleh ada singa-singa pemegang panji kemuliaan seperti pada masa lalu.
Cukuplah mereka menjadi anak manis yang terlena dalam kefanaan sang waktu.
Itukah jargon keadilan yang selalu mereka teriakkan atas nama hak azasi manusia.
Para pemegang panji hitam kebangkitan Al Mahdi tak pernah boleh menjadi mulia.
Para pendengki dengan segala cara jadikan mereka bangsa-bangsa yang terlena.
Yang tak mampu tegakkan harga diri bagai kumpulan domba dalam tatapan singa.
II
Di Negeri tempat para menakluk dunia datang rakyat dan penguasa bercakaran.
Masing-masing luapkan amarah dengan tidak berpegang teguh pada Alquran.
Negeri Syiria seakan menjadi ladang pembantaian yang begitu mengerikan.
Sungguh betapa musuh tertawa duduk nikmati hidangan bersama syaitan.
Mana kaum muda pemegang panji, masih adakah mereka di bumi ini?
Ataukah mereka masih asyik dengan permainan ciptaan Yahudi?
Yang membuat terlena dalam kesemua dan mematikan hati.
Dan habiskan waktu yang begitu berharga lebihi materi.
III
Kemuliaan?bukan jargon indah yang cukup dikatakan.
Ia butuh kekuatan dalam segala bagian yang dipersatukan.
Harus teguh dan ikhlaskan hati karena darah yang dikucurkan.
Sebagai perwujudan cinta kepada Ilahi yang harus dibuktikan.
Tiada kemuliaan pada kambing piaraan padang rumput nan hijau.
Begitu banyak, hanya mampu berlari bila datang sang harimau.
Menggigil takut bak terserang demam mengembik parau.
Dan singapun menatap penuh ejekan senda gurau.
IV
Putra Zaman, bukanlah mereka yang mudah terlena.
Tapi mereka sadar kepungan musuh sehingga selalu siaga.
Melatih diri dengan segenap kesulitan untuk dijadikan senjata.
'Tuk hadapi seberat apapun cobaan menghadang di depan mata.
Tiada lagi waktu untuk diam bagai tikus di atas lumbung padi.
Karena segala perangkat untuk bangkit telah Tuhan beri.
Tinggallah kesadaran dan kemauan didalam hati.
Merebut kemuliaan sebagai khalifah di bumi.
V
Putra Zaman! kini peperangan besar semakin dekat.
Musuh telah mengasah pedang penghancur tajam berkilat.
Yang akan merajai dunia hanya mereka yang unggul dan kuat.
Serta sekumpulan pasukan beriman yang dibantu oleh jutaan malaikat.
Adakah engkau ingin jadi bagian dari pertarungan akhir peradaban itu?
Ataukah usia akan dihabiskan dengan berpaling pada Yang Satu?
Kelak sesal akan datang saat dikubur sendiri bagai yatim piatu.
Dan kembali gagal harapan akan munculnya generasi baru.
Dan tak berarti walau hanya sebutir debu.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Teriakan dan caci maki para para pendengki bergema di berbagai penjuru.
Persia, negeri dengan peradaban ribuan tahun tak boleh jadi kekuatan baru.
Tak boleh ada singa-singa pemegang panji kemuliaan seperti pada masa lalu.
Cukuplah mereka menjadi anak manis yang terlena dalam kefanaan sang waktu.
Itukah jargon keadilan yang selalu mereka teriakkan atas nama hak azasi manusia.
Para pemegang panji hitam kebangkitan Al Mahdi tak pernah boleh menjadi mulia.
Para pendengki dengan segala cara jadikan mereka bangsa-bangsa yang terlena.
Yang tak mampu tegakkan harga diri bagai kumpulan domba dalam tatapan singa.
II
Di Negeri tempat para menakluk dunia datang rakyat dan penguasa bercakaran.
Masing-masing luapkan amarah dengan tidak berpegang teguh pada Alquran.
Negeri Syiria seakan menjadi ladang pembantaian yang begitu mengerikan.
Sungguh betapa musuh tertawa duduk nikmati hidangan bersama syaitan.
Mana kaum muda pemegang panji, masih adakah mereka di bumi ini?
Ataukah mereka masih asyik dengan permainan ciptaan Yahudi?
Yang membuat terlena dalam kesemua dan mematikan hati.
Dan habiskan waktu yang begitu berharga lebihi materi.
III
Kemuliaan?bukan jargon indah yang cukup dikatakan.
Ia butuh kekuatan dalam segala bagian yang dipersatukan.
Harus teguh dan ikhlaskan hati karena darah yang dikucurkan.
Sebagai perwujudan cinta kepada Ilahi yang harus dibuktikan.
Tiada kemuliaan pada kambing piaraan padang rumput nan hijau.
Begitu banyak, hanya mampu berlari bila datang sang harimau.
Menggigil takut bak terserang demam mengembik parau.
Dan singapun menatap penuh ejekan senda gurau.
IV
Putra Zaman, bukanlah mereka yang mudah terlena.
Tapi mereka sadar kepungan musuh sehingga selalu siaga.
Melatih diri dengan segenap kesulitan untuk dijadikan senjata.
'Tuk hadapi seberat apapun cobaan menghadang di depan mata.
Tiada lagi waktu untuk diam bagai tikus di atas lumbung padi.
Karena segala perangkat untuk bangkit telah Tuhan beri.
Tinggallah kesadaran dan kemauan didalam hati.
Merebut kemuliaan sebagai khalifah di bumi.
V
Putra Zaman! kini peperangan besar semakin dekat.
Musuh telah mengasah pedang penghancur tajam berkilat.
Yang akan merajai dunia hanya mereka yang unggul dan kuat.
Serta sekumpulan pasukan beriman yang dibantu oleh jutaan malaikat.
Adakah engkau ingin jadi bagian dari pertarungan akhir peradaban itu?
Ataukah usia akan dihabiskan dengan berpaling pada Yang Satu?
Kelak sesal akan datang saat dikubur sendiri bagai yatim piatu.
Dan kembali gagal harapan akan munculnya generasi baru.
Dan tak berarti walau hanya sebutir debu.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar