281-2011. Lailatul Qodar
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Malam, tatkala cakrawala membisu dalam ketundukan pada Ilahi.
Semesta bertasbih dalam dinamika hukum sejak zaman bahari.
Segala makhluk ciptaan pun pasrah pada-Nya tanpa kecuali.
Di malam kala Lailatul Qadar yang agung tiba dan diberkati.
Adalah sebagian hamba menunggunya dengan kerinduan.
Harapkan kehadirannya sebagai pemberian ruhani dari Tuhan.
Didalamnya berisi keberkatan ibadah yang setara seribu bulan.
Untuk bekal kelak menghadap-Nya dengan membawa kebaikan.
II
Ribuan tahun berlalu dan peradaban manusia bumi pun berubah.
Namun para pencinta sabar hadapi aneka cobaan dengan tabah.
Walau segenap derita harus dijalani pada-Nya ia menyembah.
Sampai kelak datang pengadilan Ilahi yang pasti akan tiba.
Kurun demi kurun semesta menunggu datang Lailatul qodar.
Malam yang kala bintang-bintang di angkasa redup berpendar.
Malam tatkala waktu seakan berjalan lambat dalam garis edar.
Menunggu habisnya masa pertaubatan para hamba yang sadar.
III
Malam Lailatul qodar adalah malam khusus untuk para pencinta-Nya.
Yang berkendak untuk mendapatkan ridho beriring ampunan-Nya.
Rindukan karunia Ilahi sebagaimana yang telah dijanjikan-Nya.
Sebagai bekal manakala sang hamba harus menghadap-Nya.
Bersujud para hamba yang rindu dalam genangan airmata.
Bibir mereka berbisik lantunkan doa dan harapan cinta.
Sampaikan segenap kehambaan dalam indahnya kata.
Agar di akherat kelak terhindar dari perihnya derita.
IV
Malam diam dan hening dalam ketundukan.
Hati para hamba pasrah dalam harapan.
Harapkan karunia dan ampunan Tuhan.
Sepanjang usia yang Allah berikan.
Dalam sekaratnya peradaban bumi.
Ada wajah-wajah yang rindukan Ilahi.
Mengharapkan ridho Allah yang Maha Suci.
Agar mendapatkan indahnya kebaikan surgawi.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Minggu, 21 Agustus 2011
Kamis, 18 Agustus 2011
282-2011. Wahai anak, Dengarlah Pesanku ini
282-2011. Wahai anak, Dengarlah Pesanku ini
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kukisahkan padamu tentang perjalanan panjang yang telah kulalui.
Tentang segala kebahagiaan dan kepedihan yang telah kutemui.
Tentang hakekat dibalik sesuatu yang dahulunya tersembunyi.
Dan kini telah terbuka bagaikan benderangnya sinar mentari.
Wasiat pertama tentang hidup di dunia yang berakhir fana.
Kebahagiaan duniawi yang dikejar hanyalah fatamorgana.
Karena masa depan setiap insan telah pasti bagiannya.
Tinggallah bagaimana cara ia akan mendapatkannya.
II
Ada manusia yang mempertuhankan dunia materi.
Ia mengira akan mendapatkan kebahagiaan hakiki.
Padahal tiada yang dibawa tatkala dirinya kelak mati.
Kecuali amalan baik yang mendapat balasan dari Ilahi.
Ada pula manusia yang memimpikan kesenangan jabatan.
Dengan segala cara apa yang dicitakan haruslah didapatkan.
Tak peduli jalan yang halal dan haram telah dicampuradukkan.
Yang penting diperoleh keinginan hawa nafsu yang diharapkan.
III
Belum lagi segolongan yang halalkan segala cara dapatkan harta.
Tak peduli membuat orang lain terzalimi dan cucurkan airmata.
Tak peduli karenanya orang terusir dan hidup terlunta-lunta.
Segala cara dipakai walau harus gunakan sumpah dusta.
Lihatlah, betapa sejarah telah memberikan pelajaran.
Tentang para penguasa yang menantang Tuhan.
Di akhir hidupnya keadaan mereka Dia hinakan.
Dan di akherat rasakan pedihnya pembalasan.
IV
Wahai anak, betapa banyak pendusta agama.
Yang membiarkan anak yatim hidupnya terhina.
Yang menggusur mereka yang tak punya rumah.
Bersikap sewenang-wenang pada mereka yang lemah.
Adalah masa lebih dari cukup untuk dijadikan pelajaran.
Mereka yang dulu begitu gagah kemudian dilemahkan.
Yang semula berharta banyak kemudian dimiskinkan.
dan yang dahulu berkuasa kemudian dipenjarakan.
V
Itulah garis besar permainan kehidupan disetiap kurun.
Hukum-hukum yang tak berubah selama ribuan tahun.
Untuk itulah adanya agama agar kehidupan tersusun.
Dan semua dibawah kendali Ilahi Maha Pengampun.
Anakku, semua kemuliaan duniawi hanyalah kepalsuan.
Yang kelak berharga disisi-Nya hanya amal kebaikan.
Hiduplah selalu dalam tuntunan dan naungan Tuhan.
Agar kelak setelah mati tiada tangis dan penyesalan.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kukisahkan padamu tentang perjalanan panjang yang telah kulalui.
Tentang segala kebahagiaan dan kepedihan yang telah kutemui.
Tentang hakekat dibalik sesuatu yang dahulunya tersembunyi.
Dan kini telah terbuka bagaikan benderangnya sinar mentari.
Wasiat pertama tentang hidup di dunia yang berakhir fana.
Kebahagiaan duniawi yang dikejar hanyalah fatamorgana.
Karena masa depan setiap insan telah pasti bagiannya.
Tinggallah bagaimana cara ia akan mendapatkannya.
II
Ada manusia yang mempertuhankan dunia materi.
Ia mengira akan mendapatkan kebahagiaan hakiki.
Padahal tiada yang dibawa tatkala dirinya kelak mati.
Kecuali amalan baik yang mendapat balasan dari Ilahi.
Ada pula manusia yang memimpikan kesenangan jabatan.
Dengan segala cara apa yang dicitakan haruslah didapatkan.
Tak peduli jalan yang halal dan haram telah dicampuradukkan.
Yang penting diperoleh keinginan hawa nafsu yang diharapkan.
III
Belum lagi segolongan yang halalkan segala cara dapatkan harta.
Tak peduli membuat orang lain terzalimi dan cucurkan airmata.
Tak peduli karenanya orang terusir dan hidup terlunta-lunta.
Segala cara dipakai walau harus gunakan sumpah dusta.
Lihatlah, betapa sejarah telah memberikan pelajaran.
Tentang para penguasa yang menantang Tuhan.
Di akhir hidupnya keadaan mereka Dia hinakan.
Dan di akherat rasakan pedihnya pembalasan.
IV
Wahai anak, betapa banyak pendusta agama.
Yang membiarkan anak yatim hidupnya terhina.
Yang menggusur mereka yang tak punya rumah.
Bersikap sewenang-wenang pada mereka yang lemah.
Adalah masa lebih dari cukup untuk dijadikan pelajaran.
Mereka yang dulu begitu gagah kemudian dilemahkan.
Yang semula berharta banyak kemudian dimiskinkan.
dan yang dahulu berkuasa kemudian dipenjarakan.
V
Itulah garis besar permainan kehidupan disetiap kurun.
Hukum-hukum yang tak berubah selama ribuan tahun.
Untuk itulah adanya agama agar kehidupan tersusun.
Dan semua dibawah kendali Ilahi Maha Pengampun.
Anakku, semua kemuliaan duniawi hanyalah kepalsuan.
Yang kelak berharga disisi-Nya hanya amal kebaikan.
Hiduplah selalu dalam tuntunan dan naungan Tuhan.
Agar kelak setelah mati tiada tangis dan penyesalan.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Rabu, 17 Agustus 2011
280-2011. Enam Puluh Enam Tahun Kemerdekaan!
280-2011. Enam Puluh Enam Tahun Kemerdekaan!
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Hari ini sebuah bangsa peringati enam puluh enam tahun kemerdekaan.
Sebuah rutinitas yang syarat dengan pesan dan peringatan.
Atas perjalanan sejarah masa lalu dan masa depan.
Dalam pilihan kehancuran atau kemenangan.
Merdeka?Bagai Rajawali Sang Raja Angkasa.
Yang mampu busungkan dada dan angkat kepala.
Yang menjadi teladan sebuah kebebasan sejak zaman purba.
Dan menjadi perlambang perjuangan tak kenal letih dari Sang Pencipta.
II
Merdeka, bukan hanya bermakna rakyat negeri bebas dari perbudakan fisik.
Sementara ekonomi, budaya, dan jati diri bangsa diobrak-abrik.
Rakyat menjadi budak pekerja para pemilik pabrik.
Dan terhadap kekuatan asing tak berkutik.
Di negeri merdeka rakyatnya hidup bahagia.
Dilayani oleh para pemimpin yang memegang amanah.
Yang tidak disibukkan menumpuk harta dan menebar janji dusta.
Dan terhadap penderitaan dan kesengsaraan rakyat mereka menutup mata.
III
Merdeka bukan bermakna dijajah oleh para pemimpin negerinya sendiri.
Namun rakyatnya hidup dalam kesejahteraan dengan harga diri.
Ada uang dan harta untuk hidup layak secara mandiri.
Dan mereka diberi kesempatan mencari rezeki.
Merdeka bukan hanya simbol untuk hiburan.
Namun semua bekerja keras secara berkesinambungan.
Memanfaatkan kekayaan alam dengan baik sebagai nikmat Tuhan.
Dan para pemimpin bersama rakyatnya bahu membahu mencapai kejayaan.
IV
Enampuluh enam tahun telah berlalu adalah usia yang begitu panjang.
Dalam periode kehidupan ibarat telah memetik hasil dari juang.
Namun dihari ini kesulitan demi kesulitan kian menghadang.
Dan di negeri sendiri rakyat bagaikan telah terbuang.
Episode yang lalu hendaknya menjadi pelajaran bangsa.
Untuk hidup dalam perjuangan harga diri bagaikan garuda.
Pelopor kebangkitan bagaikan tegaknya kepala sang raja angkasa.
Dan menjadi pusat peradaban yang dikenang manusia sepanjang masa.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Hari ini sebuah bangsa peringati enam puluh enam tahun kemerdekaan.
Sebuah rutinitas yang syarat dengan pesan dan peringatan.
Atas perjalanan sejarah masa lalu dan masa depan.
Dalam pilihan kehancuran atau kemenangan.
Merdeka?Bagai Rajawali Sang Raja Angkasa.
Yang mampu busungkan dada dan angkat kepala.
Yang menjadi teladan sebuah kebebasan sejak zaman purba.
Dan menjadi perlambang perjuangan tak kenal letih dari Sang Pencipta.
II
Merdeka, bukan hanya bermakna rakyat negeri bebas dari perbudakan fisik.
Sementara ekonomi, budaya, dan jati diri bangsa diobrak-abrik.
Rakyat menjadi budak pekerja para pemilik pabrik.
Dan terhadap kekuatan asing tak berkutik.
Di negeri merdeka rakyatnya hidup bahagia.
Dilayani oleh para pemimpin yang memegang amanah.
Yang tidak disibukkan menumpuk harta dan menebar janji dusta.
Dan terhadap penderitaan dan kesengsaraan rakyat mereka menutup mata.
III
Merdeka bukan bermakna dijajah oleh para pemimpin negerinya sendiri.
Namun rakyatnya hidup dalam kesejahteraan dengan harga diri.
Ada uang dan harta untuk hidup layak secara mandiri.
Dan mereka diberi kesempatan mencari rezeki.
Merdeka bukan hanya simbol untuk hiburan.
Namun semua bekerja keras secara berkesinambungan.
Memanfaatkan kekayaan alam dengan baik sebagai nikmat Tuhan.
Dan para pemimpin bersama rakyatnya bahu membahu mencapai kejayaan.
IV
Enampuluh enam tahun telah berlalu adalah usia yang begitu panjang.
Dalam periode kehidupan ibarat telah memetik hasil dari juang.
Namun dihari ini kesulitan demi kesulitan kian menghadang.
Dan di negeri sendiri rakyat bagaikan telah terbuang.
Episode yang lalu hendaknya menjadi pelajaran bangsa.
Untuk hidup dalam perjuangan harga diri bagaikan garuda.
Pelopor kebangkitan bagaikan tegaknya kepala sang raja angkasa.
Dan menjadi pusat peradaban yang dikenang manusia sepanjang masa.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Selasa, 16 Agustus 2011
279-2011. Senandung 17 Ramadhan
279-2011. Senandung 17 Ramadhan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Malam ini, Seribu Empat Ratus tiga Puluh dua tahun yang silam.
Jagat semesta tertunduk saksikan peristiwa besar dalam diam.
Kalau wahyu pada Sang Rasul terakhir dibawa tatkala malam.
Untuk sinari bumi agar bersinar terang bak mutiara manikam.
Nubuwat akhir zaman dalam kitab langit terdahulu telah tiba.
Membawa kitab suci terakhir untuk bmakhluk alam semesta.
Janjikan hidup duniawi yang beriman dan akherat bahagia.
Sungguh sebuah manifestasi Kasih Sayang Sang Maha Pencipta.
II
Peristiwa bersejarah yang membalikkan peradaban telah datang.
Di bumi yang fana kitab suci penutup kenabian pun berkumandang.
Memotivasi jutaan mujahid sepanjang zaman untuk jadi berjuang.
Dan tanpa ragu hadapi kesyahidan membasmi para penentang.
Tiada keraguan indahnya balasan surgawi untuk para pencinta.
Yang merenungi indahnya kitab suci sampai alirkan air mata.
Bekerja keras di siang hari tunaikan perintah mencari mafkah.
Dan malam hari tersdu tadahkan tangan harapkan ridho Allah.
III
Tujuh belas ramadhan ribuan tahun yang silam tetap abadi.
Tertulis kalimat-kalimat yang sempurna didalam kitab suci.
Penuntun manusia untuk menjadi seorang pencinta sejati.
Untuk senantiasa tunduk dan patuh pada perintah Ilahi.
Tiada yang diharapkan dalam hidup kecuali manisnya iman.
Lantunkan kata demi kata sebagaimana sempurnanya firman.
Mengharapkan kelak kubur lapang sebagai btempat kediaman.
Sebagaimana ayat tertulis yang sejak dahulu telah dijanjikan.
IV
Jutaan tangan menadah ke langit dimalam ini pada-Mu wahai kekasih.
Mengharapkan pemberian cinta dan rahmat-Mu yang bertabur kasih.
Butir demi butir kalimat yang suci tertuang dalam ratapan dan rintih.
Berharap kelak kembali pada-Mu tanpa dosa bak sehelai kertas putih.
Adalah semua yang ada kelak akan berakhir dalam fananya kematian.
Kecuali amal yang telah dikerjakan berdasarkan petunjuk Alquran.
Itulah pertanda tunduknya manusia sebagai budak ciptaan Tuhan.
Yag telah menciptakan segalanya sesuai kehendak dan tujuan.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Malam ini, Seribu Empat Ratus tiga Puluh dua tahun yang silam.
Jagat semesta tertunduk saksikan peristiwa besar dalam diam.
Kalau wahyu pada Sang Rasul terakhir dibawa tatkala malam.
Untuk sinari bumi agar bersinar terang bak mutiara manikam.
Nubuwat akhir zaman dalam kitab langit terdahulu telah tiba.
Membawa kitab suci terakhir untuk bmakhluk alam semesta.
Janjikan hidup duniawi yang beriman dan akherat bahagia.
Sungguh sebuah manifestasi Kasih Sayang Sang Maha Pencipta.
II
Peristiwa bersejarah yang membalikkan peradaban telah datang.
Di bumi yang fana kitab suci penutup kenabian pun berkumandang.
Memotivasi jutaan mujahid sepanjang zaman untuk jadi berjuang.
Dan tanpa ragu hadapi kesyahidan membasmi para penentang.
Tiada keraguan indahnya balasan surgawi untuk para pencinta.
Yang merenungi indahnya kitab suci sampai alirkan air mata.
Bekerja keras di siang hari tunaikan perintah mencari mafkah.
Dan malam hari tersdu tadahkan tangan harapkan ridho Allah.
III
Tujuh belas ramadhan ribuan tahun yang silam tetap abadi.
Tertulis kalimat-kalimat yang sempurna didalam kitab suci.
Penuntun manusia untuk menjadi seorang pencinta sejati.
Untuk senantiasa tunduk dan patuh pada perintah Ilahi.
Tiada yang diharapkan dalam hidup kecuali manisnya iman.
Lantunkan kata demi kata sebagaimana sempurnanya firman.
Mengharapkan kelak kubur lapang sebagai btempat kediaman.
Sebagaimana ayat tertulis yang sejak dahulu telah dijanjikan.
IV
Jutaan tangan menadah ke langit dimalam ini pada-Mu wahai kekasih.
Mengharapkan pemberian cinta dan rahmat-Mu yang bertabur kasih.
Butir demi butir kalimat yang suci tertuang dalam ratapan dan rintih.
Berharap kelak kembali pada-Mu tanpa dosa bak sehelai kertas putih.
Adalah semua yang ada kelak akan berakhir dalam fananya kematian.
Kecuali amal yang telah dikerjakan berdasarkan petunjuk Alquran.
Itulah pertanda tunduknya manusia sebagai budak ciptaan Tuhan.
Yag telah menciptakan segalanya sesuai kehendak dan tujuan.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Senin, 15 Agustus 2011
278-2011. Senandung Nuzulul Quran
278-2011. Senandung Nuzulul Quran
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Hari ini tujuh belas Ramadhan menjelang tiba.
Teringat hamba pada tangisan Rasul-Mu yang tercinta.
Yang mengharap cinta-Mu di puncak gunung batu gua Hira.
Tadahkan tangan bisikkan kasih diiringi isak dan cucuran air mata.
Tubuh yang suci gemetar tatkala diperdengarkan firman Agung.
Dalam keterbatasan akal manusiawi kekasih-Mu pun bingung.
Terbata-bata dalam ketaktahuan huruf ia telah beruntung.
Jadi pembawa firman Ilahi Yang beratnya lebihi gunung.
II
Firman yang suci telah disampaikan ke pundak sang Nabi.
Sungguh berat amanah yang harus diemban sebagai misi.
Untuk mengajak manusia yang telah lalai ke jalan Robbul Izzati.
Agar kehidupan manusia sebagai makhluk pilihan kembali diberkati.
Firman agung pertama disampaikan tentang kewajiban membaca.
Agar manusia dapat memahami tentang penciptaan semesta.
Supaya manusia sadar akan hakekat hidupnya yang fana.
Serta jauhi jalan Iblis dan pengikutnya yang durjana.
III
Ribuan tahun sejarah peradaban berisi dengan pilihan.
Ada dua golongan terbentuk dalam sikapi firman Tuhan.
Sebahagian mengingkari dan menempuh jalan keingkaran.
Dan sebahagian besar larut dalam prilaku yang penuh keinkaran.
Sungguh dalam firman pertama telah dinyatakan hakekat insan.
Mereka dicipta di bumi mengemban amanah kekhalifahan.
Untuk taat atau ingkar mereka telah diberi kebebasan.
Dan konsekwensi yang pasti dari sebuah pilihan.
IV
Ribuan tahun firman suci terjaga dalam keaslian.
Ada Milyaran manusia yang tetap bahagia dalam iman.
Mereka rindukan ampunan dan balasan surga dari Tuhan.
Yang kelak diberi dalam kehidupan akherat penuh keabadian.
Namun bagi yang ingkar disediakan neraka yang membakar.
Didunia diberi banyak kemudahan dan terjauh dari sukar.
Mereka terlena dalam hidup yang penuh makar.
Yang kelak dengan jahanam semua ditukar.
V
Firman Agung-Mu penuntun Milyaran hamba.
Yang merindukan ampunan dan pemberian cinta.
Yang lalui malam-malamnya dengan cucuran airmata.
Yang selalu takut terjauh dari kasih sayang dan Ridha.
Tuntunan Suci itu tetap terjaga sampai akhir zaman.
Menjadi sumber inspirasi bagi mereka yang beriman.
Yang kelak akan dapatkan surga didalam taman.
Dan abadi dalam nikmat dan rasa nyaman.
al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Hari ini tujuh belas Ramadhan menjelang tiba.
Teringat hamba pada tangisan Rasul-Mu yang tercinta.
Yang mengharap cinta-Mu di puncak gunung batu gua Hira.
Tadahkan tangan bisikkan kasih diiringi isak dan cucuran air mata.
Tubuh yang suci gemetar tatkala diperdengarkan firman Agung.
Dalam keterbatasan akal manusiawi kekasih-Mu pun bingung.
Terbata-bata dalam ketaktahuan huruf ia telah beruntung.
Jadi pembawa firman Ilahi Yang beratnya lebihi gunung.
II
Firman yang suci telah disampaikan ke pundak sang Nabi.
Sungguh berat amanah yang harus diemban sebagai misi.
Untuk mengajak manusia yang telah lalai ke jalan Robbul Izzati.
Agar kehidupan manusia sebagai makhluk pilihan kembali diberkati.
Firman agung pertama disampaikan tentang kewajiban membaca.
Agar manusia dapat memahami tentang penciptaan semesta.
Supaya manusia sadar akan hakekat hidupnya yang fana.
Serta jauhi jalan Iblis dan pengikutnya yang durjana.
III
Ribuan tahun sejarah peradaban berisi dengan pilihan.
Ada dua golongan terbentuk dalam sikapi firman Tuhan.
Sebahagian mengingkari dan menempuh jalan keingkaran.
Dan sebahagian besar larut dalam prilaku yang penuh keinkaran.
Sungguh dalam firman pertama telah dinyatakan hakekat insan.
Mereka dicipta di bumi mengemban amanah kekhalifahan.
Untuk taat atau ingkar mereka telah diberi kebebasan.
Dan konsekwensi yang pasti dari sebuah pilihan.
IV
Ribuan tahun firman suci terjaga dalam keaslian.
Ada Milyaran manusia yang tetap bahagia dalam iman.
Mereka rindukan ampunan dan balasan surga dari Tuhan.
Yang kelak diberi dalam kehidupan akherat penuh keabadian.
Namun bagi yang ingkar disediakan neraka yang membakar.
Didunia diberi banyak kemudahan dan terjauh dari sukar.
Mereka terlena dalam hidup yang penuh makar.
Yang kelak dengan jahanam semua ditukar.
V
Firman Agung-Mu penuntun Milyaran hamba.
Yang merindukan ampunan dan pemberian cinta.
Yang lalui malam-malamnya dengan cucuran airmata.
Yang selalu takut terjauh dari kasih sayang dan Ridha.
Tuntunan Suci itu tetap terjaga sampai akhir zaman.
Menjadi sumber inspirasi bagi mereka yang beriman.
Yang kelak akan dapatkan surga didalam taman.
Dan abadi dalam nikmat dan rasa nyaman.
al Faqiir
Hamdi Akhsan
Minggu, 14 Agustus 2011
277-2011. Syair Untuk Kekasih (12)
277-2011. Syair Untuk Kekasih (12)
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kekasih,
Malam ke lima belas ramadhan kini telah menjelang.
Separuh masa ujian menahan harus dan lapar takkan lagi terulang.
Ada hamba yang beruntung mendapat rahmat dan ada pula yang malang.
Sungguh besar cinta kasih-Mu untuk para hamba di muka bumi yang luas terbentang.
Dalam alunan zikir para hamba yang pasrah, hamba pun larut dalam kehampaan makna.
Tak tahu kemana usia kehidupan diri yang menjelang tua ini akan dibawa.
Bagai musafir yang jalani hidup seperti sepotong ranting yang patah.
Yang letih mencari makna dalam berbagai peristiwa
II
Kekasih, betapa daku kotoran debu dalam kemuliaan-Mu.
Tanpa malu meminta dalam ketaktaatan pada firman-Mu.
Yang masih sering lalai dan melanggar banyak perintah-Mu.
Yang jarang tangisi hari kala tiada harapan kecuali ampunan-Mu.
Ada masa tatkala hati ini bicara dalam tangis yang membuncah.
Tersedu bagai anak kecil dalam tatapan bunda yang marah.
Ingin kembali keharibaanmu ungkapkan segenap duka lara.
Sebagaimana para pencinta-Mu yang tak kenal menyerah.
III
Kekasih, inilah daku yang tertipu dalam sekaratnya dunia.
Yang terhadap abadinya nikmat-Mu masih sering terlena.
Seolah hidup ini hanya jasad yang layu hancur jadi tanah.
Tanpa pertanggung jawaban dalam pastinya Mahkamah.
Betapa sering datang peringatan saat saksikan kematian.
Jasad yang begitu gagah jadi busuk dan berhamburan.
Wajah-wajah cantik mendelik seakan melihat kengerian.
Tetapi hanya sejenak, setelah itu kembali ia terlupakan.
IV
Kekasih, hamba ingin datang pada-Mu dengan kepala tegak.
Jadi pengamal peringatan demi peringatan-Mu yang begitu bijak.
Pasrahkan hidup ini kepada-Mu wahai Sang Maha Pemilik Kehendak.
Bagai pasrahnya seorang bayi yang dalam pelukan ibu tertidur nyenyak.
Dalam munajad yang sering tergesa karena banyaknya godaan duniawi.
Bermohon hamba yang nista pada-Mu wahai Zat Yang Maha Suci.
Berilah hamba kekuatan jiwa untuk persiapan menjelang mati.
Dan merindukan kehidupan akherat kelak yang kekal abadi.
al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kekasih,
Malam ke lima belas ramadhan kini telah menjelang.
Separuh masa ujian menahan harus dan lapar takkan lagi terulang.
Ada hamba yang beruntung mendapat rahmat dan ada pula yang malang.
Sungguh besar cinta kasih-Mu untuk para hamba di muka bumi yang luas terbentang.
Dalam alunan zikir para hamba yang pasrah, hamba pun larut dalam kehampaan makna.
Tak tahu kemana usia kehidupan diri yang menjelang tua ini akan dibawa.
Bagai musafir yang jalani hidup seperti sepotong ranting yang patah.
Yang letih mencari makna dalam berbagai peristiwa
II
Kekasih, betapa daku kotoran debu dalam kemuliaan-Mu.
Tanpa malu meminta dalam ketaktaatan pada firman-Mu.
Yang masih sering lalai dan melanggar banyak perintah-Mu.
Yang jarang tangisi hari kala tiada harapan kecuali ampunan-Mu.
Ada masa tatkala hati ini bicara dalam tangis yang membuncah.
Tersedu bagai anak kecil dalam tatapan bunda yang marah.
Ingin kembali keharibaanmu ungkapkan segenap duka lara.
Sebagaimana para pencinta-Mu yang tak kenal menyerah.
III
Kekasih, inilah daku yang tertipu dalam sekaratnya dunia.
Yang terhadap abadinya nikmat-Mu masih sering terlena.
Seolah hidup ini hanya jasad yang layu hancur jadi tanah.
Tanpa pertanggung jawaban dalam pastinya Mahkamah.
Betapa sering datang peringatan saat saksikan kematian.
Jasad yang begitu gagah jadi busuk dan berhamburan.
Wajah-wajah cantik mendelik seakan melihat kengerian.
Tetapi hanya sejenak, setelah itu kembali ia terlupakan.
IV
Kekasih, hamba ingin datang pada-Mu dengan kepala tegak.
Jadi pengamal peringatan demi peringatan-Mu yang begitu bijak.
Pasrahkan hidup ini kepada-Mu wahai Sang Maha Pemilik Kehendak.
Bagai pasrahnya seorang bayi yang dalam pelukan ibu tertidur nyenyak.
Dalam munajad yang sering tergesa karena banyaknya godaan duniawi.
Bermohon hamba yang nista pada-Mu wahai Zat Yang Maha Suci.
Berilah hamba kekuatan jiwa untuk persiapan menjelang mati.
Dan merindukan kehidupan akherat kelak yang kekal abadi.
al Faqiir
Hamdi Akhsan
Rabu, 10 Agustus 2011
276-2011. Syair Untuk Kekasih (11)
276-2011. Syair Untuk Kekasih (11)
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kekasihku.
Sepuluh pertama ini telah hamba lalui dengan kehampaan.
Malam-malam penuh berkah itu tak lebih hanya kebiasaan.
Kulalui ratib-ratib tarawih tanpa disertai khusuknya perasaan.
Dan diriku lelap dalam indahnya dunia yang penuh kepalsuan.
Kini, paruh waktu sepuluh kedua telah datang menghampiri.
Sedang daku tetap asyik dengan aneka kesibukan duniawi.
Bekerja keras siang dan malam untuk mengais secuil rezeki.
Dan tanpa menyadari semakin dekat pada datangnya mati.
II
Kekasih.
Dalam iman yang masih berselimut dusta dan kepura-puraan.
Pada-Mu jua hamba cucurkan air mata harapkan ampunan.
Agar dalam hidup ini Engkau beri manisnya cucuran iman.
Dan bila lengah di jalan-Mu Engkau beri hamba tuntunan.
Saat ini sepuluh kedua Engkau curahkan ampunan-Mu.
Bermohon hamba agar diberi ampunan dari sisi-Mu.
Walau masih amat lemah iman dalam diri hamba-Mu.
Tapi ia akan kuat dengan curahan kasih sayang-Mu.
III
Kekasih,
Diri ini telah banyak berlumur dosa dan kemaksiatan.
Pada-Mu jua tangan yang nista ini hamba tadahkan.
Rahmat dan tuntunan dari-Mu selalu hamba pintakan.
Karena Engkau yang Maha memberi segenap ampunan.
Ampuni hamba yang kadang masih takut pada makhluk-Mu.
Yang lupa bila hidup dan mati setiap makhluk kuasa mutlak-Mu.
Yag kadang bersandar pada mereka yang juga bersandar pada-Mu.
Yang gentar berhadapan dengan mereka yang gentar dihadapan-Mu.
IV
Kekasih, sungguh segala yang dititipkan saat ini akan berakhir fana.
Lenyap pula segala tipuan keindahan duniawi yang penuh pesona.
Kami lengah walaupun tahu pasti kelak diri ini akan pergi kemana.
Dengan hanya pilihan kebahagiaan abadi atau hidup merana.
Kekasih, ampuni hamba yang masih berbolak-balik dalam iman.
Beril hamba kekuatan untuk hidup dijalan-Mu dengan nyaman.
Berilah dalam hidup sahabat yang selalu mengajak ke jalan iman.
Dan rahmati kehidupan di akherat kelak dengan surga bertaman.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kekasihku.
Sepuluh pertama ini telah hamba lalui dengan kehampaan.
Malam-malam penuh berkah itu tak lebih hanya kebiasaan.
Kulalui ratib-ratib tarawih tanpa disertai khusuknya perasaan.
Dan diriku lelap dalam indahnya dunia yang penuh kepalsuan.
Kini, paruh waktu sepuluh kedua telah datang menghampiri.
Sedang daku tetap asyik dengan aneka kesibukan duniawi.
Bekerja keras siang dan malam untuk mengais secuil rezeki.
Dan tanpa menyadari semakin dekat pada datangnya mati.
II
Kekasih.
Dalam iman yang masih berselimut dusta dan kepura-puraan.
Pada-Mu jua hamba cucurkan air mata harapkan ampunan.
Agar dalam hidup ini Engkau beri manisnya cucuran iman.
Dan bila lengah di jalan-Mu Engkau beri hamba tuntunan.
Saat ini sepuluh kedua Engkau curahkan ampunan-Mu.
Bermohon hamba agar diberi ampunan dari sisi-Mu.
Walau masih amat lemah iman dalam diri hamba-Mu.
Tapi ia akan kuat dengan curahan kasih sayang-Mu.
III
Kekasih,
Diri ini telah banyak berlumur dosa dan kemaksiatan.
Pada-Mu jua tangan yang nista ini hamba tadahkan.
Rahmat dan tuntunan dari-Mu selalu hamba pintakan.
Karena Engkau yang Maha memberi segenap ampunan.
Ampuni hamba yang kadang masih takut pada makhluk-Mu.
Yang lupa bila hidup dan mati setiap makhluk kuasa mutlak-Mu.
Yag kadang bersandar pada mereka yang juga bersandar pada-Mu.
Yang gentar berhadapan dengan mereka yang gentar dihadapan-Mu.
IV
Kekasih, sungguh segala yang dititipkan saat ini akan berakhir fana.
Lenyap pula segala tipuan keindahan duniawi yang penuh pesona.
Kami lengah walaupun tahu pasti kelak diri ini akan pergi kemana.
Dengan hanya pilihan kebahagiaan abadi atau hidup merana.
Kekasih, ampuni hamba yang masih berbolak-balik dalam iman.
Beril hamba kekuatan untuk hidup dijalan-Mu dengan nyaman.
Berilah dalam hidup sahabat yang selalu mengajak ke jalan iman.
Dan rahmati kehidupan di akherat kelak dengan surga bertaman.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Rabu, 03 Agustus 2011
275-2011. Kepada Bintang di Cakrawala Daku Bertanya (2)
275-2011. Kepada Bintang di Cakrawala Daku Bertanya (2)
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Milyaran tahun engkau jadi saksi hebatnya perjalanan sejarah sang waktu.
Ada golongan umat dicipta dan ada pula yang dimusnahkan jadi debu.
Ada yang menentang dan ada pula yang taat pada Ilahi Yang Satu.
Sungguh pelajaran untuk mereka yang belajar pada masa lalu.
Engkau jadi saksi jerit mereka yang diazab karena durhaka.
Engkau pun tahu ruh-ruh yang dimuliakan dengan surga.
Engkau telah melihat banyaknya tangis dan airmata.
Sungguh semua pelajaran untuk manusia di dunia.
II
Kepada bintang di cakrawala daku bertanya.
Para pendurhaka dibawa malaikat kemana.
Apakah mereka bahagia di alam sana.
Ataukah jerit tangis penyelesalannya.
Dimana mereka dalam keabadiannya?
Apa yang di dapatkan dari durhakanya.
Apa yang mereka peroleh dari hartanya.
Dan balasan apa yang didapat dari jabatannya.
III
Sejak dahulu banyak manusia yang percaya padamu.
Bahwa nasibnya ditentukan oleh perputaran posisimu.
Mereka tak sadar bahwa penciptaannya sama denganmu.
Makhluk yang tak abadi yang diciptakan sama oleh Khalikmu.
Kepadamu bintang nan jauh di ujung jagat raya daku bertanya.
Apakah satu diantaramu Ia tempatkan surga untuk para hamba-Nya.
Apakah juga di salah satu letakmu ia membuat pedihnya neraka-Nya.
Sungguh kami tidak tahu dimana ia ciptakan dan tempatkan keduanya.
IV
Padamu bintang yang telah lebih dahulu diciptakan selama milyaran tahun.
Engkau yang begitu indah akan dihancurkan kelak dihari saat berhimpun.
Menjadi saksi atas segala perbuatan manusia dan jin sepanjang kurun.
Yang telah dingatkan untuk taati segala perintah syarat dan rukun.
Kepada bintang di cakrawala daku titipkan hasil tafakkur jiwa.
Semoga dengan vmemandangmu vmakin sadar umat manusia.
Agar terhadap umur yang diberikan Allah tidaklah sia-sia.
Dan selalu menjadikannya kesempatan tuk beribadah.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Milyaran tahun engkau jadi saksi hebatnya perjalanan sejarah sang waktu.
Ada golongan umat dicipta dan ada pula yang dimusnahkan jadi debu.
Ada yang menentang dan ada pula yang taat pada Ilahi Yang Satu.
Sungguh pelajaran untuk mereka yang belajar pada masa lalu.
Engkau jadi saksi jerit mereka yang diazab karena durhaka.
Engkau pun tahu ruh-ruh yang dimuliakan dengan surga.
Engkau telah melihat banyaknya tangis dan airmata.
Sungguh semua pelajaran untuk manusia di dunia.
II
Kepada bintang di cakrawala daku bertanya.
Para pendurhaka dibawa malaikat kemana.
Apakah mereka bahagia di alam sana.
Ataukah jerit tangis penyelesalannya.
Dimana mereka dalam keabadiannya?
Apa yang di dapatkan dari durhakanya.
Apa yang mereka peroleh dari hartanya.
Dan balasan apa yang didapat dari jabatannya.
III
Sejak dahulu banyak manusia yang percaya padamu.
Bahwa nasibnya ditentukan oleh perputaran posisimu.
Mereka tak sadar bahwa penciptaannya sama denganmu.
Makhluk yang tak abadi yang diciptakan sama oleh Khalikmu.
Kepadamu bintang nan jauh di ujung jagat raya daku bertanya.
Apakah satu diantaramu Ia tempatkan surga untuk para hamba-Nya.
Apakah juga di salah satu letakmu ia membuat pedihnya neraka-Nya.
Sungguh kami tidak tahu dimana ia ciptakan dan tempatkan keduanya.
IV
Padamu bintang yang telah lebih dahulu diciptakan selama milyaran tahun.
Engkau yang begitu indah akan dihancurkan kelak dihari saat berhimpun.
Menjadi saksi atas segala perbuatan manusia dan jin sepanjang kurun.
Yang telah dingatkan untuk taati segala perintah syarat dan rukun.
Kepada bintang di cakrawala daku titipkan hasil tafakkur jiwa.
Semoga dengan vmemandangmu vmakin sadar umat manusia.
Agar terhadap umur yang diberikan Allah tidaklah sia-sia.
Dan selalu menjadikannya kesempatan tuk beribadah.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
274- 2011. Kami berpuasa Karena-Mu
274- 2011. Kami berpuasa Karena-Mu
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Milyaran wajah sayu ikhlas menahan lapar dan haus di hari ini.
Lezatnya makanan dan manisnya minuman mereka tak peduli.
Berbekal iman dan keyakinan akan balasan berlipat disisi Ilahi.
Sungguh itulah wujud dari panggilan iman yang tiada terperi.
Sebuah seruan kolektif bagi mereka yang didadanya ada iman.
Yang mampu membentuk jiwa yang jujur dalam kesendirian.
Yang sadar menahan diri dari aneka larangan dalam sebulan.
Dan meyakini bahwa ia sedang bergulat dalam perjuangan.
II
Mata pun berkaca-kaca atas ketakberdayaan insani yang lemah.
Melatih jiwa kendalikan nafsu tunduk pada kehendak Ilahiah.
Meyakini bahwa pahala berlipat telah disiapkan disisi-Nya.
Dalam keyakinan yang kuat indahnya balasan Surga.
Betapa butuh kekuatan tuk bangun jelang fajar.
Melatih perut ikhlas menahan harus dan apar.
Menahan nafsu amarah walaupun itu sukar.
Maka balasan baik sesuatu yang wajar.
III
Segala usia tunduk pada-Nya berpuasa.
Berlomba sesedikit mungkin berbuat dosa.
Lakukan banyak kebajikan yang mereka bisa.
Sebagai bekal akherat kelak setelah dirinya binasa.
Sungguh haru kala segala golongan rasakan kesamaan.
Menahan lapar dahaga saat bersama dan kala ia sendirian.
Walau tiada yang melihat tetap ia pelihara prinsip kejujuran.
Itulah sesungguhnya wujud ikhlas dalam mencari ridho Tuhan.
IV
Dalam indahnya bulan Ramadhan begitu banyak terjadi keajaiban.
Meraka yang kikir dengan harta berubah menjdi seorang dermawan.
Yang semula merasa kuat jadi malu dilihat orang kala siang ia makan.
Dan wajah yang begitu garang saat ini redup menahan kehausan.
Ramadhan tiba, berdegup dada hamba-hamba yang merindukannya.
Bak seorang anak menunggu kedatangan ayah dari perantauannya.
Bak seorang kekasih yang menunggu setahun untuk kembali jumpa.
Sungguh itulah wujud nyata cinta seorang hamba pada Khalik-Nya.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Milyaran wajah sayu ikhlas menahan lapar dan haus di hari ini.
Lezatnya makanan dan manisnya minuman mereka tak peduli.
Berbekal iman dan keyakinan akan balasan berlipat disisi Ilahi.
Sungguh itulah wujud dari panggilan iman yang tiada terperi.
Sebuah seruan kolektif bagi mereka yang didadanya ada iman.
Yang mampu membentuk jiwa yang jujur dalam kesendirian.
Yang sadar menahan diri dari aneka larangan dalam sebulan.
Dan meyakini bahwa ia sedang bergulat dalam perjuangan.
II
Mata pun berkaca-kaca atas ketakberdayaan insani yang lemah.
Melatih jiwa kendalikan nafsu tunduk pada kehendak Ilahiah.
Meyakini bahwa pahala berlipat telah disiapkan disisi-Nya.
Dalam keyakinan yang kuat indahnya balasan Surga.
Betapa butuh kekuatan tuk bangun jelang fajar.
Melatih perut ikhlas menahan harus dan apar.
Menahan nafsu amarah walaupun itu sukar.
Maka balasan baik sesuatu yang wajar.
III
Segala usia tunduk pada-Nya berpuasa.
Berlomba sesedikit mungkin berbuat dosa.
Lakukan banyak kebajikan yang mereka bisa.
Sebagai bekal akherat kelak setelah dirinya binasa.
Sungguh haru kala segala golongan rasakan kesamaan.
Menahan lapar dahaga saat bersama dan kala ia sendirian.
Walau tiada yang melihat tetap ia pelihara prinsip kejujuran.
Itulah sesungguhnya wujud ikhlas dalam mencari ridho Tuhan.
IV
Dalam indahnya bulan Ramadhan begitu banyak terjadi keajaiban.
Meraka yang kikir dengan harta berubah menjdi seorang dermawan.
Yang semula merasa kuat jadi malu dilihat orang kala siang ia makan.
Dan wajah yang begitu garang saat ini redup menahan kehausan.
Ramadhan tiba, berdegup dada hamba-hamba yang merindukannya.
Bak seorang anak menunggu kedatangan ayah dari perantauannya.
Bak seorang kekasih yang menunggu setahun untuk kembali jumpa.
Sungguh itulah wujud nyata cinta seorang hamba pada Khalik-Nya.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan