268-2011. Syair Cinta Seorang Pengembara (5)
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Dalam kesendirian ruhani sang murid sering tangisi diri.
Kerasnya pertarungan peradaban harus dilalui hari demi hari.
Didera perjalanan usia yang bergerak ikuti perputaran mentari.
sungguh sebuah perjalanan yang berat menuju cinta yang abadi.
Guru, andai masih bisa kutatap lembutnya pancaran cahaya matamu.
Tentulah daku tak akan merintih dalam kesendirian jiwa yang membisu.
Darimu akan mengalir hikmah yang mampu taklukkan hati yang membatu.
Dan dengan sabar mendampingi perjalanan ruhaniku yang masih baru.
II
Getar ruhani yang engkau tampakkan memancar sejuknya cahaya iman.
Mengalir keindahan demi keindahan nasehat tanpa disertai kepalsuan.
Dalam keletihan yang luar biasa muridmu tak kan merasa sendirian.
Ada engkau menjaga jalanku agar tak berpaling dari mulianya tujuan.
Kini, engkau pergi menemui Dia yang selalu kau senandungkan.
Tinggallah daku jalani hari-hari berat yang penuh tantangan.
Kadang jalanku tertatih tak mampu kukuh dalam iman.
Dan gelimang dosa membuat malamku jadi tangisan.
III
Guru, kurindukan senandung zikirmu yang menyiram bara nafsu.
Dengan doa dan nasehatmu kulalui hari-hari indah masa dahulu.
Pelajari kesederhanaan dan keikhlasan dalam perjalanan waktu.
Yang dengan semua itu engkau didik kelembutan dalam jiwaku.
Dihari ini ilmu telah menghilang bersama berkah yang mengiringi.
Jiwa-jiwa para penuntut telah kering hanya berorientasi materi.
Pertautan cinta dan kasih sayang tak lagi jadi pengikat hati.
Seperti dahulu, kala kita masih bersama lalui hari-hari.
IV
Guru, mataku sering tak mampu lagi menembus ke dalam jiwa.
Kata-kataku tak lagi bisa menjadi penyejuk bak dinginya telaga.
Nasehat-nasehatmu yang agung tak membuat mereka tergugah.
Seolah semua telah tercampak tiaga guna di keranjang sampah.
Maafkan daku yang tak mampu sampaikan amanah sucimu.
Maafkan daku yang hanya mampu menahan perih bak disayat sembilu.
Lalui hari-hari hampa menunggu datangnya waktu.
Sampai kelak berjumpa denganmu dihadapan Sang Kekasih Yang Satu.
Guru, maafkan aku.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar